Saat ini aku dan Tari, temanku tengah menginap di sebuah pegunungan di Jawa Tengah, dan melakukan pengamatan burung hantu. Sejak aku mendengar suara burung hantu di taman kota, sejak itu pula aku ingin mencari kembali di berbagai tempat, dan ini lah tempat pertamaku di alam liar. Sampai aku pulang ternyata kami tidak mendengar atau melihat bayangannya lagi. Jadi kami pun memutuskan untuk pulang.
Tiga bulan setelahnyaÂ
Aku menatap burung hantu yang tergeletak di tanah dengan sedih. Burung Hantu tersebut merupakan burung hantu yang aku, dan Dewi selamatkan minggu lalu dari jeratan benang layangan di sebuah perumahan. Kemungkinan burung hantu tersebut merupakan peliharaan, dan sedang terbang di perumahan.Â
Burung hantu kami beri nama Totti tersebut kemudian kami bawa ke pusat penyelamatan burung di kota kami. Sayangnya karena virus, Totti pun mati. Kami pun sepakat menguburkan Totti di sebuah lahan dekat tempat kami menemukannya. Kami berharap bahwa arwah Totti sekarang lebih bahagia di surga. Malam setelah kami menguburkan Totti, aku tidak dapat tidur dengan tenang.Â
Bayangan Totti terus menghantuiku, dan tiba-tiba muncul cahaya terang, dan sesosok laki-laki berpakaian putih berwajah tampan menghampiriku dan berucap,"terimakasih telah berusaha menyelamatkanku, aku sudah bahagia di surga sekarang, dan perjuanganmu masihlah panjang, tetap semangat, dan kuat dalam menghadapi semua ya kak. Tuhan melindungimu" lalu cahaya itupun meredup, dan menghilang bersama sosok laki-laki tampan tersebut.Â
"Ya Tuhan," ucapku dalam hati, lalu ku berlutut dan mengatupkan kedua tanganku, berdoa malam meminta perlindungan Tuhan atas semua langkah-langkahku. Setelah itupun, aku pun tertidur dan bermimpi mendapatkan sehelai bulu burung hantu berwarna putih keemasan seperti bulu Totti. Ketika aku terbangun, kulihat sehelai bulu burung hantu tersebut sudah berada di sampingku. Â
Sebulan setelahnyaÂ
"Itu disana Tari, di pepohonan dekat pemakaman, aku lihat cahaya menyala dari matanya," teriakku pada Tari yang berjalan di depanku. Tari pun setengah berlari menuju pepohonan dekat pemakaman, dan ketika senternya disorotkan ke pepohonan disekitar situ, terlihat cahaya nyala dari mata seekor burung hantu yang besar. Aku tersenyum, dan ganti menyorotkan senterku kearah pepohonan, sedangkan Tari sibuk memotret. "Kok dirimu tahu kalau ada di situ dia?", tanya Tari sambil terus memotret.Â
Aku pun tertawa kecil, dan berucap,"ada yang memberitahu aku kemarin dalam mimpi". "What?" tanya Tari menoleh padaku sesaat, aku pun hanya tersenyum, dan berkata,"sudah lupakan saja. Sudah di potret semuanya?, tanyaku kemudian, Tari mengangguk, dan berucap,"sebentar lagi". Lalu Tari pun sibuk memotret kembali.
Hampir satu jam lamanya kami berada di tempat tersebut, sesekali terdengar suara Burung Hantu dengan nada gembira, membuatku merasa lega karena merasa si Burung Hantu baik-baik saja. Saking asyiknya memotret kami tidak sadar bahwa ada dua sosok manusia yang tengah menguntit kami. Dua sosok manusia tersebut bersembunyi di antara batu nisan pemakaman yang kami tidak ingin lihat. Mereka baru keluar setelah aku dan Tari meninggalkan lokasi tersebut. Kami tidak tahu rencana mereka apa, dan kami baru ketahui keesokan paginya.
Pagi hari