Semakin mendekati masa pemilu, tentunya tidak heran jika kita menemukan berbagai perubahan untuk memeriahkan pesta demokrasi. Sayangnya, tidak semua perubahan tersebut membawa dampak positif bagi Masyarakat Indonesia.Â
Salah satu hal yang patut disoroti adalah pemasangan baliho yang merusak estetika dan tata letak kota. Tidak sulit menemukan baliho yang berisi ajakan untuk memilih salah satu calon anggota legislatif. Tidak peduli di kota atau desa, di tepi jalan atau di puncak pohon, sepanjang mata memandang kita disajikan dengan berbagai baliho dari berbagai partai politik.
Penggunaan baliho sebagai media kampanye sendiri telah menjadi tradisi di Indonesia. Hal ini terbukti dari menjamurnya baliho di setiap penjuru daerah Ketika musim kampanye. Baliho dinilai lebih terjangkau dan memiliki visual yang kuat. Kelebihan tersebut tentu menarik calon anggota legislatif menggunakan baliho sebagai media kampanye.Â
Di sisi lain, pemasangan baliho justru berdampak buruk pada kecantikan dan tata letak kota. Pemasangan baliho yang tidak strategis justru tidak akan memberi keuntungan bagi pemasangnya serta menimbulkan kerugian bagi Masyarakat. Daya Tarik berupa visual yang kuat terasa menganggu dan berlebihan ketika terdapat banyak baliho yang terkonsentrasi dalam satu tempat.
       Terdapat beberapa dampak buruk dari pemasangan baliho, yaitu:
- Visual polusi
Banyaknya baliho yang terpusat pada suatu daerah dapat menimbulkan visual polusi dan mengganggu estetika lingkungan.
- Gangguan lalu lintas
Seringkali kita jumpai baliho-baliho yang dipasang menghalangi pandangan pengendara. Hal ini meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
- Penggunaan ruang publik yang tidak efisien
Ruang public yang sudah seharusnya bermanfaat untuk keseharian Masyarakat dalam sekejap disulap menjadi lokasi strategis pemasangan baliho. Karena hal ini, ruang public mengalami penurunan efektifitas atau bahkan kehilangan fungsi utamanya. Salah satu contohnya adalah akses pejalan kaki.
- Kerusakan lingkungan alam
Setelah masa kampanye usai, baliho-baliho yang sebelumnya menjadi polusi visual berubah menjadi limbah. Para pemasangnya pun juga seolah lupa akan kewajiban membersihkan limbah yang mereka ciptakan sebagai alat kampanye dan melimpahkan tugas tersebut pada Satpol PP.
- Risiko membahayakan keselamatan masyarakat
Pemasangan baliho dapat mencelakakan Masyarakat sekitar. Contohnya pada musim penghujan, baliho dapat tertiup angin dan ambruk menimpa tiang listrik atau bahkan manusia.
- Kesan kampanye yang berlebihan
Terlalu banyak baliho yang terpajang memberikan kesan kampanye berlebihan dan tidak efisien. Visi misi yang ditawarkan calon anggota legislatif juga terkesan biasa. Ditambah visual yang terlalu kuat serta template baliho yang selalu sama menjadikan hilangnya daya tarik dari baliho itu sendiri.
Taktik penggunaan baliho sebagai media kampanye dapat disebut kuno dan ketinggalan zaman. Di era modern dengan segala kecanggihan teknologinya ini sudah banyak media alternatif yang jauh lebih efektif daripada baliho. Ada beberapa cara alternatif kamapnye selain penggunaan baliho, yaitu:
- Pemanfaatan media sosial
Sudah bukan hal yang aneh Masyarakat Indonesia, terutama pemuda, lebih gemar membuka dan mendapatkan informasi dari media sosial. Hal ini dapat menjadi peluang kampanye yang lebih efisien.
- Acara dan pertemuan publik
Mengadakan acara tatap muka dan diskusi dapat membangun hubungan personal dan memperkuat dukungan Masyarakat.
- Kegiatan sosial dan kemanusiaan
Melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan pada komunitas Masyarakat dapat membangun citra positif dan membangun hubungan dengan warga setempat.
- Kolaborasi dengan tokoh lokal
Bekerjasama dengan tokoh tokoh yang memiliki pengaruh dalam Masyarakat dapat meningkatkan dukungan dalam pemilu.
- Debat
Debat terbukti menjadi cara yang ampuh untuk menarik perhatian Masyarakat dan menjadi ajang penyampaian visi misi calon pejabat.
Bila dikaji lebih dalam pemasangn baliho sebagai sarana kampanye di Indonesia membawa lebih banyak masalah daripada manfaat. Namun seolah terpaku pada tradisi kuno yang dinilai menguntungkan, para calon pejabat menutup mata akan kerugian yang mereka akibatkan bagi Masyarakat. Bagaimana cara para calon anggota pejabat tersebut membangun masa depan bangsa apabila mereka masih belum mengerti cara menyebarkan informasi yang efektif dan tepat sasaran serta pentingnya ruang publik bagi Masyarakat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H