Di bawah langit yang biru kelabu, Â
Seorang anak melangkah dengan lesu,
Sambil menggenggam mimpi di jemari,
Walau sakit hati sudah jadi santapan sehari-hari. Â
Ayah, Ibu... Siapa sangka jalan yang ku tempuh kini penuh duri, Â
Demi cita-cita, perih di tapak kakipun aku telan  sendiri,
Aku hanya punya semangat dan mimpi yang membara, Â
Senyuman-mu beri aku semangat tiada tara . Â
Ayah, Ibu...entah berapa kali aku jatuh dan terpuruk, Â
Namun, teringat suara lembut yang pernah memeluk,
Ayah dan Ibu, apa kabar kalian hari ini? Â
Aku lelah menghadapi dunia yang fana ini
Ayah, Ibu...Setiap malam ku kenang selalu wajah tulus kalian, Â
Berharap mimpi itu menjadi kenyataan.,
Namun aku terbangun di pagi hari dengan sendu, Â
Menyadari itu hanya mimpi indah yang berlalu. Â
Ayah, Ibu... Kehidupan orang dewasa sangatlah keras, Â
Bolehkah aku menangis sambil berteriak keras?
Dalam tiap langkah, ada bisik cinta, Â
Dari dua jiwa yang kini di surga. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H