Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Bahagia Berbuka di Atas Kereta

30 Mei 2018   20:20 Diperbarui: 30 Mei 2018   20:30 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu berbuka di kereta api (Ilustrasi)

Siang itu sebuah kereta api melaju dari Jakarta ke Surabaya, tampak para penumpang asyik dengan gadgetnya masing-masing. Di salah satu gerbong ada beberapa penumpang yang tampak akrab sekali bercanda gurau antara satu penumpang dengan penumpang yang lainnya.

Dengan logat bahasa Sunda yang kental dia berbincang satu dengan yang lainnya. Sedangkan penumpang yang lain naik dari stasiun Cirebon. Salah satu penumpang bertampang garang dengan kumis tebal, sedangkan satunya adalah seorang wanita yang berjilbab yang tidak lain adalah isterinya.

Selama perjalanan dia berbincang dengan ketiga penumpang yang ada di depannya. Penumpang tersebut adalah seorang ayah dengan seorang anak perempuan dan isterinya. Awalnya keluarga tersebut tampak canggung karena melihat wajah sangar dari pria tersebut, tetapi setelah pria yang memiliki anak perempuan tersebut membuka pertanyaan ternyata pria yang sangar tadi enak diajak berbicara.

Pria sangar tadi berencana akan ke Jogja menengok anaknya yang akan diwisuda di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Dia merasa bangga karena sejak SMP anaknya tersebut mondok di pesantren hingga akhirnya kuliah dan akan diwisuda.

Dulu ibunya sering menangis karena kangen dengan anaknya tersebut, tetapi lama kelamaan akhirnya dia sudah terbiasa dan tidak menangis lagi. Dia biasanya ke Yogyakarta membawa mobil pribadi tetapi dia memilih kereta api karena murah dan tepat waktu.

Pria sangar tadi menceritakan bahwa profesi dia sebenarnya adalah seorang penyuluh pertanian, maka jangan heran wajah saya tampak sangar dan legam karena sehari-hari sering pepanasan. Dia menceritakan bahwa semua kakak dan adiknya berprofesi sebagai guru, hanya dirinya yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian.

Setelah berbincang dengan pak Kumis, pria tadi dibuat tersenyum dengan ulah anak-anak muda yang ada di samping tempat duduknya. Dia rupanya sedang menggoda petugas restorasi yang sedang menjajakan makanannya. Awalnya dia memesan makanan untuk berbuka puasa tetapi dengan alasan akan memesan makanan atau minuman lagi dia meminta nomer telepon kepada petugas restorasi yang berwajah cantik tadi.

Tak ayal anak-anak muda yang lainnya ramai dan tertawa. Sambil berbincang dengan rekannya menggunakan bahasa Sunda dia menceritakan hal tersebut kepada orang yang ada di depannya. Rupanya keseruan para pemuda tadi membuat pria dengan anak dan isteri tersebut bertanya.

"Memangnya siapa pa mereka? Tanya pria yang membawa anak dan isteri tersebut.

"Dia anak saya pa...". Jawab pria yang berada di tempat duduk sebelahnya.

"anak bapak?... Emang anak bapak yang mana?... Tanya pria tersebut kepada seorang pria paruh baya yang ada di sebelahnya.

"anak saya semua itu 4 orang, sisanya 6 orang tidak ikut, 1 orang ada di Mojokerto akan menikah besok."

"Jadi bapak punya anak 11?" tanya pria dengan satu anak kepada bapak tersebut.

Lalu pria yang anaknya banyak tersebut menjawab "iya...".

"Semuanya laki-laki?" tanya pria dengan satu anak tersebut

"Satu orang perempuan" jawab seorang pria yang masih terlihat muda dengan anak 11 tersebut.

Pak Kumis yang sejak tadi memperhatikan langsung bertanya "memang bapak umurnya berapa?"

"Umur saya 55 tahun.

Pak Kumis langsung menjawab "bapak tidak terlihat tua sama sekali rambut masih hitam, kulit muka masih kencang, terus akrab dengan anak-anak seperti kakak adik saja".

Bapak dengan 11 anak tersebut langsung tersenyum "hehe iya pa semua anak saya akur pa... mereka jarang bertengkar dan semua anak saya bisa gampang diatur, mereka tidak ada yang merokok, tidak ada yang nongkrong-nongkrong di luar, saya lebih senang temannya yang main ke rumah dibandingkan dia yang keluyuran. Semuanya akur malah sering bercanda di rumah dengan saudaranya".

Pak Kumis langsung menjawab "wah hebat pak... jarang anak muda yang tidak merokok apalagi semua anaknya bisa akur".

Bapaknya langsung menjawab "iya pa... anak-anak saya masih bisa diatur oleh saya... mereka juga masih mau ko.. kalau disuruh oleh saya, bahkan punya tugas masing-masing, ada yang ngepel, nyapu, masak nasi goreng dan lain-lain".

Setelah mereka ngobrol panjang lebar dan tibalah waktu maghrib telah tiba. Anak muda yang sejak tadi menyanyi qosidah tersebut akhirnya berhenti setelah mengetahui waktu maghrib telah tiba. Mereka mulai membuka makanan yang dibelinya dari petugas restorasi untuk berbuka puasa.

Pak Kumis yang sejak tadi memperhatikan kesopanan dan keramahan anak-anaknya langsung berkomentar dengan penumpang yang ada di depannya. "Saya salut dengan didikan orang tuanya, semua anaknya seperti teman saja dengan saudara-saudaranya, bahkan dengan orang tuanya, tetapi dia tetap memiliki kharisma dengan teman-temannya".

Akhirnya semua penumpang yang berpuasa berbuka dengan makanan dan minuman yang sudah dipesan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun