Saya seorang gadis yang sudah lama hidup melajang. Saya bertemu dengan cinta pertama saya di tahun terakhir waktu kuliah. Sebenarnya, saya tidak bisa melanjutkan kuliah bersama kekasih saya di luar negeri. Karena saya harus mengelola perusahan miliki orang ayah saya. Sehingga saya tidak bisa melanjutkan kuliah di luar negeri, tapi yang menjadi penyesalan dia pergi begitu saja tanpa alasan.
Sedihnya lagi, sekarang saya mendapatkan kabar bahwa dia sudah menikah dengan seorang gadis dari Amerika Serikat. Â Padahal kami telah membeli rumah untuk tinggal bersama setelah menikah nanti, tetapi impian itu belum terwujud.
Sekarang saya harus melupakan dia, Â sehingga saya menjual rumah yang saya beli tersebut. Rumah yang sudah disiapkan untuk hidup bersama keluarga dan hidup bahagia sirna. Mungkin Tuhan belum mentakdirkan kita hidup bersama.
Sekarang saya sudah merasa baik dan tidak lagi memikirkannya. Saya tidak memiliki perasaan lagi padanya dan tidak menyesal putus hubungan dengannya. Saya melupakan dia dengan cara saya sendiri seperti bermain golf, nge-gym, berkumpul dan makan bersama dengan teman-teman.
Karena saya yakin bahwa cinta adalah saling pengertian, saling percaya, Â saling tertarik, saling menghormati, saling bersahaba, dan cinta adalah hal yang sangat indah.
Cinta adalah perasaan dan cinta adalah keterampilan yang perlu dipelajari. Saya percaya pada perasaan itu, tetapi sulit untuk menemukan cinta sejati. Jika saya menemukannya, saya akan menghargai hubungan ini.
Ada banyak hal yang tidak tercapai, tetapi ada waktu untuk melakukan beberapa hal, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan beberapa hal yang tidak dapat diciptakan.
Tapi sebenarnya dia benar-benar mencintai saya. Dia selalu memperhatikan saya. Seperti saudara laki-laki saya, dia mengajari banyak hal saya tentang hubungan masyarakat dan bisnis. Tapi dia ingin memimpin bisnis dan bekerja dari rumah.Â
Tetapi saya ingin menjadi wanita yang mulia dan sukses di satu bidang. Itu berbeda di antara kami. Jadi kami putus karena alasan yang berbeda.
Suatu hari nanti Tuhan akan benar-benar menghargai saya dan memiliki tujuan yang sama. Saya berharap bisa bertemu dengan seseorang yang memiliki kebiasaan yang sama dan menghargai hal-hal yang sama dengan saya.