Daerah Jawa Timur terkenal sebagai salah satu daerah yang terdapat banyak candi peninggalan masa lalu. Aku pun mengunjungi Jawa Timur untuk menikmati candi yang ada, kali ini aku pergi ke kota santri, Jombang.
Jombang, dijuluki kota santri karena banyaknya pesantren di wilayah ini. Namun meskipun berjuluk kota santri, keharmonisan antar umat beragama bagi kota ini tetap terjaga. Di kota ini pun saya mengunjungi beberapa tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi yang melambangkan keharmonisan antar umat beragama di kota ini. Ini dia tempat-tempatnya.
Makam Kyai Hasyim Ashari dan Gus Dur
Tempat pertama yang saya kunjungi yaitu makam Kyai Haji Hasyim Asy’ari, kakek KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, presiden keempat Republik Indonesia. Selain makam kakek Gus Dur, makam Gus Dur pun berada di kawasan ini, tepatnya kawasan pesantren Tebu Ireng, pesantren yang didirikan oleh Kyai Haji Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M. Lokasi pesantren terbesar di Jombang ini berada di desa Cukir.
Makam Kyai Haji Hasyim Asy’ari, dan Gus Dur terbuka bagi masyarakat umum, tidak dikenakan biaya sedikitpun bagi pengunjung. Pengunjung juga tidak bisa berziarah terlalu mendekat dengan lokasi makam, karena sekitar makam dipagari besi dan di kunci. Lagipula menurut penjaga makam, apabila para peziarah dibiarkan terlalu dekat dengan makam, seringkali para peziarah mengambil sebagian tanah makam, untuk dibawa pulang karena dianggap mampu mendatangkan berkah bagi mereka.
Gereja Kristen Jawi Wetan
Tempat kedua yang aku kunjungi yaitu Gereja Kristen Jawi Wetan. Gereja ini berlokasi di Mojowarno, Kabupaten Jombang. Gereja yang beraliran calvinisme ini didirikan pada 1881, sehingga menjadikan salah satu gereja Kristen tertua di Indonesia. Gereja ini mempunyai peranan penting dalam menyebarkan agama Kristen Protestan pada jaman pemerintahan kolonial Belanda. Sayangnya gereja ini tidak terbuka untuk umum, hanya dibuka pada waktu ada ibadah.
Klenteng Gudo
Setelah mengunjungi gereja, saya pun mengunjungi satu klenteng tua yang diperkirakan sudah ada sebelum pemerintahan kolonial Belanda. Klenteng bernama lengkap Hong San Kiong ini berada di desa Gudo, sehingga lebih dikenal dengan nama klenteng Gudo. Dari informasi salah seorang biokong (penjaga klenteng), klenteng ini sudah didirikan sejak abad ke-17, dan merupakan klenteng tertua di Jombang.
Hal yang menarik dari klenteng ini, klenteng ini merupakan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Di klenteng ini, ada perlengkapan wayang potehi, yang merupakan kesenian khas akulturasi Jawa dan Tionghoa. Pada hari-hari tertentu, wayang potehi melakukan pertunjukan. Klenteng ini terbuka untuk masyarakat umum.
Mesjid Agung
Tempat terakhir yang saya kunjungi hari ini yaitu Mesjid Agung Jombang. Mesjid Agung Jombang memiliki nama resmi Mesjid Agung Baitul Mukminin, berlokasi tepat di alun-alun Jombang. Mesjid yang dipugar dari masjid berukuran kecil sebelumnya, didirikan pada tahun 2012, dan memiliki arsitektur yang megah dengan atap seperti Masjid Agung Demak. Mesjid ini terbuka untuk umum.
Itu dia tempat-tempat yang aku kunjungi selama di Jombang. Semoga bisa menjadi acuan bagi teman-teman yang lain ya! (Diyah Wara)
Info tentang Jombang
Jombang bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam dari Surabaya. Kita bisa menyewa mobil, memakai bis, kereta atau travel ke Jombang. Saya memilih menggunakan travel karena bisa berhenti di satu tempat untuk makan. Â Untuk penginapan, di Jombang tidak banyak hotel yang aman dan nyaman untuk menginap. Karena itu sebelum menuju kesana, sebaiknya kita mencari-cari informasi mengenai hotel yang aman dan nyaman disana terlebih dahulu lewat online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H