Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penjelajah Kegelapan

12 Juni 2021   16:15 Diperbarui: 12 Juni 2021   16:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menguap lebar begitu terbangun dari tidurku. Semalam aku bermimpi aneh sekali. Aku bermimpi seorang anak perempuan mendatangiku dan meminta tolong kepadaku untuk melepaskan dirinya dari jerat. Aku lihat Tari sudah duduk di dekat jendela sambil memotret dengan ponselnya. "Tari, semalam aku mimpi aneh banget deh," ucapku pada Tari sambil mendekati Tari. 

"Mimpi aneh apaan?" tanya Tari tanpa melepaskan ponselnya, dan terus memotret. "Aku lihat seorang anak perempuan cantik sekali terjebak jerat dan berteriak minta tolong. Begitu aku mendekati dan ingin melepaskan jeratnya, tiba-tiba ada dua orang memegang tanganku menahanku untuk melepaskan jerat itu, dan aku pun berteriak minta tolong lalu terbangun,"ucapku menjawab pertanyaan Tari. 

"Hm...aneh juga ya, mimpimu terkait dengan cerita pak Adi tadi pagi padaku," ucap Tari sambil menghentikan kegiatan memotretnya sejenak. "Maksudnya?" tanyaku pada Tari. "Iya, tadi pagi pak Adi cerita kalau semalam, ada dua orang kepergok warga sedang berkeliaran di dekat pemakaman, mereka melakukan sesuatu di pemakaman. Tepatnya pemakaman tempat kita semalam memotret Burung Hantu. 

Tapi karena tidak ada bukti mereka melakukan hal yang jahat, hanya membawa air dan bunga di pemakaman, kemungkinan mau meminta sesuatu disalah satu malam, jadi mereka dilepaskan. Aku takutnya mereka justru bukan mau melakukan sesuatu dipemakaman, tapi memburu Burung Hantu." "Wah, kalau begitu harus kita laporkan ke ibu Atik ini,' ucapku mendengar ucapan Tari. Lalu kami pun bergegas menemui pak Adi untuk menemani kami ke rumah Ibu Atik, kepala desa.  

Rumah Ibu Atik

"Ibu, kami mendengar bahwa ada dua orang berkeliaran di sekitar pemakaman. Karena itu kami kesini karena semalam kami juga berada di sekitar pemakaman untuk mendokumentasikan Burung Hantu. Kami takut mereka berencana memburu Burung Hantu bukan melakukan kegiatan yang terkait mistik di pemakaman,"ucapku pada Ibu Atik. Ibu Atik lalu menjawab, "Iya, saya sudah mendengar bahwa belakangan banyak yang memburu Burung Hantu, bahkan nanti malam kami mau mengamati. Kalian mau ikut?. Segera saja aku dan Tari mengangguk.

Malam hari

Dan disinilah kami, duduk diam di dekat pemakaman, di antara pepohonan supaya tidak terlihat, bersama ibu Atik, pak hansip, pak Adi, dan beberapa pemuda desa. Tak berapa lama terlihat dua bayangan mengendap-endap di kegelapan di antara pemakaman, sambil membawa senter kecil. Sinar bulan tiba-tiba saja menerangi bayangan tersebut, sehingga terlihat dua orang pemuda desa sebelah membawa senter, jaring dan kandang burung. 

Kami masih diam menunggu dua pemuda tersebut mendekati si Burung Hantu yang bertengger diam di pepohonan. Tak lama ketika dua pemuda tersebut sudah menangkap Burung Hantu, kami pun keluar dan menyorotkan senter kami semua. Tari pun menggunakan flash kamera nya untuk mendokumentasikan penangkapan tersebut, sehingga mereka tidak bisa lari. 

Aku pun segera bergegas mengambil Burung Hantu yang ditangkap dengan jaring, memeriksanya untuk memastikan keadaannya lalu menaruhnya kembali ke pohon. Tak lama terdengar suara Burung Hantu tersebut mengucapkan terima kasih pada kami. Dan saat itu juga aku mengerti apa yang diucapkan Burung Hantu tersebut. 

Ketika aku menatap matanya, aku melihat jiwa Burung Hantu seperti anak perempuan dalam mimpiku. Ternyata mimpiku adalah tanda untukku menolong Burung Hantu tersebut. Aku tersenyum pada Burung Hantu tersebut, dan ketika pulang aku bermimpi anak perempuan tersebut sedang menari-nari diantara pepohonan dengan riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun