Hampir setiap sekolah dari tingkat TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di akhir tahun pelajarannya melaksanakan acara wisuda, atau istilah lain dari Penglepasan, atau Pawidya (Pawekas Wiyata Madya).
Kini istilah wisuda sudah menjadi umum digunakan, walaupun pada awalnya hanya digunakan untuk mahasiswa tetapi sekarang sudah umum diterapkan dari tingkat TK hingga SMA atau SMK di berbagai pelosok Indonesia.
Berbagai kegiatan digelar pada acara wisuda dari mulai upacara adat, pagelaran seni budaya, puisi, musik dan lain sebagainya. Menariknya di beberapa sekolah menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya yang tentu sangat baik untuk melestarikan seni dan budaya lokal yang mulai ditinggalkan oleh para generasi milenial.
Saat ini banyak anak-anak milenial lebih mengenal dan hafal lagu-lagu pop, k-pop atau lagu barat dibandingkan dengan lagu daerahnya sendiri. Mereka lebih mengenal tradisi-tradisi dari negara lain dibandingkan dengan tradisi-tradisi dari daerahnya sendiri.
Oleh karena itu, saya mengapresiasi jika ada sekolah yang mengadakan wisuda, penglepasan atau pawidya dengan memasukkan kegiatan seni dan budaya lokal. Ini tidak lain untuk melestarikan seni dan budaya lokal serta agar para pelajar tetap mencintai seni dan budayanya sendiri.
Kegiatan seni dan budaya seperti tari tradisional, lagu daerah, musik tradisional harusnya menjadi acara yang wajib ada pada setiap acara wisuda di sekolah. Sehingga mereka tidak tabu dengan lagu-lagu daerah, seni dan musik daerah sendiri.
Seperti yang dilakukan oleh panitia pawidya di sekolah kami (SMPN 1 Gabuswetan), saya memberikan apresiasi karena memasukkan berbagai pertunjukkan seni dan budaya lokal pada acara wisuda atau pawidya. Seperti kegiatan upacara adat penglepasan siswa kelas IX, tari serimpi, ansambel angklung dan pianika, tarling dan lain-lain.
Tetapi hal yang sedang digandrungi oleh anak remaja seperti lagu pop, barat atau lagu dangdut jangan dilarang, tetapi diarahkan seperti dalam penampilan, gerakan dan tingkah lakunya saat berada di panggung atau pentas acara, agar tidak bertentangan dengan norma susila dan agama tentunya.
Sementara itu, ada beberapa pementasan seni yang memang harus menggunakan pakaian yang sedikit terbuka seperti penari tradisional, atau atraksi lainnya. Para guru tidak usah mengomentari dengan hal yang membuat mereka tidak bersemangat.
Berikan motivasi kepada para pelajar karena sebelum pementasan sudah berlatih berhari-hari mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan tentu uang. Setelah pementasan atau acara selesai pelatih atau guru memberikan ucapan terima kasih atas segala hal yang telah ia lakukan.
Dengan cara seperti itu, mereka sudah senang dan bangga karena selain bisa menunjukkan kemampuan kepada orang lain, mereka juga bisa belajar bagaimana memiliki sifat percaya diri yang tinggi di hadapan orang lain. Ayo cintai dan lestarikan seni budaya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H