Saat itu, Hasanudin hanya singgah sebentar di Banten Girang dan langsung menuju Gunung Pulosari. Rupanya penting bagi Hasanudin untuk 'menaklukkan secara batin' negeri yang mereka incar ini.
Sebuah tradisi yang mengakar kuat di Jawa dan tercermin dalam Serat Centhini, menyebutkan bahwa jika suatu masyarakat atau golongan rakyat berpindah agama, maka para pemimpin agama-lah yang pertama-tama memeluk agama baru, seolah-olah mereka merupakan golongan pendeta yang mantap, apapun ajaran yang dianut mereka (Guillot et al, 1996, hal 98-106).
Sesuai dengan tradisi ini, Hasanudin berupaya mengislamkan golongan ajar-ajar itu. Konon, Hasanudin tinggal di Pulosari selama lebih dari 10 tahun. Sajarah Banten mencatat keberhasilan Hasanudin lewat kisah kemenangan dalam adu ayam melawan para ajar. Â Baru sesudah kemenangannya di bidang agama, Hasanudin berani melancarkan serangan militer atas pusat politik Banten Girang.
Nantinya di Banten Girang, kita akan mempelajari tokoh penting bernama Ki Jong dan Agus Jo yang pertama kali memeluk agama Islam dan setia pada Raja Islam pertama yaitu Hasanudin. Ki Jong merupakan punggawa penting Kerajaan Pakuan Pajajaran yang ditugaskan di Banten Girang.Â
Nantinya dengan bantuan "orang dalam" di ibu kota Pakuan Pajajaran, mereka membuka jalan bagi Pasukan Banten yang menerobos masuk Parit Pakuan Pajajaran untuk menyerang ibu kota, mengakhiri kisah kerajaan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579. Hingga saat ini, kita bisa melihat dan ziarah ke makam Ki Jong dan Agus Jo di Banten Girang. Â
Kerajaan Tua Nusantara di Banten : Berawal di Laut, Berakhir di GunungÂ
Tidak jelas apa yang terjadi dengan Raga Mulya setelah penaklukan tersebut. Apakah beliau terbunuh? Apa yang beliau lakukan setelah penyerangan Banten ke Pakuan Pajajaran di Bogir pada tahun 1579? Di mana beliau dipusarakan? Semoga berikutnya, ada pencerahan literatur tentang hal ini.
Namun, ada catatan yang sangat menarik untuk disimak dari penelusuran literatur ini.
Di Teluk Lada, Banten, disebutkan pernah ada sebuah kerajaan tua bernama Salakanagara. Keberadaannya masih timbul tenggelam, dan belum memiliki jejak peninggalan yang pasti. Namun, keberadaan kerajaan ini sudah pernah dikabarkan oleh utusan Cina dan para saudagar Arab yang berdagang ke India yang 'disadap' oleh ahli ilmu bumi Mesir bernama Claudius Ptolemeus dalam bukunya Geographia pada sekitar tahun 150 M.
Sedangkan, berita dari Cina pada masa Dinasti Han (sekitar tahun 132 M) menyebutkan adanya Raja Yeh-tiao yang diduga sama dengan Yawadwipa atau Yabadiu, dan nama Tiao-pien diduga sama dengan Dewawarman, yang diduga adalah Raja Salakanagara (130 -- 168 M). Perkiraan waktu Kerajaan Salakanagara ini yaitu antara 130 -- 455 Masehi.