Biasanya di Desa Todo, Anda akan diminta untuk mengisi buku tamu dan dijelaskan tata caranya oleh Bapak Titus Jegadut (0812 37984914). Beliau adalah warga Todo yang juga staf Dinas Pariwisata yang bertugas di Todo. Sedangkan untuk mengunjungi Desa Wae Rebo, perlu berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 2-4 jam dari desa Denge. Wae Rebo pada bulan Agustus 2012 lalu mendapat penghargaan UNESCO sebagai warisan adat budaya.
Di Dintor, sekitar 4 kilometer dari Denga, ada Wae Rebo Lodge milik Martinus Anggo, anak muda Wae Rebo yang menjadi pemandu. Pengunjung dapat memilih bermalam di sini jika kemalaman. (kontak: 0852 39344046, martin_anggo@yahoo.com). Penginapan lainnya terletak di Kampung Denge, yaitu rumah Bapak Blasius Monta (kontak sebaiknya melalui sms dulu: 08123 39350775).
Pencinta olahraga trekking akan menemukan surga kecil di Flores. Karena banyaknya permintaan trekking dari warga asing yang datang ke Flores, maka muncullah paket-paket wisata yang menawarkan wisata trekking. Rutenya bisa menjajal gunung-gunung api di seputar Flores. Misalnya Gunung Inarie dan Gunung Ebulobo di Bajawa, atau Anak Ranakah di Ruteng, atau yang lebih ringan ke Gunung Mbeliling di dekat Labuan Bajo. Tetapi, Flores lebih terkenal dengan spot diving-nya. Nyaris setiap sudut pantai dan laut yang mengelilingi pulau ini adalah spot menyelam yang indah.
Paling banyak adalah di seputaran Labuan Bajo dan Kepulauan Komodo. Beberapa penyedia jasa trekking antara lain www.floresexplore.com, www.floresexotic.com, www.florestrails.com, www.sundatrails.com, www.floreskomodo.com, www.exploredesa.com, www.floresnemo.com, www.welcome2flores.webs.com Sedangkan diving operator bisa ditemui di sepanjang jalan Soekarno Hatta di Labuan Bajo. Sedangkan website untuk jasa diving nyaris ditemui setiap Anda memasukkan kata kunci “diving Flores” di Google. Atau, daftarnya juga bisa Anda lihat di linkt berikut untuk daerah Labuan Bajo dan sekitarnya: http://www.floreskomodo.com/index.php?option=com_content&task=view&id=70&Itemid=83
Laboratorium Alam
Danau Tiga Warna Kelimutu masih menempati urutan pertama dalam urutan keajaiban alam ini. Bagaimana tidak? Ketiga danau ini terletak di puncak gunung dan memiliki tiga warna berbeda karena kandungan mineralnya. Warna hijau tosca, merah dan putih yang mendominasi warna ketiga danau ini konon berubah juga warnanya. Penduduk sekitar mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di negeri ini.
Tempat ini juga tak lepas dari legenda yang menyertainya dan karenanya masih terus dijadikan sebagai tempat untuk memberi persembahan tanda hormat kepada leluhur. Danau merah dipercaya ditempati oleh arwah jahat, danau putih adalah arwah orang tua dan danau hijau tosca adalah tempat bagi arwah muda-mudi. Keajaiban alam lainnya yaitu Komodo. Kadal raksasa ini dipercaya belum berevolusi dari masa purba dulu. Kekuatannya bertahan melintasi jaman dan bencana alam menunjukkan ketangguhannya. Komodo kini masuk menjadi salah satu seven wonders yang pada masa pemilihannya mengundang banyak kontroversi. Namun terlepas dari kontroversi tersebut, kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo memang meningkat tajam dalam dua tahun belakangan ini. Kita patut berbangga, tetapi juga tak bisa lengah dari kewajiban menjaga dan melestarikannya. Minimal, ketika berkunjung ke habitat asli Komodo, taatilah peraturan yang berlaku di sana.
Pulau Flores juga kaya akan lokasi-lokasi wisata alam seperti gua, air terjun, air panas dan danau. Danau Sano Nggoang, danau vulkanik di daerah Mbeliling, Kab Manggarai Barat adalah salah satunya yang sangat menarik dikunjungi. Uniknya, baik Danau Sano Nggoang dan Danau Kelimutu memiliki jenis burung endemic. Di Sano Nggoang terdapat puluhan jenis burung dan sebagian besar adalah endemic, atau hanya ditemukan di kawasan itu saja. Demikian pula dengan burung Gurugiwa (Pachycephala nudigula nudigula) di Danau Kelimutu. Burung ini memiliki 5 jenis suara, padahal hanya dari satu burung saja. Pulau Flores juga merupakan potensi laboratorium alam.
Anda masih ingat dengan Tsunami 1992 yang menghantam Maumere dan merengut ribuan nyawa? Pulau Babi di depan Maumere itu mengalami fenomena alam tanah retak dan hantaman gelombang yang membuatnya nyaris tenggelam.