Sesosok patung seperti tokoh pewayangan bernama Semar menyambut aku dan teman-teman ketika memasuki bangunan yang berfungsi sebagai museum tersebut. Ternyata patung tersebut bukanlah Semar, melainkan Bawor.
Dalam pewayangan, terdapat karakter punakawan atau pembantu para raja, dan ksatria yaitu Semar, yang memiliki anak bernama Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun dalam kisah pewayangan di Banyumas, Jawa Tengah, Semar masih memiliki satu anak sulung yaitu 'Bawor'.
Tokoh 'Bawor' inilah yang dijadikan maskot dari kabupaten Banyumas, dan dipasang di Museum Wayang Banyumas, yang berlokasi di kompleks pendopo (bangunan semacam aula) Banyumas.
Di dalam museum ini, kita dapat melihat koleksi lengkap wayang dari berbagai daerah di Indonesia, seperangkat gamelan yang digunakan pada pertunjukan wayang di Banyumas, koleksi senjata khas Jawa seperti keris, kudi (senjata khas Banyumas), dan lain-lain.
Tidak hanya itu, didalam museum ini kita juga dapat melihat beberapa barang peninggalan masa Hindu Buddha seperti patung, batu penggilingan, dan lain-lain, serta foto-foto bupati yang pernah ada di Banyumas, juga lukisan-lukisan yang menggambarkan keindahan Banyumas pada masa lalu.
Menurut salah seorang pemandu museum ini, tokoh 'Bawor' dipilih karena mencerminkan karakter orang Banyumas yang apa adanya, jujur, sederhana, dan adil.
Apabila tokoh 'Bawor' melakukan kesalahan pasti akan meminta maaf, sebaliknya apabila memang yang dilakukannya merupakan hal yang benar, 'Bawor' akan diam saja, tidak membantah.
'Bawor' diceritakan mempunyai senjata khas, yang disebut Kudi. Bentuknya yang melembung gendut pada bagian depannya, membuatnya mirip dengan siluet 'Bawor', yang memiliki perut gendut seperti Semar. Kudi ini digunakan untuk memotong tanaman, melakukan pekerjaan tukang, apapun yang bisa dibelah atau di potong.
Pada masa lalu, Kudi ini sering ditemukan banyak digunakan oleh penduduk untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari karena memiliki banyak fungsi. Kudi pun hanya dapat ditemukan di daerah Banyumas.
Namun seiring dengan pergantian jaman, dan alat-alat yang lebih modern di temukan, serta digunakan penduduk, Kudi pun mulai menghilang. Generasi saat ini pun sudah tidak mengenal Kudi lagi. Karena itu, melihat bentuk Kudi di museum ini, menjadi salah satu daya tarik bagi museum ini, selain wayang tokoh 'Bawor' tadi.
Museum ini buka setiap hari, dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00 sore, berlokasi tepat di samping pendopo Banyumas, yang berlokasi di dekat alun-alun Kabupaten Banyumas, sehingga mudah dijangkau oleh siapapun. Untuk memasuki museum hanya dikenakan sebesar 1000 rupiah saja perorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H