Gokil, hebring, mager hingga bokis menjadi contoh dari beberapa kata yang mungkin sering kita dengar di sekitar kita, apalagi di zaman generasi milenial yang menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Duddy Zein & Wagiati berjudul "Bahasa Gaul Kaum Muda sebagai Kreativitas Linguistis Penuturannya pada Media Sosial di Era Teknologi Komunikasi dan Informasi", kemunculan bahasa gaul di kalangan kaum muda tidak dapat dilepaskan dari frame of reference atau kerangka berpikir kaum muda itu sendiri yang menganggap praktik berbahasa tidak ubahnya seperti berpakaian, berpenampilan, ataupun berselera musik seiring perkembangan zaman yang dinamis dan bebas.
Bahasa gaul juga disebut sebagai slang. Menurut Alwasilah (dalam Antoro, 2018:11), slang merupakan kumpulan kata-kata baru yang memperkaya kata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama dengan makna baru, jarang dengan kata yang sama sekali baru; tapi sering dengan kata lama dengan arti sama sekali baru. Sebenarnya keberadaan slang, dikategorikan menjadi kata yang tidak baku dengan sifat musiman. Adapun tujuan dari penggunaan slang, antara lain untuk bercanda, menarik perhatian, berbeda dengan yang lain, memudahkan berhubungan sosial hingga menyimpan rahasia.
Perlu anda ketahui bahwa slang sudah muncul sejak zaman generasi x atau semenjak orang tua, bahkan kakek dan nenek menginjak usia remaja. Hal tersebut tentu saya alami sendiri yaitu ketika sesekali berbincang ataupun bertanya kepada kedua orang tua saya. Beberapa waktu lalu saya sempat menanyakan kepada Ibu dan Bapak mengenai pertanyaan "Sebenernya tuh zaman dulu udah ada bahasa gaul gitu belum sih?".
Jawaban dari mereka tentu sudah, meskipun tidak semuanya mereka ingat dan tentunya sudah tidak digunakan juga di zaman generasi milenial ini. Salah satunya penggunaan tambahan ga pada masing-masing penggalan suku kata, misalnya "Kamu lagi apa?" menjadi "Kagamugu lagagigi agapaga?".Â
Mungkin sebagian orang menggunakan imbuhan ini untuk bergosip atau menyampaikan rahasia kepada orang lain supaya tidak ketahuan. Kalau Ibu dan Bapak menggunakan imbuhan slang tersebut untuk berbicara mengenai saat saya kecil sehingga saya tidak akan tahu artinya. Tapi, setelah saya beranjak dewasa, imbuhan slang tersebut pun saya gunakan.
Selain imbuhan "ga" sebagai slang, terdapat beberapa kata lainnya yang diberikan kedua orang tua saya, misalnya gokil dan bokis. Kedua kata tersebut hanya sebagian contoh dari slang yang sudah ada sejak zaman generasi terdahulu. Kata gokil atau yang artinya gila, hingga kini masih sering digunakan. Termasuk ketika saya berinteraksi dengan teman seumuran.
Tidak heran sebenarnya orang tua kita pun tidak kalah gaul apabila dibandingkan dengan tongkrongan kita. Bahkan, terkadang sapaan seperti "bro" pun terdengar dari Bapak ketika menyapa saya yang sedang ingin berpergian atau ketika pulang. Selain itu, orang tua di era saat ini pun mengerti beberapa slang dari generasi milenial, salah satunya kepo atau yang artinya knowing every particular object. Saya pun cukup terkejut ketika tiba-tiba Ibu menjawab pertanyaan saya dengan slang tersebut.
Daftar Pustaka
Antoro, Martinus Dwi. (2018). Bentuk, Jenis, dan Makna Kata Slang dalam Majalah HAI Edisi Januari - Juni 2017. Skripsi thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.