Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa komunikasi antar budaya memiliki unsur sosio-budaya yang harus kita pelajari agar memahami konsep-konsep dasar tentang berkomunikasi antar budaya dengan orang lain. Dengan begitu kita memahami sifat dan sikap seseorang dengan memahami tiga unsur sosio-budaya tersebut.
A. Hambatan Efektivitas Komunikasi Antar Budaya Terhadap Mahasiswa :
1. Menarik diri dari kehidupan sosial
- Interaksi sosial antar etnis, pada kenyataannya beberapa kelompok yang berusaha untuk menarik diri, 'penarikan diri antaretnis'. Alasannya adalah susahnya untuk menginternalisasikan nilai-nilai yang sudah ada bagi kelompok pendatang. Walaupun silang budaya sudah ada melalui pernikahan,. Ada pendapat dengan penjelasan bahwa solidaritas yang dibangun berdasarkan etnisitas tidak bersifat selamanya, namun pendapat ini disanggah dan dibantah oleh paradigma otonomi primordial. Paradigma ini percaya bahwa kekuatan primodial etnisitas merupakan realitas yang sudah sedemikian rupa adanya dan ada tanda konvergensi dalam konsep etnisitas.
- Secara budaya, etnis yang proses pembentukannya di awali atas persamaan bahasa, agama, kebangsaan, dan wilayah kediaman memiliki posisi fundamental dalam kehidupan, yakni membentuk kesadaran primordial dan pembentuk identitas. Oleh karena itu, sangat jarang seseorang mengingkari etnisnya, walaupun pernah mengalami asimilasi dengan kelompok etnis lainnya. Hal ini dipertahankan agar tidak ingin mengalami kehilangan identitasnya, keterputusan dengan lingkungan primordialnya, budaya, dan sosial. Etnisitas dipertahankan melewati berbagai proses antropo-sosiologis. Dengan begitu, kelangsungan hidupnya sudah mengalami yang ada pada dirinya dapat dipertahankan. Bahkan, melalui sosial dan kontrak kultural yang lebih luas, mereka mendapat pengakuan dari kelompok etnis yang lain.
- Geerzt dalam Kohar mengatakan bahwa etnisitas mempunyai karakter tertentu dalam setiap kelompok etnis. Ia memberikan beberapa karakteristik contoh di seputar konflik antaretnis. Konflik antaretnis dilatar belakangi oleh perbedaan agama, bahasa, ras, adat istiadat, geografi dan sejarah.
- Mutalib dalam Kohar mengatatkan bahwa persoalan hubungan antaretnis tidak bisa dipandang sebagai permasalahan sejenak atau sesaat yang lenyap begitu terjadi proses modernisasi dan akulturasi karena kesetiaan-kesetiaan lain, tidak akan menghilangkan kesetiaan pada etnis. Sehingga, interaksi intraetnis dalam sistem sosial tidak bisa dipastikan terkikis melalui perubahan- perubahan dan akulturasi. Perbedaan-perbedaan kultural anteretnis bisa berlangsung meskipun ada kontak dan saling ketergantungan antaretnis. Setiap kelompok budaya selalu mengusahakan mempresentasikan kembali simbol-simbol budaya, menampilkan simbol budaya yang sudah terbentuk pada masa lalu.
2. Prasangka Sosial Akar Konflik Masyarakat Multikultural
- Prasangka berkaitan dengan sudut pandang, perilaku dan sikapnya terhadap individual dan kelompok lain yang berbeda. Pada masyarakat multikultural, prasangka sosial dapat muncul karena kecemburuan sosial, yakni sikap negatif kepada kelompok tertentu karena keanggotaan mereka dalam masyarakat.
- Gill Branston dan Roy Stafford mendefinisikan prasangka sosial sebagai kecenderungan penilaian negatif terhadap seseorang yang memiliki perbedaan ras dan etnis. Prasangka sosial menimbulkan terciptanya peran antagonis suatu kelompok, karena prasangka berpikiran yang negatif pada beberapa kelompok. Bahkan prasangka dapat menimbulkan sikap diskriminasi dan terciptanya jarak sosial. Pakar psikologi sosial membedakan tiga komponen antagonisme kelompok yaitu komponen afektif, kognitif , dan perilaku. Oleh karena itu, prasangka sosial dapat menimbulkan efek yang membahayakan terhadap kelompok yang menjadi objek prasangka. Ia dapat memicu munculnya konflik etnis, pengasingan suatu kelompok, dan jarak sosial.
3. Etnosentrisme budaya
- Etnosentrisme merupakan menilai budaya orang lain dengan kacamata budaya kita sendiri. Kelompok tertentu dianggap salah oleh kelompok lain yang berbeda, karena mereka memandang kelompok yang salah itu menurut takaran kebenaran yang ada pada budayanya sendiri. sehingga, tindakan menghukum secara sosial dan memberikan klaim 'label salah' terhadap budaya orang yang berbeda. Etnosentrisme tidak selalu salah karena terdapat kesadaran menghargai dan sikap positif terhadap kebudayaan sendiri. Namun pada sisi lain, etnosentrisme dapat memberikan penilaian negatif terhadap budaya orang yang berbeda. Kesimpulan yang salah dari etnosentrisme budaya adalah menghalangi suatu individu untuk berinteraksi dengan individu/kelompok lain yang memiliki perberbedaan budaya.
- Menurut Summer dalam Alo Liweri yang dikutip Kohar ,dalam paham etnosentrisme, pada dasarnya manusia bersifat individualistik yang mementingkan diri sendiri sehingga melahirkan budaya antagonistik. Setiap kelompok yang sangat etnosentrik sering memutlakkan aturan. etika, Aturan, dan budayanya dianggap paling bernilai. Senada dengan itu, James W. Neulip dalam bukunya Intercultural Communication : A Contextual Approach menjelaskan paham etnosentris bisa mengarah kepada konsekuensi tertentu kepada orang lain. Atas dasar itu, ada tiga aspek yang sangat terkait dengan etnosentrisme:
a. Setiap masyarakat memiliki sejumlah ciri kehidupan sosial yang dapat dihipotesiskan sebagai sindrom.
b. Sindrom-sindrom etnosentrisme secara fungsional berhubungan dengan keberadaan dan susunan kelompok serta persaingan antar kelompok, sehingga bila semakin besar etnosentrisme suatu kelompok sehingga semakin besar solidaritas kelompok tersebut.
c. Adanya generalisasi bahwa semua kelompok menunjukan sindrom tersebut. Aktualisasi sindrom tersebut muncul dalam bentuk kelompok intra yang aman (in-group) dan memandang sebelah mata terhadap kelompok luar (out-group). Inilah yang disebut dengan etnosentrism continuum. Dari konsep Neulip sebelumnya kita bisa mengerti bahwa etnosentrisme budaya berawal dari royalitas yang tinggi terhadap budaya kelompok. Ia menganggap bahwa budayanya mengandung nilai-nilai kebaikan sehingga ia bertindak menurut ukuran kebenaran budayanya serta menganggap budaya lain salah.
B. Adapun Tujuan Komunikasi Antar BudayaÂ
1. Tujuan Komunikasi Antarbudaya sebagai berikut :
- Kita bisa mengerti bahwa seseorang yang berasal dari kebudayaan berbeda akan berpengaruh terhadap pelaksanaan komunikasi.
- Menetapkan faktor penghambat yang akan dihadapi ketika melakukan pertukaran pesan antar budaya.
- Mengasah dan melatih potensi dalam melakukan komunikasi secara langsung maupun gerakan tubuh.
- Membuat individu-individu bisa melakukan komunikasi sesuai dengan yang diharapkan.
- Bisa saling menghargai satu sama lain dan memiliki rasa toleransi tinggi atas keberagamaan yang ada di negara Indonesia.
- Permasalahan perbedaan bisa diatasi jika kita meriset dan mempelajari kelompok yang memiliki budaya yang berbeda.
Salah Satu Tujuan Komunikasi Antarbudaya ialah mengurangi tingkat kesalahpahaman sudut pandang komunikasi antarbudaya menegaskan bahwasannya penyampaian pesan antarbudaya bisa mengurangi keraguan perihal sikap dan sifat seseorang.
Gudykunstt dan Kim menyatakan manusia yang tidak saling mengenal melakukan cara untuk berusaha mengurangi terjadinya miss communication dan mencegah konflik. Ada tiga tahapan dan cara yang dapat mengurangi tingkat ketidakpastian melalui beberapa tahap :