Setiap guru tentu sudah terbiasa untuk mengecek kehadiran siswanya dengan mengabsen atau menanyakan kepada peserta didik yang lain. Mereka yang tidak masuk sekolah biasanya mengirim surat izin kepada wali kelasnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang tua yang lebih memilih mengirim SMS atau WhatsApp kepada wali kelasnya dibandingkan mengirim surat kepada wali kelasnya. Tetapi sekarang banyak orang tua yang karena kesibukannya atau berbagai hal sehingga mereka tidak sempat membuat surat izin kepada wali kelasnya sehingga yang menulis surat izin tersebut adalah anaknya sendiri.
Tidak semua pelajar bisa menulis surat izin yang sesuai standar dengan keinginan guru Bahasa Indonesia, karena mungkin sudah lama tidak pernah menulis surat izin atau karena tidak ada contoh dari guru atau temannya sehingga dia tidak bisa mencontohnya saat menulis surat izin tersebut.
Berikut ini surat izin sakit dari salah satu pelajar :
Maafkan Saya Pa Rusli Yth
Asalammualaikum wr.wb
Saya tidak bisa mengikuti pelajaran yang seperti biasanya dikarenakan sakit yang bernama
IN***
VII-F
Saya mohon maaf lahir dan batin kalo ada ucapan yang tdk bener mohon maafkan saya yang sebesar-sebesarnya itu saja dari saya
Wasalammualaikum wr. Wb
Saya nulisnya kaya gini tidak punya pulpen saya orang tuanya sibuk semua. Saya menulisnya dikarenakan ngga ada yang menulis
Membaca surat izin sakit dari siswa ini ada rasa iba atau kasihan karena dia sedang sakit, tapi juga membuat siapa saja yang membaca akan senyum-senyum sendiri karena surat izinnya seperti surat ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri karena ada pemintaan mohon maaf lahir dan batin. Â
Selain itu karena alasan dia tidak menggunakan pulpen untuk menulis surat izin sakit karena dia tidak memiliki pulpen, ini merupakan suatu hal yang sangat jujur dari seorang siswa yang sedang sakit dan tidak diperhatikan oleh orang tuanya.
Tulisan surat izin sakit ini tentu belum sesuai dengan standar atau kebiasaan dari seorang murid yang memberikan surat izin sakit untuk wali kelasnya seperti yang sering diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia sejak SD (Sekolah Dasar). Â
Dengan adanya surat ini, sebenarnya bukan bermaksud untuk membully murid tersebut tetapi sebagai seorang guru tentu berharap orang tua murid atau wali murid lebih peduli dan memperhatikan anak-anaknya sehingga mereka tidak lagi menulis sendiri saat mereka sedang sakit atau kondisinya tidak enak badan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H