PRAAAANG..., suara pintu besi ditutup. Kemudian tak lama suara gembok dikunci. Dua polisi yang mengenakan seragam lengkap meninggalkan sebuah ruangan di ujung lorong kantor polisi Polres Kota Metro Baru. Salah satu di antara mereka menggenggam kunci-kunci gembok.
Ruangan itu, yang dikunci polisi tadi, berukuran 5x7 meter, dinding dari tembok cat warna kuningnya sudah mengelupas, lantai dari semen. Di atas lantai tanpa alas, lima pemuda baru saja dimasukkan pagi tadi. Mereka adalah Jhon, Amro, Tio, Nadi, dan Rudi. Iya, ruangan itu adalah sel tahanan.
Ruangan yang di bawah plafon dilengkapi jeruji besi itu nampak kusam karena lama tidak ditempati. Baunya pun agak pesing. Hanya satu kamar mandi, termasuk WC ukuran 1x1 meter. Ruangan itu tampak sesak dihuni lima pemuda yang baru saja ditangkap polisi. Tak ada televisi. Sementara di samping ada ruang kecil untuk para petugas jaga.
“Hei, kamu dan kamu, ikut saya,” kata petugas berpakaian preman menunjuk Tio dan Rudi. Mereka berdua digiring keluar ruangan dengan dikawal petugas berseragam menenteng senjata laras panjang. Mereka dibawa menyusuri lorong menuju sebuah ruangan.
Tio berperawakan pendek kekar dengan kulit sawo matang. Potongan rambutnya cepak. Sorot matanya tajam. Sedangkan Rudi berperawakan sedang. Rambutnya panjang sebahu diikat dengan karet gelang.
Di dalam sel tersisa tiga orang, Jhon, Nadi dan Amro. Jhon pemuda gondrong yang bertato di punggung hanya diam bersandar di dinding. Tampak ada bekas luka memar di pelipisnya. Celana jeans yang dia pakai pun tampak kotor.
Nadi pemuda kurus pun sama tampak lusuh. Ada bekas luka di lengannya, seperti tergores benda tajam. Sedangkan Amro badannya lebih gemuk dengan perawakan tinggi besar, kulitnya hitam serta rambunya keriting.
Mereka bertiga adalah kawan Tio dan Rudi. Ketiganya nampak lelah sehingga tak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Sesekali mereka mencoba memejamkan mata melepas lelah.
Tak lama kemudian terdengar percakapan di sebelah ruang sel itu. “Lubangnya hampir tidak cukup Ndan. Kami masukkan paksa saja. Tapi sudah kami semen atasnya,” kata salah seorang petugas yang terdengar dari balik tahanan. Ketiga pemuda yang hampir ngantuk itu terjaga mendengar suara dari luar. Mereka kemudian serius menguping percakapan di ruang sebelah.
“Kurang bersih ngepelnya itu. Masih banyak ceceran di lantai,” suara pria lainnya yang nampak baru masuk ke ruangan.
“Iya bang nanti saya bersihkan lagi. Tadi kami seret saja,” kata petugas yang sebelumnya melapor soal lubang tadi.