Petilasan Nyi Ratu Dayang Sumbi (Foto Turidi)
Sebentar lagi lebaran dan waktu yang asyik untuk menghabiskannya adalah liburan ke tempat wisata. Tetapi jika bingung mencari tempat berwisata, ada obyek wisata baru yang belum banyak dijamah oleh pengunjung. Obyek wisata ini bernama Petilasan Nyi Ratu Dayang Sumbi di Dusun Ciwado, Desa Cikawung Kecamatan Terisi kabupaten Indramayu.
Lokasinya yang ada di dalam hutan dan jalanan yang belum bisa dilalui oleh mobil pribadi membuatnya layak diberi nama wana wisata atau wisata hutan. Obyek wisata ini sendiri belum dikelola oleh pemerintah setempat sehingga tidak ada biaya atau tiket masuk sama sekali alias gratis.
Untuk menuju obyek wisata ini sebenarnya cukup mudah terutama bagi Anda yang menggunakan jalur tol Cipali. Tetapi Anda juga bisa menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi tetapi tetap harus jalan kaki untuk menuju tempat ini.
Sebagai panduan untuk menuju obyek wisata ini tidak jauh dari pintu keluar gerbang tol Cikedung. Anda ambil arah ke kanan, kurang lebih satu kilometer ada masjid Baiturohim Blok Lajem Desa Cikawung Kecamatan Terisi belok kiri.
Setelah Ambil kiri Anda akan menapaki jalan yang masih diaspal tetapi selama satu kilometer jalanan sudah berbatu tanpa aspal dan jalanan semakin menyempit. Di kanan kiri terdapat pemandangan pohon jati dan rerumputan yang menambah keasrian tempat ini.
Setelah lanjut menyusuri jalan tersebut, Anda akan menemukan SMP Negeri 1 Atap Satu Terisi Anda ambil jalan kiri terus sampai daerah perumahan penduduk yang mayoritas menggunakan panggung dan bertembokan papan.
Anda akan menemukan mushola ini. Jika Anda menggunakan mobil pribadi mobil bisa diparkir di sini. Tetapi jika menggunakan sepeda motor Anda bisa melanjutkan. Lalu Anda ambil ke kanan memasuki jalan setapak dan memasuki hutan jati. Di sini Ada jalanan menanjak dan sangat ekstrim, disarankan naik sepeda motor sendirian jangan berdua, karena berbahaya jalannya.
Setelah melewati jalanan naik dan turun serta dikanan kiri pohon jati, Anda akan menikmati pemandangan yang indah yakni bukit dengan batu besar di kanan jalan oleh masyarakat sekitar dinamakan petilasan Buyut Gedogan.Tempat ini dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
Setelah puas melihat-lihat pemandangan batu yang besar dengan tumpukan alami di sepanjang bukit tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Keramat Batu Bubut yang lokasinya tidak terlalu jauh dari petilasan Buyut Gedogan.
Di tempat ini konon dulunya merupakan petilasan Ki Jaga Karsa dan Ki Buana Kerti yang berunding untuk menghancurkan bumi Wiralodra atau Indramayu sekarang. Tetapi di sini Anda akan menikmati pemandangan bebatuan yang unik dan menarik yang berbeda dari dataran Indramayu pada umumnya yang dataran rendah.
Di sini Anda akan melihat tulisan petunjuk arah Keramat Batu Bubut saat akan masuk wilayah ini. Di sini Anda akan melihat batu-batuan yang menarik karena ada yang disebut pintu gerbang karena bentuknya besar dan berjejer seperti gerbang.
Di tempat ini Anda hanya akan menemukan dua buah rumah penduduk yang menggunakan bilik bambu dan beratapkan genteng. Tapi uniknya untuk sarana penerangan di rumah ini sudah menggunakan tenaga matahari yang terpasang di atas atapnya.
Untuk melihat batu bubut kami harus berjalan kaki sekitar 200 meter dan pemandangan batu-batu yang indah terlihat di hadapan kami. Cuma sekitar batu-batu tersebut sudah terbungkus kain putih yang menandakan bahwa tempat ini adalah tempat keramat.
Pada salah satu bagian terdapat batu berbentuk meja yang menurut cerita digunakan sebagai tempat perundingan Ki Jaga Karsa dan Ki Buana Kerti berunding untuk menyusun strategi menghancurkan Wiralodra.
Di sekitar tempat ini terdapat sumber mata air yang sering digunakan para peziarah atau pengunjung yang akan mandi atau buang air kecil. Airnya cukup jernih walaupun musim kemarau tetapi tetap ada airnya dan masih mengalir dari sela-sela bebatuan.
Tempat ini terletak di Desa Ciwado Desa Cikawung Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu ini terdapat beberapa saung kecil yang sering digunakan oleh beberapa pengunjung atau peziarah yang terkadang menginap di tempat ini terutama pada saat malam Jumat Kliwon.
Tidak puas di sekitar petilasan Batu bubut kami pun mengitari bagian obyek wisata ini. Pada bagian sebelah selatan terdapat gua kecil yang tidak terlalu dalam. Sayang kami tidak masuk ke dalam gua tersebut karena ukurannya hanya sebatas satu orang dan tidak terlalu dalam.
Setelah puas melihat Batu Bubut, perjalanan masih berlanjut ke atas menyusuri hutan dan sungai menuju hulu dari sungai tersebut karena ada petilasan Nyi Ratu Dayang Sumbi yang menjadi legenda dan mitos di wilayah tersebut. Perjalanan menuju petilasan ini ditempuh kurang lebih selama 45 menit perjalanan dengan jalan kaki.
Perjalanan menuju ke tempat yang akan dituju sangat menantang, tetapi ini sangat disukai terutama bagi Anda yang suka berpetualang atau hiking. Karena jalanannya naik turun dan menyusuri sungai. Kalau Anda berkunjung saat kemarau, airnya sangat sedikit tetapi pada saat musim penghujan airnya cukup besar.
Bagi Anda yang akan menuju petilasan ini menggunakan sepeda motor, sebaiknya sepeda motor diparkirkan di tempat Situs Keramat Batu Bubut. Setelah perjalanan panjang Anda akan menikmati batu yang mirip dengan kelamin perempuan atau “Pewadonan” yang diyakini oleh masyarakat sekitar adalah petilasan pemandian Nyi Ratu Dayang Sumbi.
Pada waktu-waktu tertentu tempat ini ramai dikunjungi terutama kaum hawa yang ingin berendam di antara batu tersebut, dan setelah mandi di tempat itu, banyak pengunjung yang percaya akan mitos, bahwa pakaian dalam yang digunakan untuk mandi dibuang ke tempat sekitar sehingga tidak heran banyak pakaian dalam yang terlihat di antara bebatuan dan pepohonan di sekitar tempat itu.
Mitos yang berkembang, jika seorang wanita mandi di tempat tersebut maka pesonanya akan terus terpancar dari dalam dirinya, sehingga akan menarik para pria. Biasanya banyak yang datang ke tempat ini terutama para gadis yang belum menikah atau janda yang ingin menikah lagi, atau berharap mendapatkan rejeki.
Selain Pewadonan, sebenarnya ada Pelanangan atau batu yang mirip dengan kelamin laki-laki tetapi karena keterbatasan waktu kami belum mengunjungi tempat tersebut. Tempat ini menurut Saridin ramai dikunjungi oleh kaum Adam yang ingin mencari pendamping hidup atau agar tidak jomblo lagi.
Tapi sekali lagi ini hanya mitos atau legenda yang tidak boleh diyakini kebenarannya oleh kita sebagai umat yang beragama dan percaya kepada Allah SWT. Bagi kami kegiatan ini semata-mata untuk tujuan mengeksplorasi keindahan alam di Kabupaten Indramayu yang belum tergali dan kalau dikelola secara baik bukan tidak mungkin menjadi obyek wisata yang menarik dan bisa menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H