Mohon tunggu...
Dieny Rahmi
Dieny Rahmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Content Writer http://dienyrahmi.blogspot.co.id/ dienyrahmi02@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Inilah Pengalamanku Menjadi "Fresh Graduate"

25 Maret 2018   21:51 Diperbarui: 27 Maret 2018   00:02 9881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Fresh Graduate", apa yang ada dibenakmu jika mendengar kata tersebut? Yang akan teringat dibenakku adalah "masa pancaroba", bak perpindahan dari masa terindahmu menjadi masa yang penuh tanda tanya, tidak tahu akan berujung seperti apa, hari hari dijalani setelah perayaan wisuda terlewati.

Banyak yang bingung, setelah lulus mau jadi apa aku? banyak yang bertanya, untuk apa aku menggenggam ijazah Sarjana ini? Banyak juga yang bersantai santai, tidak berusaha mencari pekerjaan ataupun tidak berusaha untuk berbisnis, "santai dulu bosku" begitu ucapnya. Lalu mau bagaimana?

Inilah ceritaku, cerita yang berhasil membuatku menjadi lebih kuat, mengenali diri sendiri dan lebih berani serta mandiri. Setelah lulus bergelar Sarjana Ilmu Komunikasi, banyak yang aku lakukan, melamar kesana kesini, hingga menjadi owner jasa pembuatan CV. 

Lucunya, aku membantu orang lain membuat CV agar diterima oleh perusahaan yang dilamarnya, tapi aku sendiri masih pengangguran. hehe

Pernah dengar pepatah atau apalah itu? tulisannya kurang lebih begini "waktu yang kau miliki berbeda dengan yang orang lain miliki, tidak ada yang terlalu cepat atau terlalu lambat, setiap orang berputar pada waktunya masing masing meski hidup dalam planet yang sama".

Paham maksudnya? Jaman kuliah aku selalu ingin segera lulus, sehingga cepat cepat aku mengerjakan skripsiku, tapi aku tidak bisa ikut sidang skripsi pada gelombang pertama, karena skripsiku belum maksimal, lalu apa yang terjadi? 

Biarkan saja, waktuku akan datang, bukan digelombang pertamapun tak masalah, masih ada gelombang gelombang lainnya yang akan berbaik hati mengajakku untuk masuk disalah satunya.

Dulu jaman masih labil, aku berusaha mengikuti waktu orang lain, mengikuti tren waktu yang aku sendiri rupanya tidak mampu, waktu yang bukan terbaik untukku, hal tersebut rupanya sangat melelahkan, lalu setelah mengalami semua perdebatan waktu, akhirnya aku mengikuti waktuku sendiri, dan tibalah waktu fresh graduate itu.

Menjadi Pengangguran

Saat kuliah, sering ku fikir rasanya menyenangkan setelah lulus, tidak ada lagi tugas yang mencengkram kaki untuk bermain, tidak ada lagi kewajiban masuk kelas setiap pagi. Tapi jika boleh memilih, rasanya menjadi mahasiswa adalah waktu terbaik yang pernah kumiliki, jujur saja!

Setelah sidang skripsi dan dinyatakan lulus, aku adalah seorang pengangguran, aku fikir setelah sidang skripsi itu, aku akan merasa sangat bahagia dan "plong". Tapi tahukah kamu? itu semua salah. Masih ingat betul rasa itu, rasa yang sama sekali tidak aku harapkan kedatangannya.

Setelah dinyatakan menjadi S.I.Kom, tiba tiba saja muncul rasa lain, muncul sebuah rasa yang orang kenal dengan sebutan "beban". Ntah apalah itu, yang jelas aku merasa tidak bebas, yang ku fikir aku bisa bermain bebas kesana kemari, menonton Film dari pagi hingga ke pagi, rasanya itu konyol. Yang ada hanyalah rasa malu, ingin segera bekerja atau memiliki penghasilan sendiri.

Banyak rasa bersalah dalam fase ini, bosan dirumah, ingin main tapi butuh uang. Meminta uang pada orang tua bukanlah hal yang mudah dilakukan setelah lulus kuliah, (setidaknya bagiku). Untungnya, saat itu usaha jasa pembuatan CV ku cukuplah untuk hanya sekedar "hang out" bareng kawan pengangguran lainnya, hehe.

Jujur saja, aku sangat membenci waktu itu, rasa bersalah tak kunjung juga dapat kerja, ingin ku berbisnis, tapi terlalu banyak alasan rasanya sehingga memulai saja aku tak bisa. Ingin segera bekerja tapi panggilan belum juga ada. Sedihnya menjadi seorang pengangguran.

Hingga suatu hari, masih ingat jelas dalam ingatanku, saat itu tidak pagi bukan juga siang, aku sedang mencuci dibelakang dan telponku berbunyi. Diangkatku, lalu itu adalah sebuah panggilan untuk interview. Jakartalah tujuanku! Hingga saat itulah pertama kalinya aku pergi ke Ibu Kota seorang diri.

Keluar dari sangkar emas

Singkat cerita, interview tersebut berjalan baik, Alhamdulillah aku diterima kerja di salah satu Perusahaan Media. Walau masih sebagai freelance (daily paid), tapi aku tetap mensyukuri. Terlebih lagi perusaahan ini adalah salah satu perusahaan yang diidamkan oleh Sarjana Komunikasi.

Oiya, walaupun freelance, aku memiliki jadwal yang sama dengan rekan rekan lainnya yang sudah kontrak. Juga pekerjaan yang tidak jauh berbeda.

Rupanya tidaklah mudah menjadi pegawai baru! Usia dan jabatanku adalah yang terakhir, semua yang ku miliki saat itu adalah yang paling akhir, hingga bersikap menjadi "anak baru yang baik" adalah sebuah kewajiban. Tapi ntahlah apakah aku sudah cukup baik menjadi anak baru saat itu.

Selain sulit menjadi yang "terbaru" . Rupanya sulit pula hidup sendiri tanpa orang  lain. Ibu Kota adalah tempat dimana tidak ada sanak saudara. Di kota ini aku sendiri, dan rasanya sangat sulit. Kos dan Kantor, adalah dua tempat yang selalu ku datangi setiap hari. Hiburan? tenang saja aku punya acara Korea yang bisa ku download setiap hari.

ya! Keluar dari sangkar emasmu adalah sebuah proses yang harus dijalani, OH! Kecuali kamu kerja di kotamu sendiri, rasanya itu akan sedikit lebih mudah, setidaknya kamu hanya perlu beradaptasi di Kantor barumu saja tanpa beradaptasi di tempat tinggalmu.

Kadang juga aku merasa sangat sedih, ku lihat kawan kawan membawa bekal dari yang  dimasak oleh ibunya, aku? masakan warung nasi rupanya terbaik untukku saat itu, hehe.

Menjadi "anak baru"

Menjadi yang termuda bukanlah hal yang mudah, apalagi menjadi anak baru. Rasanya semua mata tertuju padamu. Setidaknya itu yang ada dalam fikiranku. setiap hari aku berusaha untuk menjadi "anak baru yang baik". Tapi ntah apa yang ada dalam fikiran The seniors, hehe semoga merekapun dapat menilaiku sebagai "anak baru yang baik".

Pesanku! Jangan lupa senyum, lakukan apa yang diperintahkan segera, bertanyalah jika ada yang membingungkanmu, tapi hati hati jaga pertanyaanmu jangan sampai dapat menyinggung seniormu!

Buatlah dirimu cepat belajar akan apa yang menjadi tugasmu, tunjukan jika kamu bukan orang yang malas, Ucapkan salam saat datang ataupun pulang. Lakukan yang terbaik, maka semuanya akan menjadi mudah.

Mungkin saja ditengah jalan kamu akan menemukan kesulitan, kesulitan dalam melakukan tugas barumu, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barumu, kesulitan menghadapi senior yang serba serbi macamnya bahkan sampai diabaikan. Haha

Bersabarlah, semua akan selesai dan indah pada waktunya. Semua orang akan mengalami masa masa itu, maka semangatlah! Kamu tidak sendiri.

Berusahalah wahai anak baru, dengan begitu kau akan segera beradaptasi dengan lingkungan barumu!

First Salary

Ilustrasi: bitlanders.com
Ilustrasi: bitlanders.com
Aha! Masalah gaji, sebagai seorangfreelance, jujur saja bisa dibilang kurang walau hanya untuk menghidupi diriku sendiri. Rupanya biaya hidup di Ibu Kota terhitung dua kali lipat atau lebih dari biaya hidup yang biasa aku gunakan.

Untungnya, sebelum fix bekerja, aku berdiskusi terlebih dahulu dengan orang tuaku. Ku jelaskan pada mereka bagaimana kondisi keuanganku kedepan. Bak malaikat yang baik hati mereka menyampaikan jika mereka akan mendukungku hingga aku mampu hidup sendiri. Paham?

Aku jelaskan, walau sudah bekerja, ada kemungkinan aku masih meminta uang pada Ayah dan Ibu. Mereka tidak mempermasalahkan itu, karena menurut mereka bukan uang yang harus aku dapatkan saat itu, tapi pengalaman, pelajaran dan ilmu yang dapat ku raih pada pekerjaan pertamaku.

Dari situ aku jadi bersemangat, targetku untuk bekerja bukanlah uang, melainkan sebuah pengalaman dan ilmu. Sehingga kadang aku merasa sangat kesal ketika teman temanku menolak bekerja pada sebuah perusahaan karena gajinya yang kecil.

Ada cerita, saat itu aku berbincang dengan teman kuliahku, posisinya aku berstatus sebagai freelance, dan dia masih pengangguran.

Dia banyak bertanya  padaku tentang pekerjaan, lalu ku jelaskan, setelah itu dia tahu bagaimana kondisi keuanganku walau sudah bekerja, tahukah kamu apa jawabannya? "kalo aku jadi kamusih aku gak akan mau deh, mending nganggur aja daripada kerja tapi gajinya segitu"

Mendengar jawabannya, aku cuma bisa tertawa sinis, untung kita ngobrol via whatsapp, coba kalo ketemu udah gua ceramahin dah lu! hehe.

Tapi karena sama teman, akhirnya aku beri penjelasan, jika dilihat dari materi itu memang tidak cukup, tapi dari pengalaman dan pelajaran yang aku dapat, hal itu bisa menjadi bekal untuk melangkah kedepannya.

Tanyakan saja pada mereka yang saat ini menjadi direktur, apakah dulu saat freshgraduate gaji mereka langsung besar?

Jika ingin berbicara materi, seharusnya hiduplah dengan harta warisan yang sudah dimiliki sejak lahir tanpa perlu menggunakan kemampuan dan otak yang dimiliki.

Aku sadar diri, sebagai fresh graduateaku tidak boleh serakah ingin gaji yang besar. Layaknya bayi yang baru lahir, mereka tidak bisa langsung lari, belajar tidur miring dulu, belajar duduk dulu, belajar dari yang termudah hingga akhirnya bisa berlari.

Fresh graduate adalah bayi yang baru lahir, karena hanya bisa membuka mata dan lapar, maka itulah upahnya, segitulah gajinya, saat sudah bisa berlari layaknya bos, maka upahmu akan semakin besar.

Ohooo.. Beda lagi dengan lulusan sekolah pemerintah yang baru lulus jadi PNS ya, hehe beda juga dengan mereka mereka yang sangat beruntung, ada juga sih teman dari temanku katanya baru fresh graduate gajinya sudah  banyak. Biarlah, seperti waktu, rejekipun berputar pada masing masing pemiliknya.

You know yourself more

Sumber: worldartsme.com
Sumber: worldartsme.com
Hidup sendiri di Kota orang membuatku lebih mengenali diri sendiri. Sesuai pengalamanku, banyak rasa yang baru aku rasakan. Aku baru tahu rasanya menangis karena masalah A, tersenyum karena B, dan kesal karena C yang sebelumnya belum pernah aku rasakan.

Benar benar seperti bayi baru lahir, banyak rasa dan pengalaman yang baru pertama kali aku rasakan. Jauh dari rumah, struggle and fight alone, itu tidaklah mudah. Walau saat kuliahpun sama, kos di luar kota dan sendiri, hal tersebut sangat jauh berbeda saat kau hidup dan kos untuk bekerja.

Dan pada akhirnya kamu sadar dan mengetahui, jika tidak ada orang lain yang bisa membantu selain diri kamu sendiri, darisitulah semua berawal. Rasa semakin kuat, semakin berani, semakin mandiri, karena keluar dari zona nyaman, semua yang ada dalam diripun ikut keluar untuk berusaha melindungi diri sendiri.

Such a great experience! 

Bersyukurlah karena rindu rumah

homesick-5ab7b7adcf01b4137012f263.jpg
homesick-5ab7b7adcf01b4137012f263.jpg
Sering kali aku menangis, karena ingin pulang. Rindu rumah adalah sebuah sindrom berbahaya yang tidak ada obatnya kecuali kamu "make a deal with yourself". Maksudnya, tidak ada cara lain, tidak mungkin besok harus izin kerja karena harus pulang kerumah beralasan rindu, bisa dipecat aku.

Hingga sebuah pemikiran muncul, rasa homesick ini sepatutnya harus disyukuri, rasa ini adalah sebuah bukti jika kamu sedang bekerja keras diluar rumah. Lihatlah kawan kawan lain, banyak yang ingin merasakan hal ini karena mereka selalu saja diam diri dirumah karena tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan diluar rumah. contohnya pengangguran.

Pemikiran itu yang selalu membantuku mengatasi rasa homesick ini, ketika sindrom rindu rumah muncul, kini secara otomatis yang keluar adalah perasaan bangga, bangga karena bisa merasakan rindu rumah.

Ada yang belum bisa melawan rasa homesick itu? cobalah caraku, be positive!

Berbaiksangkalah

Aku lulus dari Universitas Swasta, akupun bukan wisudawan terbaik di angkatanku. Tapi, teman teman bilang aku beruntung. Banyak juga yang bertanya, mengapa bisa bekerja disini, bisa bekerja disana.

Oya sebelumnya, setelah bekerja di perusahaan media, aku pindah bekerja ke salah satu Kementerian sampai saat ini. Fikirku, setidaknya di Kementerian aku berstatus kontrak, bukan seorang freelance, maka aku memutuskan untuk pindah.

Banyak kawanku yang bercerita padaku, mereka mengeluh mengapa masih saja menjadi pengangguran.

Jadi begini, ini bukan sebuah teori ataupun pelajaran, hanya sebuah pengalaman dari apa yang aku alami. Awalnya aku belajar ikhlas dan menerima. Be positive! Aku percaya Allah menyiapkan rencana terbaikNya.

Sehingga fikirku, karena latar belakang pendidikanku bukanlah dari Kampus terbaik di Indonesia, maka bisa jadi aku kalah administrasi dengan kawan kawan yang berasal dari Kampus Kampus tersebut, hingga pada akhirnya aku berfikir untung "main belakang"

Main belakang disini bukanlah sebuah hal negative, melainkan sebuah kepasrahan yang aku lakukan saat itu, aku fikir "Lets do the best and Let God do the rest".

Aku nyogok pada Allah, berusaha menunaikan kewajibanku semaksimal mungkin, hingga aku berdoa agar Allah akan memberikan hak atas kewajibanku.

Dan Alhamdulillah, semua mindset tersebut tidaklah sia sia, Aku hanya berbaik sangka, Tuhanku memiliki rencana terbaik untukku, maka aku harus melakukan yang terbaik, sisanya biar Allah yang akan mengatur.

So, Dear Fresh Graduate, Just do your best, and Let God do the rest!

Semangat! Setiap orang memiliki waktunya masing masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun