Kalo liat gini, pindah LPI kayaknya aseek neh!!
Itulah tweet yang dibuat Budi Bram Rahman, Sekretaris Panitia Pelaksana Pertantingan Persib Bandung, Kamis (20/1), pukul 17.15. Tweet tersebut dibuat tidak lama setelah hasil pertandingan antara Persisam Samarinda melawan Persib Bandung berakhir dengan kemenangan sang tuan rumah 1-0. Banyak bobotoh Persib yang kecewa (kalau boleh bilang sakit hati) sewaktu melihat tayangan langsung pertandingan di Stadion Segiri Samarinda, Kamis (20/1).
Beberapa faktor diantaranya dipicu oleh kepemimpinan wasit Suharto yang dinilai berat sebelah mengusik para bobotoh yang hanya bisa menonton siaran langsung. Salah satunya adalah keputusan pemberian kartu merah kepada penyerang Persib, Cristian "el loco" Gonzales, di luar pandangan kamera. Alias, kejadian yang membuat penyerang timnas diganjar kartu merah tidak terekam kamera. Tahu-tahu publik hanya disuguhi adegan pemain asal Uruguay ini diacungi kartu merah dan ngeloyor ke pinggir lapangan. Sakit hati kian membuncah sepuluh menit kemudian saat Persisam berhasil merobek jantung pertahanan Persib yang sudah terkoyak sepeninggal Gonzales dan Pablo Frances yang diistirahatkan.
Hasil pertandingan tersebut bagai bola salju yang meluncur cepat, membesar dan pastinya tidak terkendali. Umpatan bobotoh merangsek ke ranah maya seperti facebook dan twitter. Di jagad perkicauan, muncul tetagar WASITGOBLOK yang sempat menjadi trending topic beberapa saat. Intinya, wasit Suharto dituding sebagai biang kekalahan Maung Bandung sore itu.
Namun, seperti tweet Budi yang bernada frustasi itu, rupanya kekesalan serupa juga menghinggap di sebagian besar benak bobotoh hingga mereka mendorong Persib untuk menyeberang ke kompetisi tetangga, Liga Primer Indonesia. Bahkan, langsung muncul grup di Facebook yang isinya mendukung Persib agar hijrah ke kompetisi besutan pengusaha Arifin Panigoro tersebut.
Kian ramai setelah tweet dari Muhammad Farhan, salah satu direksi PT Persib Bandung Bermartabat, muncul 17 menit setelah tweet dari Sekretaris Panpel Persib. Isinya: PSSI lbh sibuk berintrik2x politik drpd benerin kualitas wasit =( *masih adakah alasan bertahan di LSI ? Sebuah pernyataan yang berani dan frontal dari Persib. Pada pukul 19.09, Farhan yang menggunakan akun twitter @farhandeltafm membalas tweet Budi Bram, ha3x salse heula bobotoh. Kita pastikan, keputusan utk Persib bkn krn emosi. Kita lihat setelah 23/1. Semua bobotoh tahu bahwa pada tanggal 23 Januari Persib bakal menjamu Arema di Stadion Siliwangi. Apakah ini semacam "ancaman" dari Persib untuk terhindar dari permainan wasit yang dianggap merugikan?
Pertimbangan
Terlepas dari kekalahan tersebut, Persib rupanya harus memikirkan baik-baik keputusan mereka untuk hijrah ke LPI. Sebut saja alasannya kepemimpinan wasit. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa buruknya kepemimpinan wasit bagai kanker di tubuh liga besutan PSSI ini. Jangankan level Liga Super, permainan wasit lebih kentara di tingkat lebih rendah semacam Divisi Utama maupun Divisi I. Di sana, jarang ada tayangan langsung jadi bisa berlangsung bebas. Jadi, memutuskan hengkang dari LSI hanya karena kepemimpinan wasit bukanlah tindakan yang bijaksana, justru terkesan Persib ngambek karena kalah bermain dalam permainan yang penuh kecurangan ini. Apalagi, Persib saat ini berada dalam posisi papan bawah klasemen.
Persib sebagai tempat berlabuhnya para pemain bintang level tim nasional juga bisa menjadi kendala tersendiri. Seperti ancaman yang sudah ditebarkan PSSI sebelumnya, SIAPAPUN yang terlibat dalam LPI bakal kehilangan hak mereka untuk berpartisipasi dalam kompetisi tingkat internasional semacam Piala AFF, SEA Games, maupun Olimpiade. Dengan berpindah ke LPI, siapkah para pemain bintang di dalam Persib untuk mempertaruhkan masa depan mereka demi satu ketidakpastian. Saat ini, Persib menjadi wadah bagi timnas dua negara yakni Indonesia dan Singapura (ditambah Malaysia bila rencana Safee bin Muhamad Sali untuk bergabung ke Persib direalisasikan).
Sebut saja nama Maman Abdurahman, Eka Ramdani, Markus Haris Maulana, maupun Cristian Gonzales yang membela Piala AFF 2010. Itu belum termasuk nama lain yang pernah berkiprah di sana seperti Hariono, Atep. Untuk Timnas Singapura, Shahril Ishak dan Baihakki bin Khaizan. Hampir separuh nama yang memperkuat Persib pernah membela Timnas atau berpotensi masuk Timnas. Bahkan pemain Persib U-21 yang masuk bursa pemain senior, Dias Angga Putra, kini dilirik Alfred Riedl untuk memperkuat Timnas U-23. Pertanyaanya, siapkah Persib menghapus kesempatan bagi para pemain itu untuk berkiprah membela Indonesia?
Selain itu, Persib secara organisasi memang lebih unggul dibandingkan tim LSI yang lain. Sejak 2009, Persib sudah lepas dari ketergantungan pada APBD, menjadikannya klub yang mandiri secara pendanaan, sebuah prestasi yang belum disamai klub LSI mana pun. Untuk bergabung ke LPI, tentulah tidak sulit karena tim-tim di LPI juga dikelola dengan manajemen yang profesional. Hanya saja, pertimbangan bisnis para penanam saham tidaklah sesederhana kekesalan hati seorang bobotoh yang melihat timnya "dikerjai" lawan. "Apakah kepindahan Persib akan menguntungkan secara bisnis atau tidak?" bakal menjadi pertanyaan yang kerap didengung-dengungkan. Belum lagi soal kecocokan para pemegang saham dengan konsorsium di LPI.
Hal berikutnya mengenai sponsor. Marak dalam beberapa hari ini, Djarum menggugat PSSI karena pelaksanaan LSI yang berantakan. Tiga klub cabut di tengah jalan (Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, dan Persema Malang), membuat Djarum sebagai sang sponsor kebakaran jenggot. Perubahan dalam kompetisi sekecil apapun tentulah tidak membuat para pemasang sponsor bahagia.
Hal serupa juga terjadi untuk Persib. Saat ini Persib terikat kontrak dengan Honda, produsen telepon seluler lokal, serta jaringan minimarket (dan beberapa usaha lainnya). Bila Persib ingin hengkang ke LPI, apakah seiya sekata dengan para pemasang sponsor? bisa jadi mereka memiliki perhitungan bisnis lain dan memperoleh kesimpulan: "ini investasi yang berbahaya!"
Bertahan
Dengan berbagai faktor tersebut, kiranya keputusan untuk berpindah kompetisi harus disikapi secara arif dan dipikirkan secara matang. Persib memiliki porsi dominan dalam keberlangsungan LSI dan sudah waktunya Persib menjadi motor penggerak untuk perubahan dalam LSI.
HOW? mumpung Kongres PSSI di Bali dimulai Jumat (21/1) besok, inilah kesempatan paling berharga untuk memaksa PSSI untuk lebih serius dalam menangani kompetisinya. Mulai dari penjadwalan yang lebih manusiawi, pengaturan skema keuntungan dari PSSI ke klub dari hak siar maupun sponsor.
Wasit juga harus menjadi pokok penting. Hingga kini ternyata PSSI tidak memiliki asosiasi wasit, padahal perannya sangat vital. Dengan sebuah asosiasi, wasit bisa terlindungi karena memiliki semacam perserikatan. Dengan kekuatan tersebut, wasit juga bisa menuntut perbaikan kesejahteraan hingga dituntut untuk menegakkan etika dalam memimpin pertandingan. Mungkin masih ingat kasus Fiator Ambarita yang "kabarnya" dicabut lisensinya oleh PSSI karena memimpin Laga Pramusim LPI? Hingga kini ternyata dia belum pernah menerima surat keputusan tersebut tapi nasibnya sudah diambangkan PSSI, dia tidak dipanggil untuk musim 2010/2011. Dia pun tidak bisa berjuang karena dia hanya sendirian, tidak ada wadah yang membantunya.
Akhir kata, kekalahan atas Persisam harus menjadi momen berharga bagi Persib untuk tampil di garda depan untuk perbaikan PSSI. Keberadaan LPI bukan dimaksudkan untuk menghilangkan LSI. LSI harus ada dan berdampingan dengan LPI agar saling menjadi penyeimbang. Anggap saja LSI hilang dan hanya ada LPI, tidak ada jaminan kompetisi kembali rusak oleh segelintir oknum.
Jadi, jangan terbawa emosi, Persib!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H