Mohon tunggu...
Dienrapra
Dienrapra Mohon Tunggu... Penulis - writerpreneur

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duka Hati Rara

10 Mei 2024   06:00 Diperbarui: 10 Mei 2024   06:34 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi yang cerah, tak secerah hati Rara. Rara hanya terdiam melihat pemandangan di depan matanya. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya....

"Rara....." Kata seseorang di samping Rara seraya tangannya menyentuh pundak Rara.

Rara setengah kaget melihat siapa yang ada di sampingnya. 

"Kamu kenapa Rara? Dari tadi saya lihat kayak melamun," katanya.

"Iya, saya tidak apa-apa, " kata Rara.

" Coba cerita ke saya, siapa tahu saya bisa bantu, " katanya.

Namun Rara hanya terdiam dan mencoba tersenyum seraya berlalu dari hadapannya. Rara bingung mau cerita ke siapa, segala pertanyaan ada dalam kepalanya, namun tidak berani mengungkapkannya. 

Gejolak hati Rara berusaha menepis segala pikiran yang senantiasa menghantuinya, namun tetap tidak bisa. Pikiran yang kacau tanpa sebab selalu menghantui setiap langkah kakinya.

Rara hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya pada Tuhan. Rara selalu mencoba bertanya pada seseorang tapi tidak pernah bisa mengungkapkannya, semua berkecamuk sendiri dalam pikiran Rara 

Pernah suatu kali, Rara bertanya pada seseorang yang selama ini berada di dekatnya, namun malah hal itu membuat hubungan mereka menjadi renggang dan kacau seperti benang ruwet.

Selama ini hubungan mereka seperti apa, seakan segala pertanyaan ada di kepala tapi tak jelas. Semua berujung pada pikiran yang kacau tanpa sebab. Lantas bagaimana dengan perasaan Rara selama ini? 

Rara hanya bisa terdiam dengan mulut terkunci rapat. Rara senantiasa menahan untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya ingin Rara ungkapkan.

Seakan itu menjadi beban tersendiri bagi Rara. Rara saat ini hanya bisa pasrah dan diam tak berkutik.

Rara hanya bisa jalani saja apa yang sudah menjadi kehendak Tuhan. Segala pikiran yang ada  dalam kepala, Rara coba tepis dan hilangkan dari benaknya. 

Rara berharap semua akan baik-baik saja. Hal ini membuat Rara semakin merasa bersalah.

Rara hanya bisa menumpahkan segala kedukaan hatinya di atas sajadah. Rara berharap semua ini akan segera berlalu, berganti dengan hari yang lebih baik tanpa ada gundah gulana.

Rara tidak mau lagi memikirkan apa yang akan terjadi. Semua yang terjadi hanya karena Rara yang terlalu terbawa perasaan sehingga membuat pikiran menjadi kacau tidak terkendali.

Semua yang terjadi menjadi cambuk buat Rara untuk lebih berhati-hati dalam memikirkan sesuatu dan tetap tenang. Rara janganlah banyak mengeluhkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun