Salah satu cara terpenting untuk mengubah dan membina umat adalah melalui pendidikan. Sangat sulit untuk memilih antara pendidikan umum dan pendidikan swasta. Khawatir bahwa pilihan ini akan menyebabkan perbedaan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum (sekuler). Namun, al-Banna menyatakan bahwa Islam dapat mencakup segala aspek yang saling terkait dan terintegrasi. Untuk mengantisipasi masalah ini, al-Banna menciptakan Madrasah al-Tahdzib di bawah Ikhwan al-Muslimin, yang menawarkan pelajaran yang mencakup Al-Qur'an, hadits, aqidah, akhlaq, sejarah Islam, dan tokoh-tokoh salaf. Karena program dakwah al-Banna ini, organisasi Ikhwan al-Muslimin didirikan pada tahun 1928. Setelah terbentuknya organisasi ini, dakwah al-Banna mulai menyebar melalui berbagai media seperti koran, tabloid, dan majalah, selain berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
 Dalam hal tujuan pendidikan yang diusulkan oleh al-Banna, program pendidikan tersebut di atas adalah penciptaan moral muslim yang memiliki dedikasi tinggi dan bersemangat untuk membawa perubahan ke mana pun ia berada bertahan dan tidak menyerah pada keadaan saat ini. Selain itu, para Selain itu, lulusan diharapkan memiliki integritas moral yang tinggi dan mulia dan atletis. Untuk alasan ini, pendidikan tidak hanya dilakukan dalam kelas, tetapi ada juga pelatihan di luar kelas yang sifatnya yang tidak formal.
- Konsep Ekonomi
Mesir, seperti negara Islam lainnya, termasuk negara berkembang dengan mayoritas warganya berpenghasilan di bawah rata-rata. Kondisi ini tidak lepas dari faktor geografis, yaitu lahan pertanian yang tandus sementara mereka bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian pokok mereka. Sebaliknya, monopoli ada di pihak asing, khususnya Inggris. Oleh karena itu, umat Islam menghadapi dua masalah: situasi geografis yang tidak menguntungkan dan monopoli asing yang mengganggu ekonomi Mesir.
- Konsep Politik
Pada tahun 1882, Inggris menduduki Mesir. Pendudukan ini menyebabkan pergeseran dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Pemerolehan kemerdekaan dan pembentukan dasar negara adalah masalah utama yang dihadapi oleh orang Mesir.
Dengan demikian, tiga teori yang diusulkan tentang perumusan dasar negara muncul. Al-Banna mendapat inspirasi dari tiga teori: pan-Islamisme, nasionalisme, dan patriotisme. Ketiga teori ini membentuk struktur politik Mesir. Menurut al-Banna, patriotisme dan nasionalisme tidak sepenuhnya bertentangan dengan Islam. Menurutnya, patriotisme memiliki tiga ciri yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam: tujuan untuk memperoleh kemerdekaan, menimbulkan rasa tanggung jawab untuk membela bangsa (atau bangsa) dari kononialisme, dan membuka wilayah Islam. Dengan demikian, patriotisme yang dipromosikan al-Banna tidak dibatasi oleh batasan geografis, tetapi oleh persamaan agama.
Dapat disimpulkan Pemimpin ilmuan, Hasan al-Banna mengikuti adat istiadat agama. Dalam diri al-Banna muncul keinginan untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata, dengan mendirikan komunitas masyarakat Islam sebagai sarana untuk mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dan mendalam. Al-Ikhwan al-Muslimin didirikan untuk membantu Hasan al-Banna dan rekan-rekannya dalam memulai risalah dakwah. Konsep dan gerakan Hasan al-Banna didasarkan pada semangat jihad yang ditanamkan dalam setiap aspek kehidupan atas dasar iman. Makalah ini disajikan dalam diskusi kelas dengan cara ini. Namun, penulis menyadari bahwa ada kesalahan dan perlu kritik untuk memperbaikinya. Pada akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H