Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melacak Jejak Peradaban di Lereng Gunung Pulosari Pandeglang (Bag. 1)

22 April 2019   16:40 Diperbarui: 22 April 2019   16:47 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanghyang Heuleut di kaki Gunung Pulosari

Jejak Kerajaan Hindu ?

Catatan lain yang harus kami sertakan di sini adalah adanya berbagai jejak peninggalan budaya di seputar lereng Gunung Pulosari, dari mulai menhir, punden berundak, batu dakon, hingga ini pernah ditemukan berbagai arca yang berciri Hindu.

Arca-arca ini menggambarkan Siwa Mahadewa, Durga, Betara Guru, Ganesa dan Brahma serta sebuah lapik berhiaskan seekor naga. Lapik dan ke-lima arca ini ditemukan di dekat kawah Gunung Pulosari dan sempat menghiasi taman Asisten Residen Belanda dan dikenal dengan nama "arca-arca Caringin". Arca-arca di Pulosari ini sudah dipindahkan ke Museum Nasional, Jakarta.

Penemuan arca berciri Hindu ini membuat ilmuwan Friedrich menarik kesimpulan yang menyebutkan bahwa ada kerajaan Hindu di Banten sebelum zaman Pajajaran. "Dugaan kami adalah bahwa sejumlah pendatang Hindu pernah menetap di pesisir yang nyaman ini dan mendirikan sebuah kerajaan makmur yang kekayaannya berasal dari perniagaan di Selat Sunda" demikian kesimpulan Friedrich pada tahun 1850, pada saat meneliti arca-arca tersebut.

Ketiga gunung berapi yang berada di Kabupaten Pandeglang ini cukup menarik. Dari peta, lokasi ketiga gunung ini seperti 'berkumpul' membentuk segitiga. Yang paling tinggi adalah Gunung Karang (1.778 m), disusul dengan Gunung Pulosari (1.364 m)  dan Gunung Aseupan (1.174 mdpl). Ketiganya tidaklah terlalu tinggi, namun jalurnya terkenal cukup sulit dan terjal.

Di antara ketiga gunung ini, Gunung Pulosari yang dianggap paling keramat. Hal ini nantinya ada hubungannya dengan Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanudin dari Demak, Banten Girang dan akhir dari Kerajaan Pakuan Pajajaran hingga awal mula Islam di Banten.
Tapi itu nanti, di bagian tulisan selanjutnya.

Tulisan: Diella Dachlan
Foto: Bimo Tedjokusumo, Diella Dachlan

Referensi:

Guillot, C., Nurhakim, L., Wibisono, S., Adhyatman, S., franaise d'Extrme-Orient, ., & Nasional, P. P. A. (1996). Banten sebelum zaman Islam: kajian arkeologi di Banten Girang (932?-1526). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Guillot, C. (2008). Banten-Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII. Kepustakaan Populer Gramedia.

Hatmadji, H. T. (2005). Ragam Pusaka Budaya Banten. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun