Mala petaka diujung mata
Hari mendera semangat tidak pernah pudar
Wahai laksana ombak menghempas karang
Membentur keadaan, itulah pejuang. antara bertahan dan tidak akan pernah mundur
Meski kadang harga diri diinjak-injak semangat dipatahkan teruslah melangkah
Ujung tombak peradaban menyalurkan ilmu dan harapan
Dimana letak keadilan, dalam satu ruang saja kita direndahkan
Wahai uang, kau memutus mata hati seseorang membuat muka menjadi dua
Sekolah tempat kita belajar segala hal tidak terkecuali karakter dan kejujuran
Kini harapan itu patah, tak kala sang kepala melakukannya
Dimana lagi harapan hidup akan keadilan, tumpah dara sang leluhur seakan terbuang percuma.
Sang kepala pendidik, kaulah contoh dari anak bangsa yang akan meneruskan negeri.
Disini bukan ladang mencari kaya, disini adalah pekerjaan Mulya
Diluar kau bisa menjadi apa.
Maafkan kami leluhur, kami gagal
komitmen hanya sebatas kata menutup muka yang sudah menjadi dua
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI