Pagi itu Selasa 25 April 2023 pukul 10.00 saya mengikuti kegiatan Zoom Meeting yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu yang mengangkat tema Jalin Sinergi Melalui Rapat Virtual.
Kegiatan ini sebenarnya untuk kepala sekolah yang baru dilantik oleh Bupati Indramayu pada tanggal 18 April 2023 lalu. Tetapi karena kepala sekolah yang baru dilantik di sekolah kami sedang di perjalanan maka dia mewakilkan kepada salah satu tim manajemen sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Saya tertarik mengikuti kegiatan tersebut karena salah satu narasumbernya adalah Hj. Eti Herawati, M.Pd yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu yang merupakan Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Tahun 2016 dan juga Juara 1 PNS Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2021 Kategori Inspiratif Kabupaten/Kota.
Pada tanggal 2 Agustus 2019 Ibu Hj Eti Herawati, M.Pd dilantik menjadi kepala sekolah di UPTD SMP Negeri Satu Atap 2 Krangkeng di Desa Purwajaya Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu yang lokasinya berdekatan dengan kabupaten Cirebon. Â
Untuk menuju ke lokasi sekolah tersebut harus melalui jalan yang becek dan berlubang pada saat hujan turun. Sekolah dengan akreditasi B dengan luas tanah hanya 850 meter persegi dan luas bangunan 600 meter persegi tersebut hanya memiliki 46 siswa dari jenjang kelas 7 hingga kelas 9.
Dengan kondisi seperti itu, tidak menyurutkan langkah Ibu Hj Eti Herawati untuk mengubah sekolah tersebut menjadi sekolah yang tidak kalah dengan sekolah tempat mengajar sebelumnya yakni SMP Negeri Unggulan Sindang yang memiliki berbagai prestasi tingkat kabupaten, provinsi bahkan tingkat nasional yang memang memiliki sumber daya dan fasilitas yang lengkap.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sekolah tersebut, Ibu Hj Eti melalui beberapa perubahaan diantaranya melakukan pembenahan bertahap dari penataan ruang kelas, ruang serba guna, lapangan upacara, serta toilet guru dan siswa. Hal tersebut untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga sekolah. Â Â
Perubahan mulai terlihat dari bagian depan kelas yang dihiasi dengan kerajinan hasil karya siswa yang terbuat dari botol bekas air mineral gelas yang dicat warna-warni, melukis tong sampah, membuat topeng dari bubur kertas, pemasangan spanduk tentang budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun), kawasan tanpa rokok, menumbuhkan budaya malu, dan lain-lain. Â
Selain itu Ibu Hj Eti Herawati membuat Taman Mini Imun Booster Digital Berbasis QR Code yakni tanaman hias yang dibuat di samping bangunan lalu diberi label QR Code. Apabila pelajar menggunakan ponsel pintarnya dan memindai QR Code tersebut maka akan ada informasi tentang tanaman tersebut. Hal ini tentu sangat menarik sebagai sarana edukasi bagi siswa di sekolah tersebut.
Untuk kegiatan penumbuhan budi pekerti di sekolahnya, kepala sekolah dan guru menyambut murid yang datang ke sekolah dengan bersalaman, kegiatan upacara bendera, sholat berjamaah, Â kegiatan out door, kegiatan literasi dan ekskul pramuka.
Keterbatasan buku pelajaran dan tidak adanya perpustakaan tidak menyurutkan langkah ibu Hj Eti Herawati dalam inovasi di sekolah barunya tersebut. Dia membuat spanduk bertuliskan Perpustakaan Digiital yang dapat diakses oleh pelajar dengan menggunakan ponsel pinternya dan akses internet. Pelajaran dapat membaca buku pelajaran, modul, dan buku bacaan lainnya menggunakan QR Code yang ada di spanduk tersebut.
Tidak hanya itu, mading (majalah dinding) yang biasa diisi dengan karya dari pelajar, dibuat berbeda yakni MABAR singkatan dari Majalah Dinding Berbasis Augmented Reality. Dengan menggunakan ponsel pintarnya yang sudah diinstal aplikasi Vuforia, pelajar dapat belajar materi pelajaran layaknya melihat secara langsung. Beberapa materi tentang organ tubuh manusia seperti ginjal, jantung, dan lain-lain dapat dengan mudah dipelajari menggunakan Augmented Reality.
Kekurangan lagi-lagi bukan hambatan, di sekolah ini tidak ada Guru Bimbingan dan Konseling atau Guru BK. Kekurangan tersebut disiasati oleh Ibu Hj Eti Herawati dengan membuat layanan E-Curhat (Elektronik Curhat) yakni layanan curhat berbasis Google Form dimana pelajar hanya memindai kode QR Code yang berisi formulir Google Form dan menuliskan permasalahan yang dihadapinya. Kepala Sekolah dan guru dapat mengetahui permasalahan yang terjadi dengan anak didiknya di sekolah atau di rumahnya.
Selain itu untuk mengatasi permasalahan di sekolah biasanya ada yang namanya buku penghubung antara murid dengan guru atau wali kelasnya. Di sekolah ini menggunakan buku penghubung elektronik berbasis Google Form. Setiap permasalahan di sekolah dapat bisa diatasi menggunakan buku penghubung digital ini. Â
Sekolah ini tidak memiliki alat musik yang memadai, untuk mengatasi hal tersebut diatasi dengan penggunaan alat musik digital dengan menggunakan aplikasi Angklung Digital. Pelajar dapat memainkan alat musik tersebut menggunakan ponsel pintarnya.
Â
Ibu Hj Eti juga memberikan pendidikan dan pelatihan pemanfaatan Google Form untuk guru-guru di sekolahnya. Hasil diklatnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar seperti membuat soal ulangan online, daftar hadir belajar di rumah, jurnal kegiatan belajar mengajar, kuesioner siswa, dan lain-lain.
Keterbatasan tidak menghalangi untuk memunculkan ide-ide gemilang, berbekal dengan peralatan seadanya, Ibu Hj Eti bersama guru-guru di SMPN Satap 2 Krangkeng membuat studio minimalis dengan alat sederhana seperti green screen, tripod, lampu, dan handphone untuk membuat video pembelajaran murid-muridnya.
Tidak hanya itu, ibu Hj Eti dan guru-guru di sekolah tersebut membuat terobosan dalam kegiatan seni dan ketrampilan baik dilaksanakan di sekolah atau di rumah. Salah satu program yang dibuat di sekolah tersebut adalah dengan membuat ketrampilan ecoprint dan batik jumputan. Berbagai karya dari siswa dari batik ecoprint tersebut diantaranya membuat tas, dompet, tempat pensil, tempat laptop, ikat rambut dan lain-lain.
Selain itu sekolah juga memfasilitasi murid-murid dalam praktik IPA tentang pembuatan telor asin. Dengan komposisi bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya yakni telor bebek, cabai, sereh, salam, bawang merah, bawang putih, garam dan air mereka dapat membuat telor asin yang bisa dipasarkan di lingkungan tempat tinggalnya.
Menariknya lagi, tidak hanya muridnya saja yang terlibat dalam mengembangkan sekolah, tetapi juga orang tua dan masyarakat di lingkungan sekolah tersebut dilibatkan terutama dalam pembuatan telor asin, keripik, selai, manisan mangga dan yoghurt.
Hasil produk yang dibuat oleh pelajar dengan melibatkan orang tua dan masyarakat tersebut diperkenalkan kepada kepala sekolah lain dan diapresiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu.
Sekolah yang awalnya tidak dikenal masyarakat akhirnya menjadi sekolah percontohan terutama dalam pembuatan Taman Mini Imun Booster Digital Berbasis QR Code yang kini setelah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan SMP disosialisasikan lagi dalam bentuk Tabulampot berbasis QR Code ke sekolah-sekolah dan instansi-instansi yang ada di Indramayu.
Itulah sekilas pengalaman Ibu Hj Eti Herawati, semoga kita bisa mengambil manfaat dan bisa menjadi motivasi untuk guru-guru, kepala sekolah dimanapun berada. Di tengah keterbatasan selalu ada peluang untuk membuat kita menjadi lebih baik dan lebih maju.
Dengan bermodalkan ponsel pintar, gawai, komputer, atau laptop dan akses internet, pelajar dan guru bisa memanfaatkan internet untuk edukasi yang tidak terbatas di jagat maya. Pelajar, guru dan masyarakat  dapat memanfaatkan internet provider dari Telkom Indonesia yakni IndiHome untuk terus meningkatkan kompetensi dan ketrampilannya dengan membuat konten-konten yang edukatif, menarik dan tentu bermanfaat bagi orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H