Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Surat untuk Bunda

18 Desember 2015   22:26 Diperbarui: 22 Desember 2015   22:50 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Besok anak-anak kita akan menerima buku rapot atau buku laporan setelah melaksanakan pembelajaran selama satu semester. Beragam reaksi orang tua saat menerima buku rapot tersebut. Ada yang senang, ada yang sedih atau bahkan biasa-biasa saja.

Tidak sedikit orang tua zaman sekarang, ada juga yang sering marah-marah ke anaknya karena tidak mendapatkan ranking pertama, kedua, ketiga atau masuk lima besar di kelasnya. Bahkan ada juga yang langsung memprotes gurunya karena anaknya tidak menjadi yang terbaik di kelasnya.

Tetapi sebagai orang tua yang bijaksana, seharusnya tidak melakukan hal-hal seperti itu. Karena kita belum tahu kelebihan sesungguhnya yang dimiliki anak kita tersebut. Mungkin dia tidak pandai menghitung tetapi memiliki kemampuan dalam menggambar atau sebaliknya.

Tulisan surat seorang anak untuk ibunya ini mungkin menjadi pengingat dan penggugah kita sebagai orang tua atas kemampuan anak-anaknya.  

“Sebentar lagi bunda akan di undang ke sekolah untuk mengambil raportku,

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku tidak jadi juara dan bahkan masuk ranking pun tidak karena aku adalah anak yang biasa-biasa saja di kelas, tapi tahukah bunda bahwa aku adalah anak yang selalu jujur mengerjakan setiap soal-soal ujian.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku belum lancar Di bbrp mata pelajaran,tapi tahukah bunda bahwa aku terus berusaha keras dan kelak satu ketika aku akan bisa seperti anak lainnya.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku tidak pandai matematika, tapi tahukah bunda bahwa aku pandai berdoa dan selalu berdoa untuk bunda setiap aku beribadah.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku lambat belajar di sekolah, tapi tahukah bunda bahwa aku adalah anak yang cepat sekali jika diminta untuk membantu bunda dirumah.

Bunda, mungkin engkau kecewa karena nilai-nilai raportku tidak sebaik nilai teman-temanku, tapi tahukah bunda bahwa menurut mereka aku adalah teman yang sangat baik bagi mereka.

Bunda, mungkin engkau kecewa dan malu memiliki anak seperti aku, tapi aku tidak pernah ucapkan kecewa dan malu memiliki bunda seperti bunda, dan bahkan aku begitu sayang sama bunda.

Bunda, mungkin engkau marah melihat ada satu nilai merah di raport ku, tapi tahukah bunda bahwa aku mengerjakannya dengan jujur tanpa pernah mau ikut-ikutan teman-temanku yang tidak jujur.

Bunda, engkau mungkin kecewa jika membandingkan diriku dengan teman-teman sekelasku yang hebat-hebat, tapi tahukah bunda bahwa aku tidak akan pernah mau membandingkan bundaku dengan bunda-bundanya teman-temanku betapapun hebatnya bunda-bunda mereka.

Sungguh tak pernah terlintas sedikitpun di benakku untuk membandingkan bundaku dengan bundanya teman-temanku meskipun menurut mereka bundaku adalah bunda yang biasa-biasa saja, karena aku selalu berusaha menerima bundaku apa adanya, aku selalu berusaha mencintai bundaku apa adanya, dan aku merasa sudah sangat bahagia seandainya bunda juga mau menerima dan mencintaiku apa adanya meskipun aku hanyalah anak yang biasa-biasa saja disekolah.

Terimakasih bunda telah mau membaca suratku, dan aku sungguh bersyukur engkau telah menjadi bundaku dan aku telah menjadi anakmu.

Terimakasih juga bunda sudah mau datang ke sekolah untuk mengambil raportku”

dari anakmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun