Sebelum pandemi melanda negeri ini, hampir setiap tahun saya berkunjung ke Candi Borobudur. Karena tugs dari sekolah untuk membimbing siswa dalam kegiatan study tour atau ajangkarya ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Obyek wisata yang pertama dikunjungi pasti Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah, sejak jalanan masih lewat ke Ajibarang Purwokerto hingga sekarang sudah ada jalan tol Trans Jawa yang membuat perjalanan lebih singkat dari biasanya.
Sebagai guru IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) SMP saya sering mencari informasi mengenai sejarah pembangunan Candi Borobudur dari berbagai literasi dari buku, dan internet. Tetapi saya lebih suka cerita dari pemandu wisata di Candi Borobudur. Walaupun pada saat musim liburan hampir jarang saya ditemui karena pemandunya sedang bertugas memandu wisatawan terutama wisatawan mancanegara.
Karena penasarannya saya pernah meminta pemandu wisata Candi Borobudur untuk menjelaskan cerita-cerita yang terkandung pada relief-relief yang ada di candi Borobudur. Bahkan sang pemandu memperlihatkan relief-relief yang sekarang ditutup oleh pengelola karena dianggap terlalu vulgar dilhat oleh anak-anak sekolah.
Dari relief-relief yang ada di Candi Borobudur, banyak hal yang bisa kita pelajari dari mulai proses pembuatannya yang membutuhkan beberapa tahun untuk membangun candi tersebut, kebiasaan-kebiasaan pada zaman dahulu, hingga penemuan kembali candi Borobudur dan pemugaran kembali candi tersebut.
Beberapa candi yang pernah saya kunjungi adalah Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan di Sleman Yogyakarta, Candi Tikus, Gapura Bajang Ratu, Candi Gentong, Candi Brahu di Mojokerto, Candi Arjuna di Dieng Banjarnegara, Candi Gedong Songo di Kabupaten Semarang dan lain-lain. Â
Dari sekian banyak candi yang pernah saya kunjungi, ada banyak hal menarik dari Candi Borobudur.
Pertama, Candi Budha terbesar di Indonesia. Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia dan salah satu candi terbesar di dunia.
Kedua, Proses pembuatannya unik. Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi ini dibangun pada masa Dinasti Syailendra. Pembuatannya menggunakan sekitar 2 juta blok batu tanpa menggunakan perekat atau semen untuk menyusunnya.
Ketiga, Terdiri tiga tingkatan ranah spiritual. Candi Borobudur terdiri dari tiga tingkatan dalam kosmologi  Buddha yakni :
Kamadhatu Â
Kamadhatu berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya "ranah nafsu" atau "dunia nafsu". Kamadhatu merupakan bagian kaki Candi Borobudur yang menggambarkan kehidupan manusia di dunia yang penuh keburukan, nafsu, dan bergelimang dosa. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian ini tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Â
Rupadhatu
Rupadhatu atau bagian tengah melambangkan kehidupan manusia yang telah terbebas dari hawa nafsu, namun masih terikat dengan hal-hal bersifat duniawi. Bagian Rupadhatu adalah empat undak teras yang membentuk lorong yang pada dindingnya dihiasi galeri relief setelah bagian kaki candi. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif. Pada bagian ini terdapat 432 arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Arupadhatu
Arupadhatu mulai dari lantai kelima hingga ketujuh, dindingnya tidak memiliki relief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 stupa, stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Â
Keempat, relief menceritakan banyak hal. Pada Candi Borobudur ditemukan relief-relief yang menggambarkan kehidupan Sang Buddha Gautama. Bahkan Borobudur diyakini memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Selain itu, terdapat relief yang menggambarkan suasana alam yang permai, perahu bercadik, bangunan tradisional nusantara, aktivitas manusia dengan rajanya, dan masih banyak lainnya.
Candi Borobudur terdapat 2.672 panel relief, dibagi menjadi dua jenis yakni panel naratif dan panel dekoratif. Sebanyak 1.460 panel naratif tersusun dalam sebelas baris yang mengelilingi monumen dengan total panjang lebih dari 3.000 meter. Sedangkan 1.212 panel dekoratif juga disusun dalam baris, namun dianggap sebagai relief individu.
Relief-relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam, atau dalam bahasa Jawa Kuna disebut mapradaksina, yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya timur. Oleh karena itu, pembacaan cerita-cerita relief ini dimulai dan berakhir di pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Adapun susunan dan pembagian relief naratif pada Candi Borobudur adalah sebagai berikut:
1.Karmawibhangga
Karmawibhangga terletak pada tingkatan kamadhatu, yang sebagian besar tertutup oleh batu. Relief-relief ini menggambarkan hukum karma bagi manusia yang merusak alam. Ada 160 panel yang ada di Karmawibhangga tidak menampilkan cerita yang berkelanjutan. Namun, masing-masing panel memberikan ilustrasi tentang sebab akibat. Saat ini, hanya relief Karmawibhangga pada bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat oleh pengunjung candi
2.Lalitawistara
Ceritanya dimulai dengan turunnya Buddha dari surga Tushita dan diakhiri dengan khotbah pertamanya di Taman Rusa dekat Benares. Relief tersebut menunjukkan kelahiran Buddha sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Ratu Maya dari Negeri Kapilavastu. Cerita ini dimulai dengan 27 panel yang menunjukkan berbagai persiapan, baik di langit dan di bumi, untuk menyambut inkarnasi terakhir Sang Bodhisattva.
3.Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Buddha sebelum lahir sebagai Pangeran Siddhartha. Isinya menceritakan tentang kehidupan Buddha sebelumnya, baik dalam bentuk manusia maupun hewan. Buddha masa depan mungkin muncul sebagai seorang raja, orang buangan, dewa, ataupun gajah. Sementara Awadana mirip dengan Jataka, tetapi sosok utamanya bukanlah Bodhisattva. Perbuatan suci dalam Awadana dikaitkan dengan orang-orang legendaris lainnya. Pada relief Borobudur, Jataka dan Awadana disuguhkan dalam satu deretan yang sama. 20 panel bawah pertama di tingkat 1 di dinding menggambarkan Sudhanakumaravadana, atau perbuatan suci Sudhana. 135 panel atas pertama di tingkat 1 di langkan dikhususkan untuk 34 legenda Jatakamala. 237 panel yang tersisa menggambarkan cerita dari sumber lain.
4.Gandawyuha
Gandavyuha menceritakan tentang pengembaraan tanpa lelah Sudhana untuk mencari Kebijaksanaan Sejati. Ceritanya tertuang dalam 460 panel yang terdapat pada tingkat 3, 4, dan setengah dari tingkat 2. Sudhana, putra seorang pedagang yang sangat kaya, muncul di panel ke-16. 15 panel sebelumnya merupakan prolog dari kisah keajaiban selama samadhi Buddha di Taman Jeta di Sravasti. Selama pencariannya, Sudhana mengunjungi tidak kurang dari 30 guru, tetapi tidak satupun dari mereka yang benar-benar memuaskannya. Setiap pertemuan telah memberikan Sudhana pengetahuan dan kebijaksanaan tertentu.
Kelima, Relief tentang alat musik. Dari foto dan video yang saya dapatkan ternyata ada gambar relief yang menggambarkan orang yang sedang memegang alat musik yang terdapat pada bagian Karmawibhangga, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuha. Ini menggambarkan bahwa Candi Borobudur pusat musik dunia. Sebuah pusat yang mempertemukan ragam peradaban dari seluruh nusantara bahkan dunia melalui seni musik.
Hal ini diperkuat dengan sejarah peradaban manusia pada abad ke-8, yang telah menjadikan seni musik sebagai budaya yang dalam kehidupan sehari-harinya, dan berfungsi sangat penting dalam kehidupan sosial.
Berarti pada abad ke-8, bangsa ini telah mengenal komposisi, aransemen, harmoni, laras (scale atau titi nada) dan dinamika. Kita adalah bangsa yang cerdas dan maju, memiliki daya sambung rasa dan sudah mampu membangun proses akulturasi musikal dalam wilayah kesenian, khususnya musik.
Berikut alat musik yang ada di relief Candi Borobudur :
1. Idiophone (dipukul atau diketok). Seperti gong, kenong, kulintang, arumba, ghanta, simbal, gambang, saron, gender, kentongan, kemanak dan lain-lain.
2. Membraphone (terbuat dari kulit). Terbuat dari kulit (selaput) yang direka pada rangka berbentuk lingkaran. Bunyi instrumen ini dihasilkan oleh getaran kulit yang dipukul seperti gendang, tambur, dogdog dan lain-lain.
3. Chordophone (dari senar atau tali). Ciri khusus jenis ini terdiri dari senar atau tali yang menghasilkan getaran. Cara yang digunakan digesek atau ditekan. seperti Lute, waditra berdawai, rebab dan tarawangsa.
4) Aerophone (bunyi karena udara). Ciri khas jenis instrumen tersebut adalah bunyi yang disebabkan oleh adanya sentuhan udara. Udara yang menyebabkan getaran tersebut diatur oleh lubang-lubang yang ada pada instrumen itu contohnya suling, cangka (terompet yang terbuat dari siput)Â
Â
Saya salut dan bangga dengan sejumlah musisi nasional yang memainkan alat musik yang di replika dari relief Candi Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.
Musisi yang memainkan alat musik yang ada dalam relief candi Borobudur tersebut diantaranya adalah Dewa Budjana, Trie Utami, Bintang Indrianto dan lainnya. Ada juga Purwacaraka dalam tajuk Sound of Borobudur. Penampilan musisi nasional di Omah Mbudur, Jowahan, Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Alunan musik dari alat yang ada terdengar merdu sekali. Alat musik yang dimainkan dalam acarat tersebut merupakan replika dari alat musik yang ada pada relief Candi Borobudur.
Dulu para musisi hanya "memimpikan" alat musik tersebut bukan hanya replika tetapi bisa dibunyikan akhirnya menjadi kenyataan. Maka hipotesa dan riset yang mengatakan Borobudur selain menjadi pusat Agama Budha di tanah air juga menjadi pusat seni, dan pusat musik dunia tidak terbantahkan.
Sound of  Borobudur merupakan upaya anak bangsa untuk mengenali lebih dalam kebesaran peradaban masa lampau, dengan menggunakan budaya dan ilmu pengetahuan, yang diinterpretasikan melalui seni.
Semoga keunikan, kekhasan dan keindahan Candi Borobudur bisa terus dipelihara dan dijaga agar tetap berdiri kokoh sebagai warisan dunia dan bisa dinikmati oleh anak cucu kita. Itulah Wonderful Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H