Mohon tunggu...
diego fawzi
diego fawzi Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Program 1/2 Anies

22 Februari 2018   16:04 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:18 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anda tahu kan gaya saya? Dimatangkan dulu. Begitu semuanya beres, baru diumumkan".

Geli sungguh geli saya mendengarnya. Ucapan tersebut dilontarkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika ditanya wartawan mengenai rencana pelebaran trotoar di Sudirman-Thamrin (Kompas.com). Baiklah, tiap orang memiliki style yang berbeda. Tetapi kebanyakan mikir yang ada bakal molor. Mari kita lihat saja masalah trotoar, dengan bahasa kerennya revitalisasi trotoar. 

Asian Games yang akan diadakan di Jakarta dan Palembang Agustus 2018 tinggal sebentar lagi. Tapi, diprediksi revitalisasi trotoar ini tidak akan rampung sebelum acara olahraga se-Asia itu dimulai. Faktanya, program revitalisasi trotoar ini telah ada konsepnya dari gubernur terdahulu dan apabila dilaksanakan, selesai desember 2017 (Mediaindonesia.com)

Baik, beliau punya konsep sendiri. Akan tetapi konsep beliau ini seakan-akan membuat program di atas kertas kosong yang bersih, tanpa pertimbangan dari program-program terdahulu. Sehingga, apa yang dilakukan beliau akan berjalan lambat, berkurangnya efisiensi, banyak waktu terbuang, yaah a. k. a molor.

Lah, gak kok gak molor. Beliau cepat menjalankan program di Tanah Abang. Program tersebut memang segera dilaksanakan, tapi tidak memperhitungkan kepentingan yang lain. Macet di belasan titik, pemogokan sopir angkot, penutupan jalan. Meskipun ada program yang dengan segera dilaksanakan, program tersebut akan banyak ditambal sana sini. Contoh lain? Program dibuka kembalinya Jalan Sudirman untuk kendaraan bermotor. Program dilaksanakan, penilangan terhadap pengendara motor dalam sepekan saja terjadi hingga ratusan kasus.

Belum lagi masalah banjir. Era gubernur Jokowi dulu telah ada program pembuatan waduk-waduk baru untuk menampung air agar tidak meluap dan membanjiri Jakarta. Penambahan waduk juga disarankan oleh Presiden Jokowi untuk mengurangi debit air hingga 30% Desember 2017 yang lalu (Merdeka.com). Tapi apa? Tidak menjadi perhatian. Pak Anies memiliki program sendiri. Beliau lebih memilih naturalisasi sungai. Banjir kan jadinya? Banjir di Jakarta awal februari yang lalu menjadi contoh nyata gaglnya program tersebut.

Gaya Anies ini bisa dibilang perfeksionis yang setengah-setengah. Semuanya menurut Anies harus matang. Bagus ! tapi Anies tidak harus serta merta menolak yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Anies  bukan di negara yang berfaham diktator kok atau Anies sendiri yang ingin jadi diktator ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun