Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Siaran Televisi Digital Kualitas Gambar Lebih Bersih, Suara Lebih Jernih

20 Agustus 2021   17:40 Diperbarui: 20 Agustus 2021   17:44 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menonton televisi zaman dulu (Dok. Icak)

Dulu waktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, setiap hari Sabtu malam minggu saya diajak orang tua ke kampung sebelah untuk menonton televisi karena hanya di tempat tersebut bisa menikmati hiburan menonton acara Kamera Ria dan Film-film Indonesia. Satu desa hanya satu orang yang memiliki televisi dan hanya ada satu stasiun televisi nasional yakni TVRI.

Kami harus berdesakan di luar ruangan sambil menggelar tikar dengan orang-orang satu kampung. Sementara televisinya disimpan oleh pemilik rumah di dalam ruangan dan dibatasi oleh kaca. Tetapi ini salah satu sarana hiburan di desa kami yang waktu itu belum teraliri listrik sehingga untuk menonton televisi pemilik rumah harus menggunakan aki yang harus diisi ulang setiap digunakan malam harinya.

Rumah tempat menonton tv satu kampung (Dok. Didno)
Rumah tempat menonton tv satu kampung (Dok. Didno)
Sewaktu SMP sudah banyak tetangga yang memiliki televisi, tetapi orang tua masih belum memiliki televisi. Sehingga saat ada tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk merangkum materi saya harus menumpang di rumah teman yang memiliki televisi. Saat itu televisi yang dimiliki masih hitam putih.

Selang beberapa tahun semakin banyak tetangga yang memiliki televisi, kini tidak lagi televisi hitam putih melainkan televisi berwarna. Stasiun TV semakin bertambah dengan hadirnya televisi swasta yakni RCTI pada tahun 1989.

Serial Knight Rider menjadi tontonan favorit saat itu (Dok. Republika)
Serial Knight Rider menjadi tontonan favorit saat itu (Dok. Republika)

Saat itu untuk bisa menangkap siaran televisi swasta tersebut harus menggunakan antena dengan tiang tinggi dan dekoder agar sinyal televisi ditangkap dengan baik. Pada saat itu mulai banyak film-film favorit seperti Knight Rider, dan Street Hawk. Sehingga membuat saya tertarik untuk menonton televisi di rumah tetangga. Karena orang tua saat itu masih belum memiliki televisi sendiri.

Baru pada saat saya SMA orang tua memiliki televisi, waktu itu sudah mulai banyak stasiun televisi swasta ada RCTI, SCTV, dan TPI. Sehingga banyak pilihan acara, hanya saja kualitas gambarnya memang tidak semuanya bagus karena beberapa faktor seperti arah antena yang tidak pas, tiangnya kurang tinggi, dan cuaca yang buruk.

Siaran televisi analog (Dok. Didno)
Siaran televisi analog (Dok. Didno)

Apabila arah antena bergeser sedikit saja, maka gambar di televisi tersebut banyak semutnya. Begitu juga apabila tiangnya kurang tinggi maka hasil gambarnya kurang jernih. Apalagi saat cuaca hujan angin maka siaran televisi sudah tidak karuan dan langsung dimatikan.

Tapi semua berubah, sejak berkeluarga saya memutuskan untuk membeli Smart TV yang sudah mendukung siaran televisi digital. Padahal saat membeli televisi tersebut, belum ada siaran digital yang diterima di daerah saya. Saat itu hanya beberapa stasiun televisi yang gambarnya sangat jernih, sisanya masih banyak bintik-bintiknya.

Siaran tv digital (Dok. Didno)
Siaran tv digital (Dok. Didno)
Sehingga untuk bisa menikmati siaran televisi favorit saya akhirnya harus menggunakan streaming dari situs atau aplikasi berbayar menggunakan smartphone. Hanya untuk bisa menikmati siaran sepakbola, dan siaran langsung balap moto GP.

Saya harus mengeluarkan uang puluhan ribu untuk membayar aplikasi tersebut dan kuota internet atau membayar Wi-fi bulanan. Tapi sayangnya gambar di smartphone ukurannya kecil, sehingga untuk mendapatkan gambar yang lebih besar maka harus dihubungkan ke televisi melalui aplikasi bawaan smartphone.

Siaran tv digital dari Mentari TV (Dok. Didno) 
Siaran tv digital dari Mentari TV (Dok. Didno) 

Tetapi sekarang semua sudah berubah, ketika pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mewajibkan pemilik stasiun televisi untuk mengalihkan frekuensi dari siaran televisi analog ke siaran televisi digital pada 2 Nopember 2022 mendatang. Sehingga hampir semua stasiun televisi sudah ramai-ramai pindah frekuensi ke siaran digital. Walaupun akhirnya diundur oleh pemerintah hingga April 2022 karena pandemi.  

Kini setelah stasiun televisi pindah frekuensi ke siaran digital, dan saya pun mengganti antena jadul yang sudah karatan dan banyak airnya ke antena TV UHF yang sudah mendukung siaran digital dengan booster yang baru, hampir seluruh televisi swasta dan pemerintah yang menggunakan siaran televisi dapat ditangkap dengan gambar yang sangat jernih.

Siaran tv digital Metro TV (Dok. Didno)
Siaran tv digital Metro TV (Dok. Didno)
Kini beberapa siaran televisi digital yang sudah diterima dengan kualitas gambar yang lebih bersih, walaupun  berada di salah satu desa di Indramayu adalah sebagai berikut :

TVRI Sport UHD (Dok. Didno)
TVRI Sport UHD (Dok. Didno)

1. TVRI Sport UHD

2. TVRI Nasional

3. TVRI Jabar 2

4. TVRI 3

5. SCTV HD

Siaran TV digital SCTV (Dok. Didno)
Siaran TV digital SCTV (Dok. Didno)

6. O Channel

7. Metro TV

8. Mentari TV

9. Magna Channel

10. Kompas TV

11. Indosiar HD

12. BN TV

13. CNBC Indonesia

Siaran televisi digital CNBC Indonesia (Dok. Didno)
Siaran televisi digital CNBC Indonesia (Dok. Didno)

14. CNN Indonesia

15. iNews

16. GTV

17. MNCTV

18. RCTI

19. TRANS 7

20. TRANS TV

Semula sebelum ada jaringan televisi digital, kualitas gambar tergantung dari arah antena, ketinggian tiang, dan cuaca. Tetapi kini tiang antena tidak terlalu tinggi pun hasilnya sangat memuaskan. Tidak harus menggunakan antena parabola tetapi hasilnya sangat jernih.

Kini dengan siaran televisi digital saya berhenti lagi berlangganan aplikasi untuk menonton televisi atau film favorit. Karena kualitas gambarnya seperti menghadirkan bioskop ke dalam rumah. TV digital merupakan televisi free-to-air dengan sistem digital. Televisi free-to-air merupakan istilah televisi yang tidak berbayar yang disiarkan melalui frekuensi terestira.

UHF Booster TV (Dok. Didno)
UHF Booster TV (Dok. Didno)
Selain itu, televisi digital tidak membutuhkan akses internet,  cukup dengan menggunakan antena UHF dan booster biasa sudah bisa menangkan siaran Televisi Digital. Sehingga akses internet hanya digunakan untuk beraktivitas sehari-hari seperti ngeblog, membuat konten Youtube, memberikan materi selama kegiatan BDR (Belajar Dari Rumah), atau mengisi materi kegiatan webinar Gerakan Nasional Literasi Digital.

Soal kualitas gambar, siaran televisi sangat bersih tidak ada bintik-bintik atau kabur pada saat sinyal lemah. Selain itu suara yang dihasilkan televisi digital pun lebih jernih jika dibandingkan menggunakan televisi analog.

Antena TV biasa tapi gambar tetap jernih (Dok. Didno)
Antena TV biasa tapi gambar tetap jernih (Dok. Didno)

Kelebihan lain yang ada pada siaran televisi digital adalah penonton bisa mengetahui acara apa yang sedang ia tonton. Karena acara saat itu akan muncul di layar saat kita memindahkan dari satu stasiun ke stasiun yang lain. Sehingga penonton bisa mencari acara yang disukai dengan cepat pada saat menggunakan televisi digital.

Nah bagi masyarakat yang belum memiliki televisi digital, maka bisa menambahkan alat bernama Set Top Box (STB) DVTB2 agar dapat menangkap siaran televisi digital. Harganya sekitar 200-300 ribuan di toko online maupun toko offline terdekat dengan tempat tinggal Anda.

STB TV Digital (Dok. siarandigital.kominfo.go.id)
STB TV Digital (Dok. siarandigital.kominfo.go.id)

Sehingga dapat dapat disimpulkan ada beberapa kelebihan televisi digital dibandingkan dengan televisi analog adalah sebagai berikut :

Pertama, Siaran televisi digital tidak perlu berlangganan atau bulanan.

Siaran televisi digital gratis tidak perlu berlangganan (Dok. Didno)
Siaran televisi digital gratis tidak perlu berlangganan (Dok. Didno)

Kedua, Penerimaan sinyalnya bisa menggunakan antena UHF biasa layaknya menggunakan televisi analog. Tidak harus menggunakan antena parabola.

Menggunakan Antena UHF Biasa (Dok. Didno)
Menggunakan Antena UHF Biasa (Dok. Didno)

Ketiga, kualitas gambar sangat bersih dan suaranya sangat jernih layaknya menonton di bioskop.

Kualitas gambar sangat bersih dan suara yang jernih (Dok. Didno)
Kualitas gambar sangat bersih dan suara yang jernih (Dok. Didno)

Keempat, Tidak berbintik atau gambar kabur pada saat sinyalnya lemah.

Gambar tidak berbintik saat sinyal lemah (Dok. Didno)
Gambar tidak berbintik saat sinyal lemah (Dok. Didno)

Kelima, Penonton siaran televisi digital bisa mengetahui acara apa yang ditonton saat memindahkan dari satu stasiun tv ke stasiun tv yang lain.

Info acara di televisi digital (Dok. Didno)
Info acara di televisi digital (Dok. Didno)

Dengan siaran televisi digital, masyarakat semakin dimanjakan dengan kualitas gambar dan suara yang jernih. Sehingga kembali masyarakat kembali menonton acara-acara di televisi seperti sebelum adanya internet.

Sedangkan bagi pemilik atau pengelola stasiun televisi dengan adanya siaran televisi digital, diharapkan semakin kreatif dan inovatif dalam menghadirkan acara-acara yang lebih menarik, dan edukatif. Tidak hanya canggih teknologinya tetapi diharapkan televisi kembali disukai oleh masyarakat Indonesia dalam menghadapi persaingan dengan penyedia layanan video/film gratisan atau berbayar. 

Dengan kualitas gambar dan suara yang jernih diharapkan mampu menarik minat instansi atau perusahaan kembali membelanjakan iklannya di televisi untuk keberlangsungan perusahaan televisi bahkan bisa membuat perusahan televisi semakin berkembang lagi di masa yang akan datang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun