Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meningkatkan Minat Baca Siswa Indonesia Melalui GLS

8 Agustus 2016   22:50 Diperbarui: 4 April 2017   16:17 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Literasi Sekolah (Foto Facebook FELIS NESAGA)

GLS mungkin bagi sebagian orang yang awam belum mengetahui apa itu GLS. GLS merupakan singkatan dari Gerakan Literasi Sekolah. GLS hadir karena keinginan Pemerintah yang ingin meningkatkan minat baca siswa di seluruh Indonesia.

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLS menjadi kegiatan wajib yang dilakukan oleh peserta didik untuk membaca buku non-pelajaran setiap hari sebelum pembelajaran.

Adapun tahapan kegiatan dari GLS terdiri dari kegiatan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.  Sementara sasaran dalam gerakan ini sebenarnya tidak hanya siswa, tetapi juga guru, dan tenaga kependidikan di Indonesia.  Tujuannya adalah menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif.  

Mengapa Pemerintah perlu mengadakan Gerakan Literasi Sekolah? Alasannya adalah karena Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Pada tahun 2012 Indonesia berada di posisi ke 64 dari 65 negara peserta PISA (Program for International Student Assessment). Pada tahun 2016 Indonesia berada di peringkat 60 satu tingkat di atas Bostwana.   

Menurut Ayip Rosidi, 2006: Anak-anak Indonesia membaca 27 halaman buku per tahun  atau 1 halaman 15 hari. Bahkan Taufik Ismail, 2006 : Sejak Indonesia merdeka tidak ada 1 pun buku sastra yang wajib dibaca di sekolah. Telah terjadi Tragedi Nol Buku di Indonesia.

Menurut Ahmad Baedowi  meneliti para wisudawan, terungkap bahwa para mahasiswa pada saat menjalani pendidikan di perguruan tinggi rata-rata hanya mampu  menamatkan buku  satu sampai dua judul saja (Republika, 7 April 2014).

Abdul Mu’ti, mengakui sikap malas membaca buku bukan hanya di tingkat kalangan mahasiswa tingkat sarjana (S1), tapi juga pada kelompok mahasiswa pascasarjana (S2). (Media Indonesia, 15 Januari 2011).

Sedih memang melihat kondisi seperti ini, tetapi tentu kita tidak boleh tinggal diam untuk meningkatkan minat baca siswa dan sudah berjalan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia yang menerapkan Kurikulum 2013.

Adapun tahapan pelaksanaan GLS adalah Pembiasaan, Pengembangan dan Pembelajaran. Pembiasaan dilakukan melalui kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran, meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, serta meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.

Di sekolah kami Gerakan Literasi Sekolah dilakukan setelah shalat dhuha, kemudian membaca Al Qur’an dan terjemahannya, kemudian disambung dengan Gerakan Literasi Sekolah. Siswa membawa buku bacaan non mata pelajaran yang dipilih orang tua dan guru. Buku tersebut dibaca dan dibuat resumenya. Hasilnya nanti diserahkan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk dinilai.

Mudah-mudahan dengan Gerakan Literasi Sekolah ini diharapkan minat baca siswa akan tumbuh. Walaupun di beberapa daerah terutama di daerah terpencil sangat sulit untuk membeli buku. Mereka bisa memanfaatkan majalah, koran, buku bekas, dan lain sebagainya yang penting menumbuhkan minat baca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun