Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Calobak: 3 Situs Tua di Punggungan Gunung Salak

28 Maret 2017   21:31 Diperbarui: 30 Maret 2017   15:00 6372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain plang bertuliskan Situs Calobak dan peraturan, tidak ada informasi apapun tentang situs ini

Ada sebuah saung terbuat dari kayu pohon Menyan di situ. Atapnya yang terbuat dari fiber mulai kelihatan rusak. Di dalamnya terdapat satu bilik yang berisi peralatan makan. Tidak ada air disini, sehingga Mang Sain berinisiatif membuatkan drum air untuk menampung air hujan.

Kami berada di tempat ini hingga tengah hari. Setelahnya turun, karena awan gelap mulai membuat tempat ini menjadi lebih gelap.

Situs Eyang Tolok yang merupakan situs ke-dua di Calobak
Situs Eyang Tolok yang merupakan situs ke-dua di Calobak
Undakan yang Samar

Punden berundak yang biasanya di Jawa Barat membentuk lima tingkat, di ketiga situs di Calobak ini tidak terlalu jelas perbedaan tingkatnya. Mungkin karena tanahnya mulai longsor dan susunan batuannya terlepas. Atau teori lain, jangan-jangan masih ada batas undakan yang terkubur di bawah tanah. Setelah asyik mengukur di situs Eyang Raksa Bumi,Mang Sain berinisiatif meminta Bimo mengukur di dua situs lainnya. Tampaknya ia senang sekali memiliki data baru dimana ia pun ikut terlibat.

Di situs Eyang Tolok, misalnya. Luas area panjang 2.65 meter dan lebar 2.10 meter ini sama sekali tidak jelas batas antara tingkatan dan sekilas tampak langsung membentuk bukit kecil. Susunan “nisan”nya adalah 10 menhir yang berjajar di “puncak” punden dan ditutupi kain berwarna hitam, yang tidak kami pahami artinya.

Situs Eyang Esi, situs pertama yang terdekat dari Kampung Calobak
Situs Eyang Esi, situs pertama yang terdekat dari Kampung Calobak
Situs Eyang Esi, lebih lebar dan lebih landai dibanding Eyang Tolok.Lebarnya 4 meter dengan panjang 5.50 meter. Tapi di sini kami tidak yakin dengan batas paling bawah, karena di sekitarnya terlihat ada susunan batu yang mirip dengan susunan batu di situs. Hanya arkeolog yang dapat menjawabnya.

Nama Calobak

Dulu di Kampung Calobak tidak ada air, sehingga warga mengambil air dari mata air kampung tetangganya yang bernama Bobojong untuk kemudian mengalirkannya ke kampung.  Kata Mang Sain, nama Calobak menurut kakek dan tetua di kampungnya berasal dari bahasa Sunda Calubek, yang menggambarkan airnya sedikit dan berasal dari sumber air yang berbentuk liang.

Plang situs Calobak dekat perempatan Ciapus
Plang situs Calobak dekat perempatan Ciapus
Berada di tempat ini dalam waktu yang amat singkat, kita akan mengetahui bahwa kampung ini perlu mendapatkan perhatian. Misalnya, di kampung ini tidak ada tempat sampah, sehingga warganya membuang sampah ke sungai. Demikian pula dengan di lokasi ketiga situs. Meskipun sering dibersihkan oleh dua juru pelihara di tempat ini, tetapi tidak ada tempat sampah di seluruh kawasannya.
 Terutama situs ke-tiga yang seringkali kotor oleh sisa sampah pengunjung yang malas membawa turun sampahnya. Selain itu tidak ada fasilitas kamar mandi. Selepas kampung, maka pilihan untuk pengunjung situs adalah menahan “hajat” atau buang hajat di hutan.

Sayang sekali, tempat seunik Calobak dengan ketiga situs kunonya dari peradaban karuhun kita di masa lampau, belum terkelola dengan baik, malah cenderung terbengkalai. Ironinya:  justru di saat peradaban masyarakat sudah modern. Duh!.

Sungai Ciapus alit berair jernih di Calobak yang sayangnya juga sering dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga, karena ketiadaan pengelolaan sampah di kampung ini
Sungai Ciapus alit berair jernih di Calobak yang sayangnya juga sering dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga, karena ketiadaan pengelolaan sampah di kampung ini
Teks: Diella Dachlan
Foto: Diella Dachlan, Bimo Tedjokusumo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun