Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Tokoh Boedi Oetomo di Banyumas, Dokter Goembrek

21 Mei 2020   09:47 Diperbarui: 22 Mei 2020   20:59 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya ketika rumah tersebut dijual, perabot rumah pun ikut disertakan karena tidak ada yang mewarisi. Lantai tegel bermacam-macam bentuk dan corak terlihat berada di hampir seluruh ruang, kecuali serambi yang sudah diubah menjadi ruang tamu. Ruang tamu depan sekarang dibiarkan kosong karena sering digunakan untuk olahraga senam.

Memasuki ruang demi ruang rumah tersebut, saya pun membayangkan pada masa Dokter Goembrek masih ada dan menerima pasiennya. Pasti sang Dokter akan sangat sibuk, karena pada beliau bertugas, ada banyak penyakit dan masalah kesehatan yang dialami penduduk ‘bumiputera’ terutama terkait dengan sanitasi. 

Bagaimana Dokter Goembrek menjadi semacam ‘dewa penolong’ bagi masyarakat ‘bumiputera’ terutama bagi yang tidak memiliki uang untuk membayar jasa pemeriksaan dan pelayanan sang Dokter. Perjuangan dan dedikasinya untuk menyehatkan rakyat ‘bumiputera’ dilakukan dengan bekerja sebagai dokter di rumah sakit pemerintah dari masa ke masa. Dokter Goembrek tidak pernah membuka praktek swasta, namun pasien selalu datang ke rumahnya, dan Dokter Goembrek tidak pernah mengenakan biaya pada pasiennya yang datang. Hal ini diceritakan oleh Pak Jono dari cerita para keluarganya yang menjual rumah peninggalan Dokter Groembrek.

Sayangnya sampai saat ini nama Dokter Groembrek tidak terlalu dikenal oleh dunia kedokteran Indonesia, terutama di Banyumas, tempatnya bermukim, dan meninggal pada tahun 1962. Nama Dokter Groembrek hanya menjadi nama satu jalan di Banyumas, dan potretnya terpampang di Gedung STOVIA yang sekarang menjadi #MuseumKebangkitanNasional. Tidak ada pula gelar pahlawan nasional, dan pemberian cagar budaya untuk benda atau peninggalan tokoh luar biasa ini.  

Karena itu berkaitan dengan peringatan #HariKebangkitanNasional tiap tanggal 20 Mei, yang bertepatan dengan hari kelahiran Boedi Oetomo, sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat untuk lebih menghargai para tokoh Boedi Oetomo lainnya, misalnya dengan cara memberikan nama tersebut pada rumah sakit di daerah masing-masing, memberikannya gelar pahlawan nasional atau memberikan penghargaan cagar budaya pada peninggalan tokoh tokoh Boedi Oetomo termasuk Dr.Goembrek. 

Bahwa sejarah kebangkitan nasional seharusnya tidak hanya bertumpu pada cerita dan benda peninggalan tokoh seperti Dr.Ciptomangunkusumo, Dr.Soetomo, Soewardi Soeryaningrat dan Douwes Dekker saja, melainkan juga tokoh lainnya yang mendukung pergerakan Boedi Oetomo, sehingga perjalanan sejarah #kebangkitan nasional Indonesia menjadi lebih utuh, dan merepresentasikan banyak tokoh nasional yang mendukung kebangkitan nasionalisme rakyat Indonesia (Didy).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun