Keadaan diri telah berubah begitu cepat seiring perputaran tata surya yang berjalan pada porosnya, tak ada yang bisa mengetahui jejak-jejak perubahan yang menandainya. Begitu liniernya waktu sehingga melepaskan ikatan-ikatan tanda yang menjadi tonggak dalam setiap perubahan.
Pada fase mana keberadaan manusia menemukan kenyamanan dalam kefitrahannya, semuanya berlalu begitu cepat dan semakin tajam dalam proses pengerucutannya pada satu titik kesederhanaan.
Titik yang menjadi tujuan semua realita, titik yang menjadi muara semua aliran kehidupan di alam yang hanya sementara ini. Titik yang memberikan jawaban atas Nadir-nadir kegelisahan yang semakin menemukan pergolakannya sehingga mampu memecah semua aral yang selalu menghinggapi jiwa, tak trebisikkan oleh alunan-alunan syahdu arti sebuah penghambaan, hingga terjebak dalam kejumudan yang memalsukan segala warna sejati sebuah jiwa yang hanyut.
Hanya berusaha merajut setiap simpul kesadaran tunggal atas kehakikatannya dalam bingkai gerak universal yang berjalan sesuai dengan tatanan kosmosnya.
Hancurkanlah simbol-simbol kepalsuan yang hanya memberikan sekat terhadap hamparan keindahan ridlo-NYA. Muliakanlah diriku, dirimu, dan dirinya dalam setiap nafas yang akan dihembuskan, nafas yang memberikan makna berisi dalam kehidupan, keberisian yang akan memberikan kekosongan dalam kesederhanaan setiap penghambaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H