Selain itu sekolah juga memfasilitasi murid-murid dalam praktik IPA tentang pembuatan telor asin. Dengan komposisi bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya yakni telor bebek, cabai, sereh, salam, bawang merah, bawang putih, garam dan air mereka dapat membuat telor asin yang bisa dipasarkan di lingkungan tempat tinggalnya.
Menariknya lagi, tidak hanya muridnya saja yang terlibat dalam mengembangkan sekolah, tetapi juga orang tua dan masyarakat di lingkungan sekolah tersebut dilibatkan terutama dalam pembuatan telor asin, keripik, selai, manisan mangga dan yoghurt.
Hasil produk yang dibuat oleh pelajar dengan melibatkan orang tua dan masyarakat tersebut diperkenalkan kepada kepala sekolah lain dan diapresiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu.
Sekolah yang awalnya tidak dikenal masyarakat akhirnya menjadi sekolah percontohan terutama dalam pembuatan Taman Mini Imun Booster Digital Berbasis QR Code yang kini setelah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan SMP disosialisasikan lagi dalam bentuk Tabulampot berbasis QR Code ke sekolah-sekolah dan instansi-instansi yang ada di Indramayu.
Itulah sekilas pengalaman Ibu Hj Eti Herawati, semoga kita bisa mengambil manfaat dan bisa menjadi motivasi untuk guru-guru, kepala sekolah dimanapun berada. Di tengah keterbatasan selalu ada peluang untuk membuat kita menjadi lebih baik dan lebih maju.
Dengan bermodalkan ponsel pintar, gawai, komputer, atau laptop dan akses internet, pelajar dan guru bisa memanfaatkan internet untuk edukasi yang tidak terbatas di jagat maya. Pelajar, guru dan masyarakat  dapat memanfaatkan internet provider dari Telkom Indonesia yakni IndiHome untuk terus meningkatkan kompetensi dan ketrampilannya dengan membuat konten-konten yang edukatif, menarik dan tentu bermanfaat bagi orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H