Mohon tunggu...
Difa Andira
Difa Andira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hallo semuanya, semoga tulisan saya dapat bermanfaat untuk kalian

Selanjutnya

Tutup

Humor

Dark Jokes Sebuah Komedi atau Ajang Menghakimi?

6 Januari 2022   00:03 Diperbarui: 6 Januari 2022   00:27 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Internet dan dunia maya atau media sosial membuat interaksi antar seluru warga dunia menjadi bebas dan terbuka seolah-olah batas-batas suatu negara menjadi sempit dan salah satu dampak dari globalisasi yakni perkembangan teknologi. 

Tidak hanya berbagai informasi yang dapat disebarkan dengan cepat melalui hadirnya berbagai teknologi telekomunikasi tersebut, budaya pun dapat dengan mudah disebarkan ke seluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan globalisasi budaya dimana pernyataan ini dapat dikatakan sebagai suatu gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu dari suatu Negara ke seluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia atau world culture. Salah satunya yaitu Dark jokes.

Dark jokes sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Dengan adanya media sosial masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan mengetahui apa itu dark jokes. Dengan beredarnya dark jokes ini di media sosial muncul pro dan kontra dimasyarakat. Ada yang tertawa dan ada juga yang mengkritik sebuah dark jokes. Banyak komedian atau stan up comedy (komika) menyuguhkan materi dark jokes.

Jokes atau sebuah lawakan merupakan hiburan untuk kita semua. Semua orang memiliki referensi jokesnya masing-masing. Ada yang menganggap suatu jokes itu lucu ada juga yang menganggap bahwa itu tidak lucu. Dijaman sekarang ada istilah untuk lawakan-lawakan yang bersifat sensitif, jokes ini biasanya membercandai hal-hal yang sensitif seperti, agama, orang-orang yang memiliki kekurangan, dan lain-lain. 

Sebutan untuk jokes ini adalah Dark Jokes. Sebenarnya jokes atau lawakan tentang hal-hal seperti ini sudah ada sejak jaman dahulu, tetapi pada jaman sekarang jokes ini semakin menyebar luas dan semua orang membuat dan menyebarkan dark jokes mereka ke media sosial mereka.

Diera digital ini semua hal bisa menyebar dengan cepat, begitu pula dengan dark jokes. Semua orang bisa dengan mudah melihat dan menikmati jokes tersebut. Tapi permasalahan mulai bermunculan. Ada orang-orang yang menganggap dark jokes adalah hal yang lucu, ada juga orang-orang yang menganggap bahwa dark jokes adalah hal yang tabu dan tidak pantas ditertawakan.

Arti Dark Jokes

Dark Jokes sendiri merupakan sebuah lelucon yang dibuat dengan menabrakkan komedi dan tragedi berdasarkan realitas. Genre komedi ini sering mengangkat penderitaan, sebuah musibah atau kejadian-kejadian dimana biasanya orang-orang akan bersedih menjadi sebuah lelucon, dark jokes atau humor gelap juga bisa didasarkan dari hal-hal tabu, nyeleneh dan kebanyakan lahir dari hal-hal negatif yang terjadi masyarakat yang di dalamnya ada unsur sarkas dan satirnya. Sayangnya, penderitaan orang lain yang diambil sebagai bahan lelucon sering kali mengarah pada perilaku tak adil, seperti menghina, merendahkan, bahkan sampai rasisme.

Menurut Sigmund Freud, seorang ahli psikologi yang mencetuskan aliran psikoanalisis, dark jokes atau humor gelap adalah ego menolak untuk tertekan oleh keadaan atau provokasi realitas yang memaksa dirinya untuk bersedih bahkan sampai menderita. Ego tersebut bersikeras untuk tidak dipengaruhi oleh trauma dari luar namun pada kenyataannya, trauma seperti itu tak lebih dari kesempatan untuk mendapatkan kesenangan. Teori mengenai humor gelap itu terdapat dalam esainya 'Der Humor' pada tahun 1927.

Permasalahan yang Timbul karena Dark Jokes

Seperti yang sudah disinggung di atas, dark jokes memang sering kali mengarah pada pada ketidakadilan, seperti rasisme dan seksisme.Lelucon seksis, misalnya, bisa berakibat fatal terhadap kondisi sosial yang dipenuhi diskriminasi berbasis gender. Alih-alih menertawakan penderi taan untuk mendapat rasa senang, seperti yang dikatakan Freud, komedi semacam itu justru bisa menjadi serangan terhadap kelompok rentan. 

Oleh karena itu, seseorang harus betul-betul memikirkan konsekuensi yang mungkin ditimbulkan sebelum melempar dark jokes ke khalayak ramai. Semua penderitaan sepertinya memang potensial untuk dibicarakan menggunakan gaya dark jokes. Entah itu kematian, ras, seksualitas, hingga bencana.

 Lantas mengapa orang-orang bisa menyukai sebuah dark jokes yang mengandung banyak unsur negatif dan berpotensi besar menimbulkan masalah dimasyarakat? Ternyata ada beberapa alasan mengapa orang-orang bisa menyukai sebuah dark jokes. Hal ini desebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan orang-orang yang mengerti dan membuat dark jokes menjadi bangga karena mengerti letak kelucuannya. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

Membutuhkan IQ yang tinggi untuk mengerti dan membuat sebuah dark jokes.

Alasan pertama yang mencengangkan adalah, dibutuhkan IQ yang tinggi untuk membuat dan melihat aspek komedi dalam kejadian duka. Kalau perlu, hal tersebut bisa dijadikan salah satu tolok ukur di balik kepandaian seseorang.

EQ yang tinggi juga dibutuhkan.

Selain IQ, Willinger menunjukkan bahwa memahami dark joke adalah "tugas pemrosesan informasi yang kompleks" di mana EQ (emotional quotient) tinggi juga dibutuhkan. Suasana hati yang negatif dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan lelucon.

Contohnya adalah jika seseorang baru mengalami musibah dan suasana hatinya sedang muram dan sedih, saat ditunjukkan dark joke, mereka akan malah tersinggung dan menganggap yang melontarkan dark jokes tersebut sebagai pribadi yang tidak sensitive dan tidak memiliki rasa iba. Keadaan hati seseorang adalah tolok ukur bagaimana seseorang dapat menerima dark joke. Mereka yang memiliki mood jelek dan memiliki tingkat apresiasi rendah terhadap dark joke dan tidak akan menganggap itu sebagai sebuah lelucon.

Alasan Seseorang membuat Dark Jokes

Pendapat orang mengenai dark joke pun terbagi-bagi. Beberapa orang percaya bahwa humor ofensif seperti dapat membantu meruntuhkan penghalang dan menantang prasangka. Sedangkan yang lain merasa itu mengerikan. Namun ada juga beberapa orang mengeluarkan dark jokes hanya sebagai sebuah lelucon, bukan untuk menyinggung pihak manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun