Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Jejak Pabrik Gula Pangkah di Slawi Jawa Tengah

7 Mei 2018   11:13 Diperbarui: 7 Mei 2018   14:00 2220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta yang digunakan di pabrik gula untuk mengangkut tebu/dokumentasi pribadi

Ketika masa kemerdekaan Indonesia, pabrik gula yang tersisa kemudian diatur oleh Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI), yang kemudian dikelola di bawah Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Ketika nasionalisasi perusahaan asing terjadi di tahun 1957 (berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958), produksi gula di pabrik ini semakin menurun. 

Para ahli Belanda dan Tionghoa juga sudah tidak terlibat lagi di dalam pabrik gula. Kemudian para petani tebu juga menolak mendukung produksi perkebunan tebu, bahkan banyak yang meminta lahan kebun menjadi milik sendiri, atau dapat membeli lahan tersebut.

Akhirnya perkebunan tebu yang luas pada awal pendiriannya, saat ini hanya tersisa lebih dari separuhnya yang merupakan milik perkebunan tebu. Pabrik gula pun mulai menerima tebu-tebu hasil para petani tebu untuk digiling dan diproses jadi gula sampai sekarang.

Sisa-sisa kejayaan Pabrik Gula Pangkah ini masih bisa dinikmati sampai sekarang, karena masih banyak mesin-mesin, bangunan, dan lain-lainnya yang masih tersisa. Bahkan pemukiman para pegawai pabrik gula, termasuk rumah administrator pabrik masih ditempati oleh kepala pabrik. Namun produksi gula tebu semakin menyusut. 

Dari setelah nasionalisasi masih bisa berproduksi setiap hari, saat ini pabrik hanya berproduksi paling cepat seminggu satu kali. Itu pun biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan harga yang dikenakan. Karena itu hanya tinggal menunggu waktu untuk nasib Pabrik Gula Pangkah, akan Berjaya seperti dulu lagi, ataukah tinggal kenangan masa Hindia Belanda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun