Mohon tunggu...
Windra Putranto
Windra Putranto Mohon Tunggu... profesional -

Speak Kindly Love Generously

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pop, Genre musik yang Mendewasakan diSSa

16 Mei 2015   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356280" align="aligncenter" width="702" caption="Perkenalan anggota Kompasianer"]

14267154681005757976
14267154681005757976
[/caption]

Nadya Fatira selaku host dan mediator pada kesempatan kali ini terlihat sangat menguasai materi, ungkapannya yang lugas namun mudah dimengerti serta dengan diselingi beberapa humor ringan membuat para kompasianer yang notabene para blogger ini berantusias dalam menerima informasi yang diberikan, ditandai dengan pengamatan saya sepanjang acara tidak ditemukan adanya peserta yang ngantuk, mengingat jam-jam tersebut adalah jam pulang kantor alias jam kritis.

[caption id="attachment_356281" align="aligncenter" width="700" caption="Kiri - Kanan : Nadya, diSSa (Aris, Adit, Mirkal, Agha) dan Rangga (E_motion)"]

14267155251867692384
14267155251867692384
[/caption]

Dua puluh menit waktu berlalu, ke-empat personil band yang berasal dari kota kembang Bandung ini masuk ke dalam ruangan acara. Nadya (host) mempersilakan satu-persatu personil diSSaband untuk memperkenalkan dirinya masing-masing dan menjelaskan genre musik atau band/penyanyi/artis yang menginspirasi mereka dalam bermusik, diawali oleh Agha (Gitar 1) penyuka dewa19 ini sangat menggandrungi genre musik pop-rock. Mirkal (Vokal) yang baru saja mendarat dari tanah kelahirannya, Bengkulu, menyukai genre musik pop, menurutnya lagu Sobat-Padi(1999) telah menginspirasinya untuk mulai membentuk sebuah band. Adit (Gitar 2) merupakan adik dari Agha, dalam hal musik,  genre musik rock dipilihnya karena dapat meningkatkan mood, “terutama musik Slank” tambahnya. Dan yang terakhir adalah Aris (Keyboard), dia memiliki selera yang cukup tinggi tapi agak sedikit nyeleneh, dalam hal genre musik aris lebih memilih genre musik instrumental sebagai identitas dirinya, dia sangat menyukai Yanni, Kitaro, Kenny G dan Erwin Gutawa. “Wahh... diluar kelaziman para keyboardis yang umumnya menyukai genre musik dance (EDM)”, imbuh Nadya.

Bandung merupakan kota kelahiran diSSa band yang terbentuk pada 21 Maret 2003, dengan formasi awal lima orang personil. Karena salah satu personil yaitu Boby (Bass Gitar) sudah memiliki usaha sendiri, maka band ini sekarang hanya beranggotakan empat orang namun hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berkarya. Terbukti dengan dua belas tahun eksis di belantara musik Indonesia dengan segala jatuh bangunnya, diSSa telah memiliki tiga buah album single yang dirilis pada tahun 2006, 2008 dan 2009. Namun sayang nasib berkata lain, bahkan recording label setingkat SONY BMG MUSIC ENTERTAINMENT pun belum mampu mengangkat ketenaran nama mereka di kancah musik Indonesia. Pertemuan pertama kali diSSa band dengan E_motion adalah pada saat band ini menjuarai kontes band yang diselenggarakan oleh MeetTheLAbels di hardrock cafe Bali 2013 silam. “Sebenarnya kita kasihan karena ngeliat ini band kok gak ada yang mungut, jadi yaa daripada mereka terlantar jadi kita pungut deh. Hahaha” ujar Rangga Ibiza selaku divisi promosi E_motion label. Sontak seisi ruangan ngakak atas humor yang agak basi tapi tetap melegenda. Nakal!

Berbekal pemenang 10 besar kontes musik yang diselenggarakan oleh MeetTheLAbels itulah diSSa masuk kembali ke dalam dapur rekaman, “Tapi kali ini full album” ujar Rangga. Tambahnya, “diSSa ini sudah memiliki level yang dimana seharusnya tidak perlu ikut kontes musik lagi, karena sudah pernah masuk dapur rekaman, apalagi sekaliber SONY BMG MUSIC ENTERTAINMENT. Namun dengan berbesar hati dan menghilangkan segala predikat yang ada, diSSa mau dan mampu membuktikan bahwa memang segala sesuatunya butuh pengorbanan”. Waktu menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit, lewat dari batas yang tertera di undangan (15.00-17.00) dan sesi tanya jawab pun dibuka dengan diawali menonton video klip diSSa berjudul “Penantian Bodoh”. Seluruh kompasianer antusias menyimak video klip yang bernuansakan klasik-retro era 60/70an tersebut. Usai menonton video klip, host memberikan kesempatan kepada lima orang kompasianer untuk bertanya kepada bintang tamu dan narasumber. Dengan lelucon yang khas Rangga nyeplos, “Sudah bisa pulang kan? Hahaha...” Belum juga ditanya sudah mau pulang. “Ngeri ditanya bloggers!” katanya.

[caption id="attachment_356282" align="aligncenter" width="700" caption="Nonton bareng video klip "]

14267155791102331791
14267155791102331791
[/caption]

Kelima kompasianer menanyakan tentang berbagai hal, antara lain tentang :


  • “Kenapa video klip berkesan jadul?”
  • “Kenapa tidak ada bassist dan drummer?  Dan bagaimana mensiasati saat tampil Live?
  • “Apabila ada permasalahan bersama, contoh pembagian honor. Bagaimana solusinya?
  • “Bagaimana cara diSSa menentukan genre musiknya?
  • “Bagaiamana cara agar diSSa tetap eksis, tidak one hit wonder?

Dengan nada santai personil diSSa dan Rangga menjawab seluruh pertanyaan ke-lima orang kompasianer :


  • “Video Klip dibuat berdasarkan pihak produser kami hanya ikut saja”, ujar Mirkal sang vokalis. “Jangankan video klip tampang mereka juga jadul, waktu baru ketemu mereka model rambutnya malah polem (poni lempar)” dalih Rangga.
  • “Dulu kami ada bassist (boby) berhubung dia sudah punya usaha sendiri, kami tidak bisa memaksakan dia untuk tetap tinggal. Untuk mengganti bass dan drum, kita menggunakan sequencer atau nyewapemain tambahan untuk posisi bassist dan drummersaat tampil Live” jawab Agha.
  • “Alhamdulillah kami solid. Kami dari nol, dari bawah banget, cuma teman nongkrong, dan dengan pengalaman jatuh bangun selama dua belas tahun, kami rasa hal itu sudah membuktikan bahwa kami tidak mempermasalahkan sesuatu secara berlebihan apalagi soal honor. Nggak lah... Haha” ujar Mirkal.
  • “Cara kami menentukan genre musik band pastinya melalui selera musik, karena selera musik kami secara mayoritas hampir sama, pop dan rock, kecuali si Aris, agak beda. Awalnya pun kami mengusung genre musik pop-rock, mungkin karena proses pendewasaan yang membuat kami mengubah haluan sedikit menjadi murni pop, meskipun banyak efek lead-guitar di setiap lagu yang kami bawakan”  jawab Adit.
  • “Cara kami agar tetap eksis . . . Hmm... InshaAllah kami akan terus berusaha semaksimal mungkin dan yang terbaik untuk musik Indonesia. Semua untuk para fans. Meskipun kami belum punya official fan base, tetapi kami memiliki media sosial Facebook, Twitter dan Youtube agar dapat berinteraksi secara langsung dengan para fans kami, termasuk mengetahui informasi terbaru tentang kami” jawab Aris.

Satu dari lima penanya yang berkesan menurut saya adalah penanya terakhir, karena tanpa disadari pertanyaan tersebut merupakan cambukan untuk diSSa dan pihak label agar dapat berupaya semaksimal mungkin untuk tetap eksis di industri musik Indonesia. Setelah sesi tanya jawab selesai, host memberikan hadiah kepada lima orang penanya dan dua orang pemenang live tweet yang beruntung pada kesempatan tersebut. Kemudian acara dilanjutkan dengan showcase diSSa yang membawakan single terbaru mereka “Penantian Bodoh”. Berikut video klip yang berhasil saya rekam meskipun sedikit kepotong akibat terlalu menikmati lantunan lagu “Penantian Bodoh”. Hmm... Bodoh memang!



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun