Mohon tunggu...
Dienrapra
Dienrapra Mohon Tunggu... Penulis - writerpreneur

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Sebuah Foto yang Tertinggal

17 Desember 2024   13:30 Diperbarui: 17 Desember 2024   13:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam yang larut dengan pandangan kosong dilalui Dea setiap hari meski mencoba untuk mengisi dengan hal-hal yang dapat melupakan masa lalu. Dimana masa lalu itu dirasakan perih dan penuh kekecewaan. Dea mencoba untuk tetap bisa tertidur walau pikiran dalam kepalanya selalu melayang ke kenangan penuh kepalsuan. Hingga timbul pertanyaan di benak kepalanya, apakah yang telah terjadi antara mereka benar atau hanya ilusi belaka. 

Dea mencoba mencari tahu kebenarannya namun tiada yang mau mengatakan semua yang telah terjadi sekian tahun lamanya. Dea baru merasakan keganjalan akhir-akhir ini sejak terjadi pertengkaran yang hebat dengan suaminya atau bapaknya anak-anak. Dea sudah menikah lebih dari 20 tahun yang lalu dan telah mempunyai 2 orang anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa. 

Setahun terakhir ini, Dea merasakan ada yang tidak beres dengan kehidupannya. Dea bingung mau bercerita ke siapa, segala pertanyaan sudah ada di kepalanya, namun setiap pertanyaan itu dilontarkan selalu dianggap hanya halusinasi saja. Apakah yang Dea rasakan tidak benar, namun keyakinannya mengatakan lain setiap pembicaraan tanpa sengaja suami melontarkan kata-kata yang membuat Dea mengernyitkan mata memandang ke arah suami. 

Suami segera meralat perkataannya pada saat melihat tatapan mata Dea tersebut. Suami mulai melancarkan cerita yang selama ini diyakini oleh Dea tentang kehidupan rumah tangga mereka selama ini. Dea sebenarnya sudah jenuh mendengarnya, namun mencoba untuk mendengarkan dan berusaha meyakini bahwa suaminya telah menceritakan semuanya yang sebenarnya.

Pernah suatu saat terjadi pertengkaran yang membuat sang suami marah demikian besarnya yang membuat anak-anak dipanggil untuk konfirmasi kebenaran yang Dea yakini selama ini. Hal ini membuat anak-anak menjadi murung dan menangis. Segala pemikiran yang terbesit di kepala Dea coba utarakan kepada seseorang namun selalu mentah dan Dea yang dianggap suka mengada-ada berpikiran negatif.

Setahun lamanya sudah pertengkaran itu terjadi, hal ini membuat Dea sekarang lebih berpikiran masa bodoh dengan semua yang terjadi dan mencoba menjalani kehidupannya. Dea mulai merasakan hal yang berbeda pada diri anak-anak. Dea merasa bersalah dan menyesal mengapa hal ini bisa terjadi pada rumah tangganya. Bertahun-tahun terasa semuanya baik-baik saja dengan kehidupannya, namun sekarang telah berbalik menghukum Dea yang telah menghancurkan rumah tangga yang telah terbina selama 20 tahun lamanya.

Dea juga sudah mulai bersikap lebih legowo menerima semua keadaan. Manusia hanya bisa menjalani karena semua skenario kehidupan hanyalah milik Tuhan. Apa yang terjadi sudah menjadi kehendak dan takdir dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kadang Dea lebih banyak suka mentertawakan diri sendiri atas semua yang telah terjadi. Tuhan akan memberikan ujian hidup kepada hambanya karena dianggap mampu dan itulah hal yang terbaik. 

Rahasia Tuhan tiada yang tahu, mungkin bagi manusia itu tidak baik belum tentu bagi Tuhan. Berpikir pada masa depan dan menjalani apa yang ada telah membuat Dea lebih merasa nyaman tanpa harus berpura-pura bahagia. Bersikap apa adanya jauh lebih baik buat Dea yang sekarang. Bagi Dea sudah pasrahkan semua pada Tuhan apa yang terjadi tanpa memaksakan keadaan seperti yang diinginkan atau impian.

Kadang Dea ingin dapat mengenang masa lalu yang tidak akan dapat terulang kembali. Semua telah berubah seperti skenario Tuhan yang kita sendiri tidak dapat merubahnya. Pertemuan yang semakin jarang terjadi dimana suami sudah tidak seperti dulu yang dapat  pulang sewaktu-waktu. Apabila ada rasa ingin bertemu selalu Dea hanya bisa memandang foto yang terpampang di galeri google foto miliknya. 

Saat ini Dea merasa sudah tidak mengenali lagi seperti apa wajah suami yang sudah bertahun-tahun hidup dengannya. Dea hanya bisa mengenali sosok suaminya dari ciri bekas luka di dahinya. Semua seakan hilang begiu saja sosok suami dalam ingatannya semenjak 2 tahun yang lalu. Setiap sosok suami pulang ke rumah, Dea merasakan bahwa itu adalah sosok suaminya, namun di sisi lain bahwa yang pulang adalah bukan sosok suami yang telah hidup bersama dengannya. 

Semua orang pasti akan mentertawakan Dea setiap mendengar cerita Dea bahwa sudah tidak mengenali seperti apa sosok suaminya selama ini. Dea merenungkan semua ini apa yang tengah terjadi sebenarnya, ah sudahlah.... hanya Tuhan yang tahu seperti apa kegelisahan yang dialami Dea selama ini. Dea hanya berharap suaminya dalam keadaan baik-baik saja dimanapun berada dan bahagia selalu dengan kehidupannya yang sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun