Apa yang terjadi ketika seseorang di India memiliki sahabat pena di Jepang, dan merasakan saling jatuh hati dan cocok tapi tidak mampu bertemu langsung? Menikah secara jarak jauh melalui surat lah jawabannya. Hal itulah yang dilakukan seorang lelaki muda yang tinggal di India ketika merasa cocok dengan sahabat penanya yang tinggal di Jepang.
Snehamoy tinggal bersama bibi nya di Sunderbans dan bekerja sebagai guru dikenal pemalu dan pemuda yang sopan. Snehamoy memiliki sahabat pena di Jepang bernama Miyage, yang juga pemalu. Miyage bekerja di toko milik keluarganya, dan menjaga ibunya yang sakit-sakitan.
Mereka pun saling berkirim surat dan bercerita melalui surat membuat mereka saling jatuh hati, meskipun tidak pernah bertemu. Mereka pun memutuskan menikah melalui surat, dan mengirimkan benda yang dianggap simbol dari ikatan pernikahan.
Miyage mengirimkan cincin, sedangkan Snehamoy mengirimkan gelang. Miyage kemudian mengirimkan berbagai bentuk layangan dan berwarna warni untuk di simpan di rumah Snehamoy sebagai tanda identitas isteri Snehamoy adalah orang Jepang.
Sementara Snehamoy mengirimkan rempah wewangian yang biasa digunakan untuk upacara dan acara pada tradisi masyarakatnya. Suatu hal yang mengharukan ketika Snehamoy menjaga layangan yang dikirimkan isterinya dengan baik, tidak ada satupun yang boleh menyentuh atau mempermainkan layangannya.
Setelah mereka memutuskan menikah, Snehamoy pun mengenakan pakaian terbaiknya dan berdoa sesuai dengan caranya, sedangkan Miyage mengenakan kimono terbagusnya dan berdoa di kuilnya. Keduanya melakukan upacara pernikahan di negaranya masing-masing.
Hubungan Snehamoy dan Miyage mengalami tantangan ketika bibi Snehamoy memutuskan mengajak seorang janda perempuan bernama Sandhya untuk tinggal bersama mereka, beserta anak laki-lakinya.
Anak laki-laki Sandhya seketika menjadi dekat dengan Snehamoy, dan bibinya pun berniat menjodohkan Snehamoy dengan Sandhya.
Namun Snehamoy menolak dan mengatakan bahwa dirinya sudah menikah dengan Miyage, meskipun belum tinggal bersama. Snehamoy dan Miyage berkeyakinan pada suatu saat mereka akan bertemu dan tinggal bersama. Sayangnya, Miyage kemudian sakit keras, dan tidak bisa menulis surat sesering biasanya, membuat Snehamoy sangat khawatir dengan penyakit Miyage.
Snehamoy pun berupaya mencari obat buat Miyage agar sembuh, sampai mengabaikan kesehatannya sendiri. Snehamoy pun akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia, tanpa sempat bertemu dengan Miyage.
Beberapa hari setelah Snehamoy meninggal, ternyata Miyage datang ke rumah Snehamoy, dan mengenakan gelang pemberian Snehamoy serta pakaian sari berwarna putih untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam masa berkabung. Ketika Miyage sampai di rumah Snehamoy, Sandhya yang menyambut dan langsung mengetahui bahwa isteri Snehamoy yang orang Jepang telah datang.
Film ini bukanlah film baru, sudah diproduksi tahun 2018, namun tema dalam film ini masih relevan sampai kapanpun. Bahwa jarak, perbedaan budaya, ras, dan agama, tidak dapat memisahkan cinta yang sudah ada, meskipun hanya bisa bersatu dalam imajinasi dan kata-kata. Sebuah tema yang universal, dan tidak lekang waktu, cocok untuk menguatkan pasangan yang sedang dilanda masalah, untuk mengingatkan kembali perjuangan penyatuan cinta dua orang dengan banyak perbedaan tidak ada yang pernah mudah. Film drama ini memang tidak banyak dialog, namun dari gambar nya sudah bercerita dan kita bisa menangkap pesan yang akan disampaikan oleh film ini. Adegan yang paling mengharukan yaitu ketika Miyage akhirnya datang pada saat Snehamoy sudah meninggal.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H