Beberapa hari belakang ini beberapa wilayah di kabupaten Indramayu sedang dilanda kabut asap. Tetapi kabut asap ini bukan karena kebakaran hutan melainkan karena para petani pemilik sawah atau penggarap sawah membakar jerami sisa panennya. Pemakaran jerami ini dilakukan tidak hanya pada siang hari tetapi pada malam hari.Â
Ini dampaknya tentu mengganggu pemandangan pengguna jalan karena kabutnya sangat pekat dan tentu membuat sesak nafas bagi pengguna jalan dan warga sekitarnya. Memang kejadian ini tidak lama hanya beberapa hari atau minggu saja, tetapi sebenarnya kejadian ini bisa ditanggulangi sehingga tidak mengganggu orang pengguna jalan atau warga di sekitarnya.
Ada beberapa cara pemanfaatan jerami sisa panen padi :
Pakan Ternak Sapi. Di beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah tidak ada lagi jerami sisa panen yang dibakar. Melainkan menyimpannya di salah satu sudut sawah hingga akhirnya membusuk. Jerami tersebut kemudian digunakan sebagai campuran pakan ternak sapi yang ada di daerahnya.
Media tanam Jamur Merang. Selain untuk pakan ternak, jerami juga dimanfaatkan sebagai salah satu media pembuatan jamur merang yang banyak dimanfaatkan oleh warga di beberapa daerah. Jerami-jerami sisa panen tersebut dicampur dengan kapas ditumpuk di suatu rak yang di atasnya diberi kumbung (tempat budidaya).
Kumbung atau tempat budidaya tersebut diberi lampu 60 watt. Agar keluar jamur, media tanam jerami dan kapas dengan perbandingan 2:1 tersebut diberi kapur pertanian 4-5% saja aduk hingga rata dan rendam selama 24 jam. Setelah itu peras sampai airnya tinggal sedikit dan letakkan di rak yang ada di kumbung tersebut.
Untuk mempercepat fermentasi agar menjadi jamur merang, gunakan tungku yang terbuat dari drum yang dihubungkan menggunakan pipa dari bambu atau pipa paralon yang cukup tebal. Setelah itu tebarkan benih di media tersebut. Setelah itu siram secara berkala media tersebut hingga muncul jamur merang.
Seharusnya pihak penyuluh pertanian bisa membantu memberikan pemahaman kepada petani agar jerami tersebut tidak membahayakan baik pemandangan saat berkendaraan atau mengganggu pernafasan orang lain.
Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi pembakaran jerami oleh petani yang bisa mengganggu pemandangan pengendara jalan dan juga mengganggu pernafasan warga di sekitarnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H