Mohon tunggu...
Dien Ksatria Widhibrata
Dien Ksatria Widhibrata Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Kecil tentang Kemerdekaan

18 Agustus 2014   00:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

69 tahun silam, pada tanggal 17 agustus 1945, bertempat di jalan pegangsaan timur 56, Jakarta pusat. Ir. Soekarno didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Peristiwa Rengas Dengklok tak lepas menjadi sorotan yang melatarbelakangi kemerdekaan Indonesia. Saat itu, para pejuang yang berusia muda seperti, Chaerul Saleh, Sukarni, dan juga Wikana “menculik” Bung Karno (bersama Fatmawati dan Guntur) dan Bung Hatta. Tujuan mereka jelas agar bung Karno dan bung Hatta tidak dipengaruhi oleh Jepang yang sudah menyatakan menyerah pada kekuatan sekutu. Mr. Ahmad Soebardjo sebagai tokoh golongan tua menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah melakukan perundingan dengan golongan muda, Wikana. Tawaran tempat dari Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya disetujui oleh para tokoh Indonesia, mengingat hotel Des Indes tak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam.

Cerita diatas hanyalah sebuah pengantar untuk mengingat jasa para pemuda yang dengan berani mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda saat itu menyatakan siap menerima segala resiko yang ada, tak terkecuali melawan armada Jepang. Semangat para pemuda itulah yang mendorong Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini. Namun, kini semangat para pemuda seperti Wikana, Chaerul Saleh, dan Sukarni hanyalah sebuah kenangan saja. Tak ada lagi pemuda-pemuda penerus mereka. Nasionalisme para pemuda kini mulai luntur. Tergerus oleh zaman yang menuntut para pemuda untuk hidup manja. Tiada perlawanan yang ditunjukkan para pemuda. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Tanpa pernah memikirkan urusan bersama untuk menciptakan masyarakat madani di negeri ini. Mungkin kita pernah mempelajari tentang sejarah bangsa ini, baik dari tingkat sd sampai sma. Namun, semua yang diajarkan pada kita hanyalah sebuah teks kosong. Tak pernah ada praktek langsung untuk mencintai bangsa yang dibangun dengan darah dan air mata para pejuang.

Sudah sepatutnya kita sebagai rakyat Indonesia menghargai apa yang telah diperjuangkan para pahlawan kita. Teringat kata-kata yang keluar dari seorang orator ulung, Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, maka akan ku goncangkan dunia.” Founding fathers kita sangat percaya terhadap kekuatan pemuda. Karena berkat para pemuda lah kemerdekaan Indonesia dapat dicapai. Jangan sampai, amanah yang diberikan para founding fathers kita untuk menjaga kedaulatan negeri ini tidak kita laksanakan. Jangan sampai para pahlawan yang telah gugur menangis melihat bangsa ini dari atas sana. Jangan kita sia-siakan pengorbanan dari para pahlawan. Ingatlah, bahwa kehidupan kita yang kita rasakan begitu damai saat ini adalah berkat jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Negara ini dibangun diatas perjuangan para pejuang. Mari kita bersama menyongsong hari depan yang lebih baik untuk negeri ini. Mari kita siapkan para pemuda tangguh untuk memperjuangkan negeri ini agar benar-benar merdeka.

Negara yang pemudanya tidak percaya dengan kekuatannya tidak akan pernah menjadi sebuah Negara yang benar-benar merdeka. ~Soekarno

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun