Selepas penjelasan tentang langsung mencoba peserta workshop diminta untuk melakukan “Readathon”. Mungkin masih banyak yang belum mengetahui apa itu Readathon?. Readathon adalah singkatan dari Read dan Marathon. Artinya peserta diharuskan membaca buku selama 42 menit dalam keadaan senyap. Alasan membaca selama 42 menit karena sejarah marathon dimana prajurit Yunani bisa berlari tanpa henti sejauh hampir 42 km dari garis depan perang menuju markas besar agar bisa menyampaikan pesan penting untuk menyelamatkan bangsanya.
Setelah kegiatan mereviu acara dihentikan untuk istirahat shalat dan makan. Acara kemudian dilanjutkan dengan Simulasi diskusi dan presentasi RTL (Rencana Tindak Lanjut). Pada kesempatan ini kebetulan saya dipilih menjadi salah satu siswa yang diminta untuk diskusi dan mempresentasikan hasil reviu buku yang telah dibaca bersama peserta lain. Pengalaman ini sangat menarik karena kami seolah-olah menjadi murid dan guru yang sedang melakukan diskusi dan presentasi. Sementara itu setelah kami berdiskusi, kepala sekolah diminta untuk mempresentasikan RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang akan dilakukan nanti di sekolahnya.
Keesokan harinya kami belajar cara pemanfaatan Website WJLRC yang dipandu oleh Deny Rochman. Pada sesi ini kami dipandu untuk mengaktifkan akun literasi sekolahnya masing-masing, termasuk memasukkan data sekolah, guru dan kepala sekolah yang tergabung dalam komunitas literasi sekolah ini.
Kami juga dipandu untuk memasukkan foto, video, karya siswa, menulis artikel, berita, karya ilmiah dan lain sebagainya. Kegiatan ini diharapkan akan membantu guru dalam memasukkan data di website literasi milik pemerintah Jawa Barat tersebut.
Selepas kegiatan ini, peserta break dulu tetapi saat memasuki pemaparan tentang sesi Peran Penting Perpustakaan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sudah hadir di Hotel Zamrud untuk menutup kegiatan tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat menjelaskan banyak hal diantaranya tentang keharusan kita sebagai manusia untuk terus membaca. Karena membaca tidak hanya membaca buku pelajaran tetapi juga membaca buku non pelajaran, membaca situasi zaman dan perubahaannya.
Dengan gaya khasnya, Kadisdik Jawa Barat ini menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia yang terkadang diselingi dengan pertanyaan dan pernyataannya yang mengocok perut. Pada kesempatan ini Kadisdik memberikan penghargaan khusus kepada kedua orang yang berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan olehnya.
Kadisdik berharap para perintis literasi ini bisa menjawab tantangan pemerintah dengan menjadi agen perubahan di sekolahnya masing-masing dalam hal literasi. Dia meminta kepada seluruh peserta untuk bisa menunjukkan semangatnya kepada pemerintah dan masyarakat.
Setelah penutupan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, acara dilanjutkan dengan pemberian materi yang terakhir yakni tentang Peran Penting Perpustakaan yang dibawakan oleh Ibu Iis Kartis yang pernah menyandang guru teladan tahun 2011 lalu.
Perpustakaan di sekolah memang mengalami kendala diantaranya adalah : SDM (Sumber Daya Manusia, sistem/organisasi, program, jaringan, infrastruktur, dan dana.