Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cara Berbicara kepada Anak tentang Kejahatan Terorisme

14 Januari 2016   22:54 Diperbarui: 15 Januari 2016   07:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ledakan Bom di Sarinah (Youtube.com) "][/caption]

Hari ini Kamis tanggal 14 Januari 2016, lagi-lagi Indonesia dilanda teror bom. Kali ini lokasinya di Pusat perbelanjaan Sarinah di Jalan MH. Thamrin Jakarta Pusat, StarBucks Cafe dan pelakunya sempat melarikan ke Gedung Djakarta Teather.

Ledakan tersebut ada yang merupakan bom bunuh diri dan ada juga granat yang sengaja dilemparkan kepada target sasaran yang mereka inginkan yakni aparat keamanan dan warga negara asing. Hingga tulisan ini diturunkan sudah ada 7 korban yang meninggal dunia termasuk pelakunya.

Sebagai seorang pendidik dan juga orang tua, melihat tayangan berita kejahatan terorisme di televisi, media online dan media sosial lainnya yang bisa diakses oleh anak-anak tentu harus bijak menyikapi dan menjelaskannya karena jika salah mereka akan keliru tentang pemahaman terhadap kejahatan terorisme terutama dampakanya pada psikologis mereka.

Oleh karena itu harus ada cara untuk memberikan penjelasan tentang kejahatan terorisme kepada anak-anak agar mereka bisa memahaminya.  Berikut panduan cara berbicara kepada anak tentang kajahatan terorisme :   

  1. Cari tahu apa yang mereka pahami tentang terorisme. Bahas secara singkat apa yang terjadi meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari isu dan spekulasi.
  2. Hindari paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah umur 12 tahun.
  3. Identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan tetap perlu.
  4. Bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat, yaitu pelaku kejahatan. Hindari sasaran kemarahan pada identitas golongan yang hanya didasarkan pada prasangka.
  5. Jalani kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan terorisme mengganggu kehidupan kita. Kebersamaan dan komunikasi rutin untuk mendukung anak.
  6. Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani, dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu orang tua menghadapi anak-anak yang kritis menanyakan masalah-masalah kejahatan terorisme.

Sumber :

Twitter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun