Salah satunya adalah Dimas Prasetyo Muharam, seorang blogger dan juga Founder Kartunet yang pernah beberapa kali bertemu dengan saya bahkan pernah satu bus dari Asean Blogger Festival Chapter Indonesia dari Solo hingga ke Cirebon. Â
Dalam perjalanan dia pernah menceritakan bahwa dirinya mengalami penurunan penglihatan sejak usia 12 tahun, saat dirinya duduk di kelas enam SD, catur wulan kedua. Penyebabnya adalah karena toxoplasma yang menyerang kornea matanya sehingga dirinya tidak bisa lagi melihat lagi indahnya dunia dan mulai merasakan kegelapan.
Tetapi dia bertekad ditengah keterbatasan tersebut dia bertekad menjadi seorang tuna netra yang bermanfaat bagi orang lain. Dia berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliahnya di Universitas Indonesia Fakulitas Sastra Inggris.
Berkali-kali dia menjuara berbagai lomba baik lomba pidato dalam bahasa Inggris dan lomba menulis blog yang diadakan berbagai pihak. Â Dalam keterbatasannya dia tidak mau gaptek sehingga ketinggalan informasi dan teknologi dengan teman lainnya yang normal.
Dia ngeblog menggunakan laptop yang sudah diinstal software khusus untuk penyandang disabilitas tuna netra. Sehingga dia bisa mengerjakan layaknya manusia normal pada umumnya. Begitu juga dengan ponsel yang digunakannya pun sudah dilengkapi dengan software khusus sehingga dia bisa menggunakan sosial media dengan rekan-rekannya di mana pun berada.
Hebatnya lagi dia menjadi founder dari Kartunet (Karya Tuna Netra) bersama dengan rekan-rekannya dengan menulis berbagai hal informatif, inspiratif dan bermanfaat bagi orang lain. Maka tidak heran dia sering diundang untuk menjadi motivator dan inspirator bagi rekan-rekannya yang lain.
Tetapi tidak semua orang peduli dengan para penyandang disabilitas. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki kepedulian dan berperan aktif dalam hal memberikan ruang berekspresi kepada mereka. Termasuk dalam hal ini pemerintah, pihak swasta dan masyarakat untuk menampilkan kemampuan karya terbaik para penyandang disabilitas dalam berbagai hal termasuk seni dan budaya hingga kemampuan otaknya.
Bahkan ketika penyandang disabilitas sudah berhasil menyelesaikan sekolah atau kuliahnya pun hanya sebagian kecil perusahaan swasta dan pemerintahan yang menyediakan kesempatan kerja atau merekrut mereka. Kalau pun ada biasanya mereka bertugas atau ditugaskan di bagian back office, tidak berhadapan langsung dengan konsumen atau pelanggan.
Untuk itu perlu pembenahan di semua bidang, dari bidang pendidikan, fasilitas umum, hingga peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mengatasi persoalan tersebut. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang peduli kepada mereka di Indonesia.
[caption caption="Logo Difabel (Kitasetara.or.id) "]
Penyandang disabilitas tidak semuanya selalu meminta-minta di pinggir jalan dan mengganggu ketertiban umum. Tetapi banyak dari mereka yang ingin hidup mandiri. Oleh karena itu peran pemerintah, swasta, dan lembaga sosial membantu mereka dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan hidup agar mereka bisa hidup mandiri.   Â