Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teka-teki Makam Jerman di Megamendung (Bag. 1)

24 Januari 2017   18:19 Diperbarui: 24 Januari 2017   20:41 5064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patung Buddha disebelah monumen yang dibangun Helfferich bersaudara (Foto: Diella Dachlan)
Patung Buddha disebelah monumen yang dibangun Helfferich bersaudara (Foto: Diella Dachlan)
emil-02-5887366b8023bdd412748d94.jpg
emil-02-5887366b8023bdd412748d94.jpg
emil-03-5887367dd27a61680e286341.jpg
emil-03-5887367dd27a61680e286341.jpg
Emil Helfferich: Pengusaha Jerman dan Anggota Partai Nazi

Untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua, kami memulai penelusuran untuk mencari tahu siapa itu Emil Helfferich. Kisah hidupnya amatlah menarik.  Literatur dan referensinya ada di akhir tulisan ini.

Emil Helfferich (1878-1972) adalah pengusaha berkebangsaan Jerman.  Awalnya, Emil datang ke Penang pada tahun 1899 dan pindah ke Sumatera Selatan untuk mendirikan perusahaannya. Ia juga dikenal sebagai pedagang lada. Lalu ia pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1903. Emil pernah menerbitkan surat kabar berbahasa Jerman yaitu Deutsche Wacht. Ia bahkan sempat berkantor di Toko Merah, rumah tinggal Gubernur Jenderal Baron von Imhoff, di kawasan Kota Tua Jakarta.

Tahun 1905, Pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan politik pintu terbuka (opendeur politiek)yang memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk orang Eropa non-Belanda untuk berinvestasi di Hindia Belanda. Kesempatan ini dimafaatkan oleh Helfferich bersaudara untuk membeli tanah seluas 900 hektar dan membangun perkebunan teh berikut pabrik pengolahannya di Desa Sukaresmi setelah Perang Dunia I (1944-1918). 

Emil berkontribusi besar untuk memperkuat hubungan dagang Jerman Indonesia, ia mempelopori berdirinya perhimpunan warga Jerman di Hindia Belanda. Pada tahun 1924, ia juga mendirikan the Deutscher Bund, kamar dagang Jerman pertama di Indonesia, yang kemudian tutup pada tahun 1940 sebelum Perang Dunia II.

Sisi Emil Helfferich yang cukup kontroversial adalah ia tercatat sebagai anggota Partai Nazi. Ia dikenal cukup dekat dan bersahabat dengan pejabat-pejabat Nazi, seperti Heinrich Himmler. Pada November 1932, Emil menjadi ko-sponsor untuk mengajukan Petisi Industri kepada Presiden Paul von Hindenburg yang menuntut agar Adolf Hitler menjadi Kanselir Jerman. Bertentangan dengan harapan Presiden Hindenburg, Hitler menjadi Kanselir pada Januari 1933, hanya dua bulan dari saat petisi diajukan. Dan hal ini dimungkinkan oleh dukungan para bankir dan industrialis seperti Helfferich.

Emil Helfferich termasuk salah satu tokoh kunci untuk menelusuri hubungan kedua Negara ini di masa lalu. Saudaranya, Karl Theodor Helfferich (1872-1924), merupakan politikus dan ekonom kenamaan Jerman. Emil tinggal di Jawa sebagai pedagang lada tahun 1899 hingga 1928. Ia kembali ke Jerman pada usia 51 tahun dan menjabat berbagai posisi penting di Republik Weimar, termasuk kepala perusahaan pengiriman barang Hamburg-Ameria, yang kemudian dikenal sebagai HAPAG-Lyod.

Makam Letnan Kapten Herman Tangermann, pangkat tertinggi di komplek makam ini (Foto: Diella Dachlan)
Makam Letnan Kapten Herman Tangermann, pangkat tertinggi di komplek makam ini (Foto: Diella Dachlan)
Pemandangan di Desa Sukaresmi menuju Makam Jerman (Foto: Diella Dachlan)
Pemandangan di Desa Sukaresmi menuju Makam Jerman (Foto: Diella Dachlan)
Monumen

Helfferich bersaudara tampaknya sangat mencintai negara, berjiwa patriotik dan aksi-aksi kepahlawanan. Monumen di Arca Domas, Sukaresmi ini dibangun untuk menghormati aksi heroik  Admiral Maximilian Graf von Spee yang pada 8 Desember 1914 melawan Inggris. Pada pertempuran di Kepulauan Falkland atau Malvinas, Amerika Selatan, 4 kapal perang Jerman tenggelam dan sekitar 2000 orang Jerman, termasuk Admiral Spee dan kedua putranya tewas. 

Awalnya, Helfferich bersaudara berpikir untuk mendirikan monumen peringatan gugurnya prajurit Skuadron Jerman-Asia Timur tahun 1914 itu di gugusan kepulauan Cocos Keeling. Kepulauan ini terletak sekitar 2.750 km dari Perth, Australia. Alasannya karena kapal "Emden" yang tenggelam akibat perang Cocos pada 9 November 2014, Jerman melawan sekutu untuk menghancurkan komunikasi sekutu, berada di sana.

Namun, karena pertimbangan lokasi, Helfferich bersaudara memutuskan untuk membuat tugu peringatan di kawasan Arca Domas, di kaki Gunung Pangrango, Bogor. Alasannya, karena lokasi itu masih merupakan kawasan perkebunannya dan karena para prajurit dan kru kapal Jerman sering berkunjung ke lokasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun