Mohon tunggu...
Dieny Permata Ainy
Dieny Permata Ainy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata

S1 Pariwisata, FIB, UGM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Exciting Parts of My Bali Tour: The Bloom Garden, Desa Batuan, Pantai Kuta, Pantai Melasti, GWK Culture Park

3 Desember 2024   22:34 Diperbarui: 3 Desember 2024   22:39 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sketsa setelah dinyigar (Sumber: dokumen pribadi)

November lalu, saya melakukan tour bersama teman satu angkatan ke Pulau Bali. Perjalanan ini berlangsung dari tanggal 5 sampai 6 November 2024 yang dihitung tanpa hari keberangkatan dan kepulangan. Selama dua hari tersebut, kami mengunjungi banyak tempat wisata yakni The Bloom Garden, Desa Batuan, Pantai Kuta, Pantai Melasti, dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Culture Park. Melalui kelima destinasi wisata ini, saya akan menulis hal paling menarik yang saya ingat dari masing-masing tempat.

Tempat wisata pertama yang kami kunjungi adalah The Bloom Garden. Sesuai namanya, The Bloom Garden, menurut saya adalah sebuah taman yang mempertemukan saya dengan musim semi. Saya menaiki tangga satu per satu sembari melihat pendamping jalan yang dipenuhi oleh bunga-bunga bermekaran. Mereka dikelompokkan dengan seragam ; putih, ungu, merah, dan kuning. Hampir semua warna mahkota telah berhasil diadopsi oleh tempat ini. Bahkan rumput yang ditanam pun memiliki warna bunganya sendiri.

Cuaca kala itu pun sangat mendukung. Matahari bersinar terik, awan putih seperti permen kapas yang halus, dan langit biru begitu cerah. Ini menyerupai perpaduan musim semi dan musim panas di mana saya tidak akan melihat bunga layu meski kemarau. Tidak terasa saya tiba di puncak. Saya disuguhkan oleh spot foto cukup luas dengan tulisan ikonik "The Blooms Garden". Latar belakang dari tulisan tersebut adalah pemandangan bukit. Kami langsung mendapat giliran untuk mengambil foto bersama. Karena masih pagi, matahari dari sisi Timur langsung menyorot wajah saya begitu sesi pengambilan gambar. Itu sangat menyilaukan, tetapi hasil gambarnya cukup memuaskan.

Usai berfoto ria, kami langsung meluncur ke destinasi berikutnya, menuju Desa Batuan. Desa wisata ini mengangkat tema budaya-edukasi sebagai daya tarik. Hal yang paling menarik perhatian saya selama di sana adalah cara para seniman membuat lukisan dengan gaya khas Desa Batuan. Mereka menggunakan berbagai teknik untuk menghasilkan suatu karya lukis yang memukau.

Kami berkesempatan mempelajari salah satu teknik melukis yang disebut nyigar. Nyigar adalah teknik untuk memperkuat warga hitam dan putih. Hitam di sini didapatkan dari cat air yang kemudian dipertegas kembali setelah mengering dengan cat kedua sehingga menghasilkan warna hitam yang lebih pekat. Pelatihan menyigar dilakukan dengan fokus selama lima belas menit. Selama pelatihan tersebut, saya telah menyelesaikan teknik menyigar satu sketsa sederhana. Hasil akhirnya tidak sebagus milik seniman di Desa Batuan, tetapi prosesnya sangat menyenangkan.

Foto sketsa setelah dinyigar (Sumber: dokumen pribadi)
Foto sketsa setelah dinyigar (Sumber: dokumen pribadi)

Hari esoknya, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta. Saya dan teman-teman tiba di pantai sekitar pukul sebelas siang. Pada saat itu, matahari benar-benar menyengat kulit sementara saya tetap bersikeras menyusuri bibir pantai bersama teman saya. Hal paling menarik begitu saya menjadi lebih dekat dengan ombak adalah embusan angin yang terasa sejuk. Seketika mood saya naik karena disambut angin laut. Tidak hanya itu, warna langit yang dipantulkan oleh pantai juga tak kalah menarik, seperti campuran hijau rumput laut dengan biru susu.

"Mbak, ayo duduk sini! Gratis," ajak seorang bapak-bapak sambil menunjukkan tempat teduh bernaungkan payung besar, lengkap dengan sepasang kursi santai.

Tempat itu tidak jauh dari posisi kami--saya dan satu teman saya. Kami berdua seketika menoleh, dan di belakang bapak tersebut, terlihat susunan buah kelapa muda utuh beserta kupasan kulitnya yang tercecer di pasir. Sepertinya dia baru saja melayani wisatawan lain.

Teman saya dibuat mengernyit sebab mendengar kata terakhir. "Gratis?" Ia bertanya dengan nada tak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun