"Lakukan pekerjaan yang kamu sukai, dan kamu tidak akan pernah terpaksa untuk bekerja (Laozi)". Kata-kata ini sangatlah tepat ditujukan pada orang orang yang bekerja dengan hati atau passion nya memang di bidang pekerjaannya. Seperti seorang chef perempuan muda bernama Hua Xiao Mai. Â
Terlahir dari keluarga chef yang memiliki restoran di kota kecil di Tiongkok, Hua Xiao Mai sejak kecil terbiasa dengan dunia kuliner. Bukan hanya resep atau teknik memasak, jenis bahan makanan yang dapat dimakan dan bahan makanan apa saja yang dapat diolah, Hua Xiao Mai atau dipanggil Xiao Mai juga ahlinya. Didalam keluarganya, hanya Xiao Mai yang mewarisi bakat kuliner dari kakeknya dan ayahnya, sedangkan kakak perempuannya, Hua Er Qiao tidak. Setelah kedua orangtua nya meninggal, Xiao Mai pun tinggal bersama Er Qiao dan kakak iparnya, Tang He, karena sudah tidak ada keluarga dekat yang menampung Xiao Mai.
Ketika Xiao Mai tinggal bersama Er Qiao dan Tang He, penduduk kampung sering sekali menggosipkan Xiaoman yang dianggap tidak tahu malu karena dalam tradisi Tiongkok, perempuan yang sudah cukup umur untuk menikah, namun belum menikah dianggap tidak pantas tinggal dengan kakak perempuannya yang sudah menikah. Untungnya Er Qiao dan Tang He tidak ambil pusing dengan gossip orang kampung dan membiarkan Xiao Mai bereksplorasi dalam dunia kuliner.
Film berjudul "The Fires of Cooking: Hua Xiao Chu ini diproduksi pada tahun 2020 dan disutradarai oleh Li Xiao Jiang. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul "Shi Wei Ji" yang ditulis Xi He menceritakan sosok chef perempuan legendaris bernama Hua Wheat, menampilkan pemandangan desa dan kota kecil di pegunungan yang indah. Kediaman Er Qiao dan Tang He tepat berada dipinggir sungai kecil dengan airnya yang jernih dan mengalir deras.
Untuk menuju desa mereka, kita pun dibawa mengikuti jalan berbatu yang berkelok-kelok dengan pepohonan disisi kanan dan kirinya, melewati jembatan melengkung dari batu dan lembah berisi hutan dengan berbagai macam tanaman. Tanaman di sekitar lembah dan hutan inilah yang sering digunakan oleh Xiao Mai untuk membuat makanan sehari-hari. Selain tanaman dari alam, seperti jamur, bambu, bunga liar, Xiao Mai juga menanam berbagai macam sayuran di halaman rumah.
Pemandangan sungai yang indah juga dapat dinikmati ketika Xiao Mai membuka warung mi di pinggir sungai. Awalnya mi yang dijual Xiao Mai dianggap terlalu mahal, namun setelah salah satu penduduk menikmati mi buatan langsung Xiao Mai tersebut, mulai banyak penduduk yang berdatangan untuk membeli mi.Â
Mi yang dijual Xiao Mai dibuat langsung di tempat oleh Xiao Mai dengan bahan-bahan yang segar, yang langsung dipetik dari hutan atau kebunnya, dan dilengkapi dengan makanan lainnya, misalnya telur, seafood (udang atau kerang), ayam, babi, sayuran dan lainnya. Xiao Mai juga selalu memberikan acar sebagai pendamping mi.
Pada satu adegan, Xiao Mai menanam pohon cabe dari bibit cabe yang diberikan Yu Huai, laki-laki gagah dan jago bela diri, teman akrab Tan He. Sebelum Xiao Mai dikenalkan dengan Yu Huai oleh Tang He, sebenarnya Xiao Mai sudah bertemu dengan Yu Huai secara tidak sengaja.Â
Ketika Xiao Mai sedang memetik jamur langka berwarna oranye, Xiao Mai terjatuh, untungnya Yu Huai sedang lewat dengan kudanya di daerah tersebut, dan langsung menolong Xiao Mai. Xiao Mai pun jatuh hati pada Yu Huai pada pandangan pertama. Namun sebagai perempuan, Xiao Mai lebih memilih menahan perasaannya pada Yu Huai dan menunggu Yu Huai yang menyatakan perasaan lebih dahulu.Â
Setelah pertemuan pertama mereka, Yu Huai kemudian selalu membantu Xiao Mai dalam meraih impiannya dalam dunia kuliner. Yu Huai membantu menggambar dan membuatkan food stall untuk Yu Huai berjualan mie, memberikan biji cabe untuk ditanam Xiao Mai yang saat itu merupakan tanaman langka dan mahal dan bantuan lainnya. Yu Huai pun jatuh cinta kepada Xiao Mai. Sebagai tanda cinta kepada Xiao Mai, Yu Huai memberikan perona pipi atau blush on. Benda ini menjadi make-up pertama yang dimiliki Xiao Mai.
Meng Yu Huai atau biasa dipanggil Yu Huai, laki-laki tertampan di desa tersebut, merupakan incaran semua gadis yang belum menikah. Bekerja sebagai komandan keamanan pengiriman barang penting di daerah tersebut, Yu Huai dianggap sudah mapan dan menjadi contoh laki-laki ideal untuk dijadikan suami.Â
Namun semua gadis dan keluarga para gadis enggan dekat dengan Yu Huai karena temperamen ibunya yang sinis kepada semua orang. Ada satu gadis yang terus mendekati Yu Huai, yaitu Guan Rong, teman Yu Huai sejak kecil sekaligus tetangganya. Guan Rong tidak pernah mundur mendekati Yu Huai namun sayangnya Yu Huai tidak memiliki hati sama sekali pada Guan Rong. Yu Huai hanya menganggap Guan Rong sebagai teman saja.
Kehadiran Xiao Mai di desa tersebut, dan secara cepat menjadi dekat dengan Yu Huai tentu saja membuat Guan Rong gelisah. Segala cara dilakukan Guan Rong untuk menjauhkan Yu Huai dengan Xiao Mai. Mulai dari berpura-pura menjadi temannya sampai membantu Xiao Mai di kedai mi milik Xiao Mai.Â
Xiao Mai awalnya tidak mengetahui niat Guan Rong tapi lama kelamaan mengetahui niat Guan Rong dan memutuskan pertemanan dengan Guan Rong. Guan Rong pun sakit hati dan semakin sakit hati ketika tahu Yu Huai melamar Xiao Mai.Â
Guan Rong pun melakukan tindakan nekat dan berusaha menjebak Yu Huai dengan berpura-pura sakit, sehingga Yu Huai dan ibunya menjenguk, dan saat itulah ibu nya Guan Rong meminta Yu Huai menikahi Guan Rong karena Yu Huai sudah melihat Guan Rong hanya memakai pakaian dalam ketika sakit. Untungnya ibu Yu Huai menolak memiliki menantu Guan Rong dan tidak membiarkan Yu Huai terjebak menikahi Guan Rong. Akhirnya Xiao Mai pun menikah dengan Yu Huai.
Setelah menikah dengan Yu Huai, Xiao Mai tidak menghapus impiannya untuk memiliki restoran sendiri dan memasak untuk lebih banyak orang, bukan hanya keluarganya. Yu Huai pun digambarkan sebagai suami yang ideal, dengan terus mendukung setiap apa yang dilakukan Xiao Mai dan selalu berada dibelakangnya. Meskipun mereka sering juga berdebat, namun ketenangan dan kedewasaan Yu Huai mampu meredakan emosi Xiao Mai.Â
Xiao Mai pun berhasil membuka restoran pertamanya dengan dukungan suami, ibu mertua dan keluarga kakaknya. Setelah restoran ini berhasil, Xiao Mai lalu pindah ke kota untuk membuka restoran baru. Xiao Mai juga menyewa chef baru untuk restorannya. Salah satu chef nya, ternyata adalah anak dari God of Kitchen. Xiao Mai pun mendapat kesempatan belajar dari God of Kitchen dan menjadi satu-satunya murid dari God of Kitchen.Â
Selain pemandangan indah, termasuk perkebunan teh yang luas, tentu saja di film ini kita akan disuguhi dengan kuliner yang membuat liur kita menetes, terutama bagi penggemar makanan Chinese. Berbagai cara pengolahan masakan ditampilkan dalam film ini.Â
Salah satu adegan yang membuat saya terkesan pada sosok Xiao Mai yaitu ketika Xiao Mai mengikuti kompetisi memasak di kota. Xiao Mai tidak hanya membuat makanan dari bahan yang dipilih oleh juri dan panitia, tapi juga menyuguhkan makanan yang memiliki filosofi dari nilai-nilai kehidupan seperti harmonisasi antara unsur panas dan dingin.Â
Di film ini juga kita bisa melihat pengolahan makanan yang kita jumpai dalam masakan Indonesia seperti tahu kecap, ikan asam manis, mi ayam, lumpia, onde-onde, babi hong, bihun goreng, berbagai makanan cah, steam fish, dan sebagainya. Xiao Mai juga membuat berbagai macam saus dari buah-buahan dan rempah. Saus ini pun dijual tersendiri di toko saus bernama Huan Hua Garden.
Film yang dibintangi oleh Tang Ming dan Yang Kai Cheng ini juga memberikan pelajaran mengenai keluarga, persahabatan, persaudaraan dan kejujuran dalam berbisnis. Seperti ibu mertua Xiao Mai dan Hua Er Qiao yang dianggap orang yang sinis dan cepat marah, namun tidak pernah berbuat jahat, tidak curang atau licik pada orang lain. Begitupun Xiao Mai dan Yi Huai dalam berbisnis tidak pernah berbuat curang atau licik, dengan menjual produk yang sudah kadaluarsa atau tidak segar dengan harga lebih murah, atau merusak reputasi restoran lain.
Banyak hal positif yang dapat kita ambil dari film ini, karena itu apabila kamu tengah merasa sedih, kesal, cemas, kecewa, frustasi, tidak ada semangat hidup, atau tidak tahu mau berbuat apa di masa pandemi ini atau dalam kehidupan ini, film ini bisa menjadi salah satu film yang memotivasi diri kamu. Kerjakan apa yang kita sukai, syukuri apa yang kita miliki dan selalu berbuat baik di manapun maka kesuksesan, kebahagiaan dan kesehatan akan selalu menyertai kita. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H