Mohon tunggu...
Didit Febriyanto
Didit Febriyanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

love joke

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Mencoba) Bersyukur

23 Oktober 2014   21:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak sih merasa menyesal apa yang sudah kita lakukan(hal buruk) dalam hidup ini? Saya pernah. Pernah gak sih merasa kurang dengan apa yang sudah kita dapatkan? Saya pernah.

Pernah gak sih bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang? Saya rasa, saya belum.

Bersyukur. Hal yang mudah di katakan tetapi sulit untuk di lakukan(untuk saya). Suatu kali saya pernah merasa terenyuh seakan tersadar melihat penjual kerupuk seorang bapak tua tunanetra, dengannya saya memperoleh suatu pembelajaran dalam hidup. Peristiwa ini terjadi ketika saya istirahat pada jam kantor. Saya yang sedang makan di sebuah rumah makan melihat seorang penjual kerupuk dengan pakaian yang agak lusuh dengan tongkat di tangannya untuk meraba jalan yang di laluinya, saya dengan reflek yang spontan langusng memanggil bapak itu untuk membeli kerupuk yang ia jual, memamg tidak seberapa hanya seharga Rp 5.000,00 untuk kerupuk berukuran besar.

Lalu pertanyaan yang muncul dalam hati saya adalah "Apakah hidup bapak ini cukup dengan berjualan kerupuk ini?.", " Apakah hidup keluarganya tercukupi?." , " Apakah penghasilannya sepadan dengan perjuangan (menjual kerupuk) yang bapak itu lakukan?." , dengan rasa penasaran yang saya punya, sayapun bertanya kepada bapak tersebut tentang tempat tinggalnya, tentang keluarganya, bahkan tentang kehidupan sehari-harinya bak reporter dadakan amatir..

Saya     : Bapak rumahnya dimana ?

Bapak  : Ngontrak di Cakung mas.

Saya     : Bapak punya keluarga di rumah?

Bapak   : Punya mas, nanti sehabis maghrib biasanya saya sudah di tunggu istri dan anak saya di lampu merah                           Cakung.

Saya      : Anaknya sudah gede pak?

Bapak   : Kelas 5 SD mas.

Saya      : Bapak jualan dari jam berapa pak?

Bapak   : Dari Subuh biasanya sudah keliling mas, abis sholat langsung jalan keliling. Kadang kalau ada panggilan                   saya juga bisa mijat mas, abis bisanya cuma itu mas, Alhamdulillah buat bayar kontrakan sama makan                         sehari tercukupi mas, yang penting kerja halal dan bersyukur aja mas.

Muncul puluhan pertanyaan dalam benak hati saya yang tidak sempat saya tanyakan karena bapak itu langsung pergi, lalu timbul perasaan seperti lecutan untuk diri sendiri. "Apakah saya sudah bersyukur?."

Sekedar info saat saya menanyakan hal tersebut posisi saya sedang di kawasan perkantoran rawa mangun, sedangkan cakungtempat bapak mengontrak rumah biasa di tempuh sekitar 30 menit dengan berkendara motor, yang membedakan bapak tersebut berjalan kaki, terbayang perjuangan bapak tersebut berjalan kaki berjualan dengan memanggul kerupuk yang di jualnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun