Hari ini Minggu 13 Mei 2018 telah terjadi 3 ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Surabaya, Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan GKI di Jalan Diponegoro Surabaya.
Di zaman yang serba canggih ini, setiap kejadian dimana pun bisa dilihat dengan cepat karena langsuns disebarkan melalui media sosial seperti facebook, Instagram, twitter dan lain-lain termasuk kejadian bom gereja Surabaya tadi pagi.
Tapi apa yang membuat saya merasa miris dan sedih yakni penayangan gambar atau video akibat dari ledakan tersebut di media sosial bisa dilihat secara jelas tanpa ada yang disamarkan. Kalau untuk foto atau gambar di Facebook atau Instagram ada fitur konten sensitif. Tapi sayangnya tidak untuk video live dari lokasi kejadian.
Masih banyak video live yang diunggah ke media sosial yang memperlihatkan ceceran darah, bahkan potongan tubuh baik itu korban atau pelaku yang membuat rasa kengerian dan ketakutan bagi masyarakat.
Ketakutan dan kengerian ini yang menjadi target para teroris selain tujuan utamanya itu sendiri. Maka dari itu salah satu bentuk kesedihan dan rasa bela sungkawa yang mendalam kepada korban bom gereja Surabaya kita disarankan untuk :
Pertama, Â tidak menyebarkan kembali foto atau video kengerian dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) tanpa sensor atau blur kepada orang lain.
Kedua, Tidak menyebarkan kembali pesan-pesan propaganda teror, gambar-gambar atau video kengerian kejadian tersebut kepada orang lain baik melalui aplikasi perpesanan singkat, media sosial atau yang lainnya. Â
Ketiga, Memberikan analisis yang memperkeruh suasana, seperti memojokkan salah satu agama, tokoh, atau yang lainnya. Sebaiknya kita menunggu penjelasan langsung dari pihak berwenang dalam hal ini adalah pihak Kepolisian Republik Indonesia. Â
Selain itu sebagai pengguna media sosial Facebook, saya menyarankan kepada Facebook atau media sosial lainnya untuk membuat fitur blur video live untuk kejadian-kejadian konten sensitif. Agar video yang ditampilkan tidak lagi jelas ceceran darah atau potongan tubuh sehingga tidak menimbulkan ketakutan kepada pengguna media sosial yang lain.
Mudah-mudahan ide ini bisa diperhatikan oleh pengelola media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H