[caption caption="Tangga di salah satu supermarket "][/caption]Semua makhluk di muka bumi inginnya terlahir sempurna, tidak memiliki kendala fisik apalagi mental. Tetapi dalam kenyataannya Allah SWT berkehendak lain, untuk menguji keimanan, kesabaran dan kekuatan manusia dalam menerima cobaan atau ujian tersebut.
Beberapa orang yang terlahir dalam kondisi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Mereka biasanya mengalami berbagai hambatan dan masalah dalam bersosialisasi dengan teman-teman, keluarga atau orang lain sejak kecil hingga dewasa.
Tetapi terkadang mereka yang memiliki kebutuhan khusus itu terjadi setelah mereka dewasa karena mengalami sesuatu hal seperti kecelakaan, sakit keras dan lain sebagainya. Sehingga mereka mengalami ketidaksempurnaan dalam melakukan aktivitasnya.
Permasalahan timbul saat mereka bersosialisasi dengan teman-temannya seperti saat sekolah. Mereka yang mengalami kendala fisik biasanya merasa minder dan tidak diterima oleh rekan-rekannya di sekolah sehingga mereka harus bersekolah di sekolah khusus atau SLB (Sekolah Luar Biasa).
Kendalanya di satu kabupaten atau kota di Indonesia, SLB (Sekolah Luar Biasa) jumlahnya sangat minim dan lokasinya berada di Kota Kabupaten atau Kota. Sehingga bagi mereka yang berada di pelosok desa tidak bisa bersekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa) tersebut.
Satu-satunya cara untuk mereka mendapatkan pendidikan tentu dengan belajar di sekolah umum baik swasta maupun negeri. Lagi-lagi masalah timbul ketika guru yang ada di sekolah tersebut tidak pengetahuan dan pengalaman dalam mengatasi mereka yag memiliki kebutuhan khusus tersebut.
Sebagai contoh, pelajar yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan harusnya dididik oleh guru yang bisa mengajarkan huruf Braille, begitu juga dengan pelajar yang memiliki keterbatasan dalam hal pendengaran dan bicara, tentunya harus dididik  oleh guru yang memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bahasa isyarat, dan begitu juga untuk mereka yang memiliki keterbatasan khusus lainnya.
Selain kurangnya guru yang memiliki kemampaun khusus tersebut, juga fasilitas yang ada di sekolah pun dibuat tidak mempertimbangkan untuk mereka yang mempunyai kebutuhan khusus contohnya untuk mereka yang menggunakan kursi roda. Beberapa sekolah yang memiliki gedung bertingkat tidak dilengkapi dengan sarana tangga khusus atau lift untuk penyandang disabilitas sehingga menyulitkan mereka yang ingin mandiri.
Tidak hanya di sekolah, beberapa fasilitas umum seperti di kantor, ruang publik, rumah sakit, halte, pusat perbelanjaan yang megah pun tidak dilengkapi dengan fasilitas untuk penyandang disabilitas, seperti tangga khusus untuk menyeberang penyandang disabilitas.
Selain memiliki kekurangan, Allah SWT juga memberikan kelebihan kepada para penyandang disabilitas. Ada yang mampu menghafal Al Qur’an, menyanyi, melukis, dan kegiatan seni lainnya bahkan ada beberapa rekan saya memiliki kemampuan dalam hal menulis di blog walaupun dengan keterbatasan dalam penglihatan.
[caption caption="Dimas P. Muharam Founder Kartunet dari akun FBnya "]
Salah satunya adalah Dimas Prasetyo Muharam, seorang blogger dan juga Founder Kartunet yang pernah beberapa kali bertemu dengan saya bahkan pernah satu bus dari Asean Blogger Festival Chapter Indonesia dari Solo hingga ke Cirebon. Â
Dalam perjalanan dia pernah menceritakan bahwa dirinya mengalami penurunan penglihatan sejak usia 12 tahun, saat dirinya duduk di kelas enam SD, catur wulan kedua. Penyebabnya adalah karena toxoplasma yang menyerang kornea matanya sehingga dirinya tidak bisa lagi melihat lagi indahnya dunia dan mulai merasakan kegelapan.
Tetapi dia bertekad ditengah keterbatasan tersebut dia bertekad menjadi seorang tuna netra yang bermanfaat bagi orang lain. Dia berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliahnya di Universitas Indonesia Fakulitas Sastra Inggris.
Berkali-kali dia menjuara berbagai lomba baik lomba pidato dalam bahasa Inggris dan lomba menulis blog yang diadakan berbagai pihak. Â Dalam keterbatasannya dia tidak mau gaptek sehingga ketinggalan informasi dan teknologi dengan teman lainnya yang normal.
Dia ngeblog menggunakan laptop yang sudah diinstal software khusus untuk penyandang disabilitas tuna netra. Sehingga dia bisa mengerjakan layaknya manusia normal pada umumnya. Begitu juga dengan ponsel yang digunakannya pun sudah dilengkapi dengan software khusus sehingga dia bisa menggunakan sosial media dengan rekan-rekannya di mana pun berada.
Hebatnya lagi dia menjadi founder dari Kartunet (Karya Tuna Netra) bersama dengan rekan-rekannya dengan menulis berbagai hal informatif, inspiratif dan bermanfaat bagi orang lain. Maka tidak heran dia sering diundang untuk menjadi motivator dan inspirator bagi rekan-rekannya yang lain.
Tetapi tidak semua orang peduli dengan para penyandang disabilitas. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki kepedulian dan berperan aktif dalam hal memberikan ruang berekspresi kepada mereka. Termasuk dalam hal ini pemerintah, pihak swasta dan masyarakat untuk menampilkan kemampuan karya terbaik para penyandang disabilitas dalam berbagai hal termasuk seni dan budaya hingga kemampuan otaknya.
Bahkan ketika penyandang disabilitas sudah berhasil menyelesaikan sekolah atau kuliahnya pun hanya sebagian kecil perusahaan swasta dan pemerintahan yang menyediakan kesempatan kerja atau merekrut mereka. Kalau pun ada biasanya mereka bertugas atau ditugaskan di bagian back office, tidak berhadapan langsung dengan konsumen atau pelanggan.
Untuk itu perlu pembenahan di semua bidang, dari bidang pendidikan, fasilitas umum, hingga peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mengatasi persoalan tersebut. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang peduli kepada mereka di Indonesia.
[caption caption="Logo Difabel (Kitasetara.or.id) "]
Penyandang disabilitas tidak semuanya selalu meminta-minta di pinggir jalan dan mengganggu ketertiban umum. Tetapi banyak dari mereka yang ingin hidup mandiri. Oleh karena itu peran pemerintah, swasta, dan lembaga sosial membantu mereka dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan hidup agar mereka bisa hidup mandiri.   Â
Penyandang disabilitas adalah saudara kita, keluarga kita, atau juga mungkin diri kita sendiri yang mengalaminya. Untuk itu mari kita benahi semuanya agar terciptanya kesetaraan, keadilan dan kemandirian untuk penyandang disabilitas atau difabel di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H