Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Toast", Pencarian Jati Diri lewat Kuliner

8 Juni 2020   11:59 Diperbarui: 8 Juni 2020   12:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang kamu rasakan ketika ibu kamu tidak bisa memasak, dan sehari-hari hanya makan roti panggang dan makanan kalengan?

Tentunya kesal bercampur sedih. Ingin makan enak seperti teman-teman lainnya tapi nggak bisa.

Jaman sekarang kalau kita dalam keadaan begitu, kita tinggal berselancar di situs memasak untuk mencoba membuat makanan yang kita inginkan. Bahan-bahannya tinggal di beli di toko bahan makanan atau lewat daring. Tapi coba kita merasakan pada tahun 1960-an dengan situasi seperti itu? Pasrah dan sabar saja.

Itu juga yang terjadi pada seorang anak laki-laki bernama Nigel Slater. Pada saat umur 9 tahun, Nigel baru menyadari bahwa ibunya memiliki sakit asma yang parah, dan sama sekali tidak bisa memasak, meskipun sudah melihat panduan memasaknya di kotak bahan makanannya.

Akhirnya Nigel selalu makan roti panggang, dan makanan kalengan. Roti ini hanya tinggal dimasukkan kedalam pemanggang dan dioleskan mentega, atau ditambahkan daging, sedangkan makanan kalengan hanya dipanaskan di kompor.

Pernah suatu hari Ibunya dan Nigel berusaha membuat cake, dari tepung membuat cake yang sudah siap jadi, tinggal di campur dan dipanggang, namun yang terjadi meskipun sudah mengikuti aturan membuat cake, ternyata tetap gagal.  

Keadaan berubah ketika ibunya meninggal, bapaknya yang berusaha menggantikan peran ibunya untuk memasak tidak berhasil, akhirnya dia menyewa seorang perempuan untuk membersihkan rumah, memasak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Perempuan bernama Mrs.Joan Potter tersebut pandai memasak, dan kemudian menggantikan peran ibunya sampai hidup bersama mereka.

Ketika memutuskan hidup bersama dengan Mrs.Joan Potter itulah, ayah Nigel memutuskan pindah ke desa, dan bertani.

Nigel pun terpaksa ikut pindah meskipun tidak setuju. Bertahun-tahun kemudian Nigel sudah remaja dan kemudian mengikuti ekstra kurikuler memasak.

Dia satu-satunya anak laki-laki di sekolahnya yang mengikuti kegiatan tersebut. Motivasi Nigel mengikuti ekstra kurikuler tersebut ternyata untuk menyenangkan ayahnya dengan membuatkan makanan yang enak-enak, sekaligus menyaingi ibu sambungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun