Di berbagai daerah di tanah air, saat ini sedang melaksanakan panen raya. Musim panen kali ini bisa dibilang hasilnya memuaskan. Indikasinya adalah saat musim tanam tidak terlalu banyak hama yang ganas seperti wereng, tikus, burung, dan keong mas. Selain itu hasil panennya lebih baik dari musim tanam sebelumnya. Â
Ini juga terjadi di lumbung padi terbesar di Jawa Barat dan juga penyumbang beras terbesar di Indonesia yakni kabupaten Indramayu. Saat ini ribuan hektar sawah sedang dipanen oleh pemilik sawah yang dibantu oleh para buruh tani yang bekerja untuk mendapatkan padi atau uang dari jerih payahnya tersebut.Â
Tetapi nasib petani lagi-lagi harus merasakan hal yang sama setiap musim panen, yakni harga padi turun drastis hingga ke harga yang terendah. Harga padi yang baru dipanen di level petani dipatok dengan harga Rp.4.700/kg untuk jenis padi IR dan Ciherang, Rp.4.300/kg untuk padi Kebo (Lokal Indramayu) dan Padi Jenis Denok harganya Rp.5.200/kg-nya.Â
Padahal harga padi sebulan yang lalu masih dikisaran 5000/kg untuk jenis padi Kebo sedangkan padi jenis IR dan Ciherang masih dikisaran 5700/kg. Itu pun yang membeli padi dari petani bukan Bulog tetapi tengkulak atau dari daerah Indramayu sendiri atau dari daerah lain.
Berbeda dengan pernyataan Menteri Perdagangan yang mengatakan "Tidak usah ada kekhawatiran dari petani kalau ada panen tidak terserap. Panen berapapun, akan dibeli oleh Bulog" Seperti dikutip dari (Kaltim.tribunews.com 19/01/2018).
Selain itu pemerintah sudah menetapkan HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk beras yakni dibanderol dengan harga Rp.9.450/kg-nya, tetapi kenyataannya harga beras di pasaran lebih tinggi dari itu. Sehingga pemerintah beralasan mengajukan impor beras 500.000 ton dari luar negeri. Padahal saat ini para petani sedang panen raya sehingga yang dirugikan adalah petani.Â
Sungguh sebuah ironi yang terjadi di negara penghasil padi. Tetapi sekarang bukan hanya mencari kambing hitam tetapi kita mencari solusi dari permasalahan klasik yang dialami para petani di Indonesia ini. Berikut ini beberapa permasalahan yang dihadapi petani di Indonesia :
Biaya Pengolahan Yang Tinggi. Banyak petani yang merasakan beratnya biaya dari mulai tanam hingga panen. Seperti kita ketahui biaya untuk membajak sawah, menanam padi, pemupukan, penyemprotan hingga padi dipanen memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga petani yang memiliki dana pas-pasan atau bahkan kurang harus meminjam ke bank atau ke rentenir dengan bunga yang tinggi.
Harga pupuk dan obat-obatan mahal. Petani merasakan kesusahannya saat harga pupuk tidak lagi mendapatkan subsidi dari pemerintah. Ditambah lagi harga obat-obatan untuk tanaman padi pun ikut-ikutan melambung tinggi karena alasannya adalah harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan listrik yang terus merambat naik.
Sistem Pengairan Yang Perlu Perbaikan.Di sebagian wilayah Indramayu dan daerah lain masih banyak sawah yang mengandalkan air hujan atau tadah hujan karena pengairannya masih terbilang belum maksimal. Sebagian wilayah Indramayu mendapatkan pengairan dari waduk jatiluhur dan sekarang sedang menunggu pengairan dari waduk Jatigede. Selain itu banyak saluran air yang belum dibeton sehingga kebocoran air terbilang masih tinggi. Â Â
Pengetahuan tentang pertanian yang masih minim. Petani di Indramayu dan mungkin juga di daerah lain masih minim pengetahuan tentang pertaniannya. Maka tidak heran jika mereka hanya menanam padi padi dan padi lagi. Sehingga unsur haranya tinggi, hamanya tidak bisa diatasi, dan tentu berdampak pada perolehan hasil panennya.